Sebelumnya kuucapkan terima kasih banyak yang sudah baca cerita ini! Alhamdulillah, sudah tembus dibaca 400K! Luar biasa, kalian!
Dan ingin kasih tau, mungkin part selanjutnya adalah part terakhir dari cerita ini! Aku minta maaf kalau ada tulisan atau ucapan dari ceritaku ini yang buat kalian engga nyaman.
Tapi, usahakan untuk memberi komentar positif, ya. Bukan menolak komentar negatif, tapi nasihati dan kritik dengan benar😊
Jangan sedih, insyaAllah nanti kubuat sekuelnya, yakni Cerita Kahfi hehe.
Kalau boleh tau, apa yang kalian suka dengan cerita ini?
_____
"Loh, Ica mana?" tanya Yasfi saat menyambut Razita dan Citra datang.
Razita duduk di sebelahnya, Arsya nampak memerhatikan sebelum mengambil Arsenzio dari dekapan Citra, "Iya, ade mana?" tambahnya, kali ini pertanyaan yang sama ia ajukan pada Citra.
"Masih nunggu ojek payung, tadi cuma dua, sebentar lagi juga dateng," jawab Citra dengan meyakinkan, matanya melirik Razita agar gadis itu turut membantu.
"Iya benar, Fi, Kak Arsya," Razita mengangguk, meyakini keduanya yang membalas dengan tersenyum tipis.
Suasana Cafe cukup ramai, mereka duduk di bagian tengah. Melihat hujan semakin deras, keempatnya memutuskan untuk istirahat sebentar sembari Razita dan Citra memesan makanan ringan.
"Gimana tadi jalan-jalannya?" Yasfi membuka percakapan, ia menatap Razita dan Citra bergantian.
"Seru banget! Kita ke Alun-alun sama Masjid raya Bandung," jawab Razita, dia melihat Citra yang tertawa pelan, "Ica yang paling excited," tambah Citra.
"Ah, anak itu, selalu aja," tukas Arsya dengan menggeleng ringan, "maaf, merepotkan Zita, ya?"
"Eh, engga kok, Kak. Aku seneng," timpal Razita cepat dengan tersenyum lebar.
Yasfi gemas melihatnya, mengusap puncak kepala istrinya yang kini terasa basah.
Ia menegakan punggung seketika, menarik Razita agar menatapnya. "Kerudung sama baju kamu basah, Zit. Bawa baju ganti? Atau mau pakai jaketku?"
Razita sedikit tersentak, apalagi saat Yasfi memeriksa pakaiannya, memastikan bahwa ia memang basah, "kan, kamu bisa masuk angin," tambahnya. Wajahnya tak kalah cemas.
Gadis itu tersenyum tipis, selalu saja begini. Yasfi yang super protekftif.
"Engga, cuma ketetes air hujan,"
"Setetes tapi banyak," gerutu Yasfi. Ia menyipitkan mata, menarik jaketnya di kursi untuk ia pakaian di tubuh Razita.
Tak ada yang bisa menolak, Razita hanya tersenyum manis diperlakukan seperti ini, "Aku bisa sendiri, Fi," kilahnya.
Jangan ditanya bagaimana wajah Razita, sudah pasti ia sudah semerah tomat, apalagi saat matanya menatap Citra dan Arsya yang memandang mereka dengan wajah geli, Arsya bahkan terkekeh ringan.
"Aku aja, sekalian mau ke toilet," tukas Razita, tangannya sudah mengambil alih jaket Yasfi yang ia siap pakai.
Sedangkan Yasfi mencemberutkan bibir. Razita bergumam, mengucapkan 'aku bisa' sembari mengusap punggung tangan suaminya itu, menjadikan Yasfi menarik sudut bibirnya kembali.
Sebenarnya, alibi Razita ke toilet bukan hanya untuk memakai jaket, ia juga sedikit khawatir dengan Alesya, gadis itu belum juga menampakan diri ke dalam cafe.
"Mau aku anter, Zit?" tawar Citra, yang dibalas dengan gelengan tegas oleh Razita, "Engga usah, aku bisa, Cit."
Saat sudah jauh melangkah dari meja makan, Razita menatap suasana Cafe di sebelah pintu masuk. Cafe ini memang dibatasi menjadi dua, bagian dalam dilapisi kaca bening yang di mana pengunjung masih bisa melihat suasana Cafe di bagian depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Rasa [SELESAI]
Spiritual⚠️BEBERAPA PART DIHAPUS⚠️ "Cintailah orang yang kau cintai sekadarnya saja; siapa tahu-pada suatu hari kelak ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekadarnya saja; siapa tahu pada suatu hari kelak ia ak...