Tekan bintang dan Jangan lupa komentar, ya😊
_________Suasana rumah menjadi gaduh karena kedatangan seseorang dengan keadaan setengah sadar. Siapa lagi jika bukan Kahfi. Laki-laki itu hampir pingsan jika Yasfi dan Arsya tidak sigap untuk menahannya dan membawanya ke ruang tengah rumah.
Semua penghuni rumah memerhatikan Kahfi yang mengerang kesakitan lalu tidak sadarkan diri. Bunda Sarah sampai menggeleng tidak percaya dengan keadaan Kahfi. Razita turut mengikuti tidak percaya namun gadis itu dengan sigap membantu membawakan segelas air hangat untuk Kahfi. Yasfi membantu membukakan sepatu, menidurkan sahabatnya itu di sofa panjang rumahnya.
Ada banyak hal yang Yasfi pikirkan, kenapa Kahfi sampai hampir tidak sadarkan diri? Apa yang ia lakukan semalama? Dia menghela napas panjang, menatap Kahfi yang kini sudah sepenuhnya terpejam.
Jika saja Kahfi bukan sahabatnya, tidak akan ia terima laki-laki itu berada di sini.
______"Dia siapa, Fi?"
Yasfi tahu cepat atau lambat Arsya akan menanyakan hal demikian. Mereka kini sedang di ruang tengah, Kahfi sudah dipindahkan ke kamar tamu lain setelah Yasfi menghubungi dokter terdekatnya. Kini, Kahfi sedang beristirahat karena ia kelelahan hampir tidak tidur dua malam.
"Teman, Sya." Yasfi menggeleng pelan, memijat ringan dahinya yang nampak pusing memikirkan kelakukan Kahfi pagi ini. Tidak biasanya dia begitu.
"Apa kata dokter tadi?"
"Dia hanya kelelahan karena hampir dua malam tidak tidur, terus, engga berhenti minum kopi dan engga masuk makanan lain seperti nasi," jelas Yasfi, melirik Arsya yang mengangguk mengerti.
"Maaf, Sya, jadi buat keributan, penyambutan yang engga enak--"
Laki-laki itu menggeleng, memukul bahu Yasfi pelan, "Santai, engga apa-apa, Fi. Saya yang engga enak, engga banyak bantu." Keduanya tersenyum tipis, memaklumi keadaan masing-masing.
Syukurlah, Arsya bisa menerima. Awas saja si Kahfi! Ucap Yasfi dalam hati.
_____Hari ini dapur ramai, biasanya hanya dirinya yang masak seorang diri. Jikapun Yasfi sedang tidak keluar rumah, gadis itu biasanya akan meminta suaminya menemani.
Razita bergelut dengan masakannya, sayur sup yang sedang ia masak dengan sesekali memerhatikan Citra yang sedang mengendong Arsenzio tidak jauh darinya. Anak laki-laki itu sepertinya sudah betah tinggal di sini, terlihat ia sudah bisa menerima suasana rumah yang asing, dan sudah nampak tenang.
Alesya membantunya kali ini, memotong bagian sayur yang akan mereka masukan ke dalam kuah sup.
"Ca, Mbak bisa minta tolong?" Gadis yang kini memakai pashmina instan itu menatapnya, berhenti memotong sayuran seketika.
"Boleh, Mbak. Apa?"
"Nanti tolong anterin sup ini sama nasi ke kamar Kahfi, ya, teman Yasfi yang tadi," Razita berbicara dengan nada ragu, namun keraguannya pudar kala menatap mata Alesya yang sepertinya tidak keberatan atas permintaannya.
"Iya, Mbak. Nanti Ica yang anter," jawab Alesya dengan senyum tipis.
Razita mengangguk, kini menyuruh Alesya untuk mencuci sayuran sebelum dimasukan untuk mereka pasak.
"Mbak juga mau minta maaf, tadi kamu pasti syok banget karena Kahfi tiba-tiba dateng begitu," Alesya yang sedang mengaduk sayuran di panci sayur hanya mengangguk pelan, "Tapi, Mbak juga heran kenapa Kahfi bisa begitu," tambah Razita dengan memasukan bumbu masakan.
"Memang biasanya gimana, Mbak?"
"Kahfi tuh baik, tapi kenapa dia sampai pingsan gitu? Melakukan hal yang menurut Mbak engga wajar," Razita kini mengambil kuah sayur sedikit dengan sendok, lantas ia duduk di kursi makan, mulai mencicipi rasa sayur setelah dirasa panasnya sudah menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Rasa [SELESAI]
Spiritual⚠️BEBERAPA PART DIHAPUS⚠️ "Cintailah orang yang kau cintai sekadarnya saja; siapa tahu-pada suatu hari kelak ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja; siapa tahu pada suatu hari kelak ia ak...