Yasfi - Razita Series [4]

86.5K 5.5K 110
                                    

Tekan bintang dan komentar, ya.
😊

Suara kumandang adzan subuh terdengar, seketika tubuh Razita bagai terpasang alarm otomatis yang membuatnya terbangun.

Dia berusaha duduk, melihat Yasfi yang masih tertidur di sampingnya. Tangannya mengusap lembut membangunkan suaminya, senyum tipisnya terbit kala melihat mata Yasfi yang kini sudah terbuka sedikit.

"Bangun, Fi, udah subuh," ujarnya pelan.

Mata laki-laki itu sepenuh terbuka, mengangguk pelan dengan muka bantal yang masih terlihat.

Keduanya segera mempersiapkan diri, Yasfi yang pergi ke masjid dengan diikuti Razita. Membelah jalan subuh yang terasa dingin meneliti kulit, merasakan hawa segar dengan jalan beriringan.
____

Hari minggu, jam enam pagi setelah kepulangan mereka dari masjid. Ramai di jalan, para penduduk sudah terbangun, ada Ibu-ibu yang sedang menyapu halaman dengan sesekali menyapa mereka untuk mampir, beberapa anak kecil berlarian, adapula yang membawa sepeda, dari pakaiannya Razita tahu bahwa mereka hendak olahraga. Biasanya dilakukan di sekitaran alun-alun.

Jika saja tidak ada rencana mereka hari ini untuk ke dokter, ingin rasanya Razita mengikuti kegiatan olahraga, mengelilingi alun-alun dengan Yasfi, tapi ada hal lain yang lebih penting, ia ingin segera mengecek kesehatannya, bahkan semalam, rasanya Razita ingin segera menyambut pagi.

"Assalamualaikum," salam Razita kala membuka pintu.

Yasfi menjawab salam, mengikuti langkahnya untuk masuk.

"Kamu semangat banget?"

Razita tersenyum lebar, mengangguk antusias. Keduanya duduk di meja makan. "Hari ini kita ke dokter, kan?"

Suasana rumah sepi, hanya mereka berdua di sini. Dari dulu saat Ayah dan Uminya masih ada, Razita memang tidak menyewa ART, Uminya bisa melakukannya sendiri, dan itu menurun kepadanya.

"Jadi, kok," Yasfi mendekat, mengusap pipi istrinya, "tapi--"

Senyum Razita memudar, "tapi?" Ia takut Yasfi menunda keinginanya.

"Tapi, sarapan dulu, ya? Aku laper, " timpal Yasfi dengan wajah memelas, sebelah tangannya mengusap perut pertanda lapar.

Razita tertawa pelan, mencubit pinggang suaminya yang suka sekali menggoda.

Terdengar rintihan pelan sekaligus tawa Yasfi. Gadis itu memilih menaruh peralatan solat mereka ke kamar dilanjut dengan menyiapkan sarapan.

_____

Suara salam terdengar dari arah luar. Yasfi yang sedang memerhatikan Razita menggoreng nasi memilih bangun dari duduknya, sebelum melangkah ke arah pintu ia saling lirik dengan Razita bertanya 'siapa yang datang?' masalahnya dia tidak punya janji pagi ini, jikalaupun ada, pasti sebelumnya sudah ada yang memberitahunya.

"Walaikumsalam," Yasfi membuka pintu, nampak kaget kala melihat Bundanya datang dengan langsung memeluknya.

"Bun, kok, engga bilang?" Bukan, ia bukan tidak senang sang Bunda datang, ia sendiripun dengan Razita niatnya ingin mengunjungi rumahnya nanti siang.

Sebelum bertanya lebih jauh, mata Yasfi melihat ke arah belakang, wajah keluarga tidak asing di belakang Bundanya, tersenyum hangat kala mereka bersitatap.

"Ini--"

"Arsya, Fi, anak Om Yamin," jawab Bundanya seolah mengerti pertanyaannya.

Yasfi menyerjitkan dahi, tapi sedetik kemudian tersenyum lembut kala Bundanya mulai mengenalkan tamu, "Kamu mungkin lupa karena Arsya 'kan tinggal di Makassar sama istrinya, mereka ke sini mau silahturahmi, lama kalian engga ketemu," jelas Bundanya.

Senandung Rasa [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang