Yasfi - Razita Series [8]

88.4K 4.2K 85
                                    


Bismillah. Selamat membaca☺️

Jangan kaget karena judul ceritanya berubah, ya!😆

______

Lelah. Satu kata yang mewakili Razita rasakan sekarang. Malam ini sama dengan malam-malam sebelumnya, pikirannya terfokus pada sidang akhir skripsi yang membuatnya harus terjaga sampai larut malam.

Tak lupa Yasfi menemaninya, laki-laki itu juga mengerjakan hal yang sama. Kadang kala, Yasfi memilih menunggu Razita dibanding mengerjakan tugasnya. Ia senang, menurutnya lebih baik menyemangati Razita—yang nyatanya, kadang tidak ingin diganggu— namun Yasfi terlalu sayang untuk mendiamkannya yang sibuk mengetik.

Jadilah, setiap jam, Yasfi selalu membantunya membuat makanan ringan, atau sesekali menggoda Razita agar membalas perlakuannya. 

Alibi, Yasfi. Sebenarnya laki-laki itu hanya takut jika Razita terlalu lelah dan jenuh pada sidangnya sampai melupakan kesehatan.

Seperti saat ini, gadis itu beberapa menyerjitkan dahi. Kacamatanya sudah beberapa kali dipasang lalu dilepas kembali sembari tangannya memijat kecil dahinya.

Yasfi memilih mematikan laptopnya  dan mendekat ke arah Razita.  Ia menarik kursi dan duduk di samping istrinya.

"Istirahat dulu kalau capek," ujarnya.

Tangannya terampil membantu Razita memijat dahi, tercetak jelas senyum tipis gadis itu yang seolah berpura-pura baik, padahal dilihat dari sisi mana pun Razita terlihat pucat.

"Aku engga apa-apa, sedikit lagi."

Yasfi menggeleng tegas, mematikan laptop Razita sebelum menekan save pada tampilan Ms. Word. Tidak peduli wajah Razita yang protes, baginya, kesehatan istrinya adalah yang pertama.

"Fi, aku belum selesai—Fi!" Tak ada lagi yang bisa menolak ucapan Yasfi, laki-laki itu kini telah mengendong Razita dalam dekapannya dan membawanya ke ranjang.

Razita menggerang kesal, namun seketika semua ucapannya hilang kala punggungnya menyentuh kepala ranjang yang telah di lapisi bantal, kakinya Yasfi luruskan hingga kini ditutupi selimut, kaca matanya sudah Yasfi lepas . Ternyata benar, ia butuh istirahat sekarang juga.

"Istirahat dulu," Razita ingin menegakkan punggung namun Yasfi segera menyuruhnya kembali untuk berbaring, "tunggu, sini! Aku buatin teh anget, oke?"

Gadis itu tidak bisa protes, ia hanya mengangguk pelan atas usul Yasfi dan memilh membaringkan diri. Sepertinya ia terlalu lelah untuk mengejar tugas akhir, karena jelas, targetnya menyelesaikan masa kuliah ingin segera Razita tuntaskan.

Akhir-akhir ini ia memang sering merasa pusing, pikirannya sudah terpusat pada urusan tugas akhir kuliah, apalagi Yasfi juga mengerjakan hal yang sama. Percakapan mereka terkadang dipenuhi dengan penelitian dan urusan dosen, mungkin ia merasa kelelahan karena mengejar gelombang wisuda bulan depan, ia ingin masalah kampusnya segera selesai namun semuanya seperti terasa percuma jika kesehatannya menjadi menurun.

Matanya tak lama menangkap Yasfi yang datang membawa nampan berisi dua gelas teh hangat, dengan sepiring kue kering yang menemani. Ia tersenyum, membantu Yasfi untuk mengambil sendiri gelas tehnya.

"Aku aja, Zit," protes Yasfi. Laki-laki itu membantu Razita untuk duduk tegak dan menuntunnya untuk minum teh, "Gimana? Udah enakan?"

Razita mengangguk, tersenyum puas karena Yasfi selalu seperti ini. "Teh hangat tanpa gula, kesukanku."

"Iya engga perlu manis-manis, karena udah ada aku yang manis," tukas Yasfi sembari menaruh kembali gelas ke atas nakas.

Razita tertawa pelan, mencubit pipi Yasfi karena tidak tahan akan ucapannya.

Senandung Rasa [SELESAI] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang