Yasfi - Razita Series [1]

116K 5.9K 120
                                    

RAZITA :

Suara tuts keyboard menemani malamnya dengan secangkir teh hangat mengiringi. Matanya sibuk terfokus pada tiap kata yang tersusun dalam buku. Lalu ia tuangkan dalam penelitiannya untuk persiapan sidang akhir.

Razita membagi pandangannya kala suara detak jam terdengar. Pukul 22.00 WIB, dan Yasfi belum juga pulang.

Ia menipiskan bibir, melepaskan fokusnya yang sebenarnya dirundungi dengan perasaan khawatir.

Bagaimana tidak? akhir-akhir ini, Yasfi sibuk dengan kegiatan bersama bandnya. Suaminya memang di tingkat pendidikan yang sama, hanya saja jika melihat agenda Yasfi tahun ini, sepertinya Razita harus benar-benar mengingatkannya lagi untuk tidak terlalu sibuk dengan agenda tour bandnya.

Razita menerima pekerjaan Yasfi, bahkan ia sendiri yang tidak ingin menampakan diri dari khalayak umum. Ia tidak menyesal sama sekali, Razita hanya merasa kesepian saat ditinggal beberapa hari. Seperti malam ini.

Kesibukannya menjadi mahasiswa tingkat akhir, membuatnya sudah jarang untuk pergi ke kampus, selain untuk bimbingan dan kajian bersama Ashfira. Tinggal melewati satu langkah besar menuju sidang akhirnya, setelah itu ia akan dinyatakan lulus.

Ia bersyukur kesibukannya ini sedikit membantunya meringankan kekhawatiran pada Yasfi, meredamkan rasa rindunya yang sebenarnya tidak pernah hilang sama sekali.

Yasfi memang tidak pernah absen untuk memberikan kabar, setiap hari, setiap jam, bahkan di saat ia sebelum menaiki panggung beberapa detik. Hanya saja, saat ini perasaan Razita selalu ingin dekat dengan Yasfi, ia bahkan pernah merengek meminta Yasfi untuk tidak pergi, Yasfi jelas memberikan penjelasan, ia bahkan memberikan solusi agar Razita ikut bersamanya, dan Razita menolak.

Gadis itu menutup laptopnya, matanya melirik ponsel yang belum juga mendapat balasan pesan dari Yasfi.

Rasa bersalahnya bergerumul membuatnya beristigfar tiada henti.

Seharusnya ia tidak begini.

Yasfi selalu datang saat ia sudah terlelap. Niatnya ingin menunggu, tapi mata lelah Razita tidak bisa menahan untuk menanti Yasfi. Salahnya, ia bahkan tidak menyambut, tapi Yasfi selalu mengerti.

Razita menghela napas pelan,  Yasfi tidak pernah salah sama sekali. Hanya ia yang terlalu egois.

Gadis itu memilih menyelesaikan tugasnya segera dan berwudhu sebelum tidur.

___

Kakinya baru saja melangkah keluar dari kamar mandi. Pandangannya tak fokus pada obyek di depannya, apa lagi kaca matanya tak sedang ia pakai, dan kebiasaan Razita adalah saat ia lupa membawa handuk kecil untuk mengelap bagian wajahnya yang basah.

Tapi, penciumannya tak bisa berbohong. Ia tahu wangi seseorang yang sudah datang, seseorang yang ia rindukan.

"Fi...,"

Bibirnya tersenyum senang, kakinya mempercepat ke arah pintu kamar yang terhalang dinding.

Baru saja Razita akan memanggil suaminya kembali, sebuah cekalan menarik tangan kanannya, usapan pelan dengan handuk kecil yang kini mengelap bagian basah di wajahnya menambah kebahagiaannya karena ia tahu siapa pelakunya.

"Kebiasaan deh," ujar Yasfi. Cubitan di hidung mancung Razita terasa. Mereka bertahan di posisi saling berhadapan dengan wajah Razita yang mendongak ke arahnya.

Razita tertawa pelan, membuka matanya tepat di hadapan Yasfi. "Ke mana aja? Kenapa baru pulang?"

Dia meraskaan kini Yasfi memeluknya erat, menaruh dagunya di atas kepalanya. "Kenapa? Kangen, ya?"

Senandung Rasa [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang