"Mbak ayo join aku Minecraft," celetuk adik laki- lakiku yang masih SD itu. Akupun tidak memperdulikannya dan terus asyik menggulir fitur explore di Instagram. Aku benar-benar tidak bisa diganggu jika itu sudah mencari informasi mengenai dia. Ya, Takahiro Moriuchi. Vokalis favorit sekaligus orang yang telah menginspirasiku.
"Mbaakkk... Ayooo joinnn...." Rengeknya sambil menarik-narik lenganku. Tidak malah menanggapi, aku justru tenggelam dalam euforiaku sendiri, menggenggam tangan adikku seraya berteriak heboh, "Wah!!! Ini lho dekk gawat ini, OOR kemarin konser di Indonesia!!! Trus sekarang mau liburan ke Bali, kali aja lewat sini."
"Dasar kakak fangirl! Emang gue pikirin." Ejek adikku. Ia memang paling sebal jika aku sudah membicarakan OOR, apalagi Taka.
"Taka lagi Taka lagi. Dengar ya Mbak, Taka itu tidak kenal sama Sampeyan!" Hardik adikku dengan mata dan jarinya yang masih setia berkutik dengan layar gadgetnya.
"Biarin dong yang penting ga jadi maniak gamers kayak lu".
"Huh terserah deh" dia menggerutu.
Tak lama kemudian kurasakan kedua pelupuk mataku sangat berat. Tampaknya mereka berdua sudah letih menatap sinar yang terpancar dari benda kotak yang kupegang ini. Mereka sangat merindukan alam mimpi. Terlelap.
***
Hari berganti. Terang sinar matahari kini telah mengambil alih temaram cahaya rembulan yang sudah berkuasa sepanjang malam. Manusia-manusia mulai terlihat sibuk, memperjuangkan hidupnya dengan pikiran, tujuan, dan aktivitasnya masing-masing.
"Nduuk, nduuuukk itu tolong yoo ambilkan panci kuah bakso...." Panggil ibuku dengan nada medok.
"Iyaa bukk sebentar..."
Sebagai anak yang berbakti, walaupun sebenarnya banyak urusan, aku harus menaati perintah Ibuku. Dengan langkah gontai, aku mengambil panci kuah bakso dan membawanya ke warung. Seperti permintaan Ibuku.
Ya, ibuku mempunyai usaha warung bakso kecil-kecilan di depan rumah. Lumayan juga, meskipun tidak seramai Starbucks atau McDonald's di kota-kota, tetapi usaha ini dapat dikatakan termasuk laris. Dan walaupun di desa, tetapi jalan di depan rumahku adalah jalan penghubung utama yang ramai dilewati orang dari berbagai kota.
Setelah sampai di pintu warung, aku melihat seseorang yang familiar sedang makan.
"Hmmm..... Itu terlihat seperti... Taka OOR??"
Kutaruh panci di lantai, lalu kuamati dia sambil memicingkan kedua mataku."Tidak-tidak, itu sangaat tidak mungkin. Pasti hanya orang yang mirip. Aku tahu kemungkinannya 1 / 999999999%. Aku pasti sudah over fangirling" Batinku.
Oh!
Mata kami bertemu untuk pertama kalinya. Warna mata itu. Gelap dan hitam seperti americano. Bulat dan bercahaya. Memercikkan perasaan yang familiar bagiku. Rasanya aku terlampau sering melihatnya?
Menyadarinya, aku langsung memalingkan kepala. Namun karena sedikit penasaran, aku melihat orang itu lagi. Mata kita kembali bertemu.
"Pfffffftt... " Aku menahan tawa.
Ia menjulingkan matanya dan membuat bibirnya manyun. Aku pun membalas dengan ekspresi wajahku yang tak kalah konyol. Aku memajukan bibir, membuat muka bebek dan ditambah dengan tangan terangkat, persis seperti orang yang baru saja terkena stroke. Ia pun menutup mulutnya dengan telapak tangan, menahan tawa.
Dasar orang aneh, pikirku.
"Nduuuk... Mana iki pancine ibuk?" Seketika aku tersadar dari tingkah konyolku dan kembali mengangkat panci besar berisi kuah bakso ke warung.
"Nduk iku lho wong Jepang. Pesennya uaneh aneh pol. Masak pesen bakso endak pake bakso. Cuma sayur mie sama tahu trus dikasih daun bawang buanyak" Celetuk ibukku.
"Hmm iya buk, orang Jepang mah suka aneh2 gitu."
Tiba-tiba kembaran Taka itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri kami berdua. "Can you show me way to toilet?"
"Ngomong opo nduk dia?" Tanya ibuku.
"Toilet buk" Jawabku
"Oh sure, kochirades."
(Oh mari, disini jalannya)
Akupun memandunya untuk pergi ke toilet."Oh wow, you can speak Japanese?" Celetuknya sambil mengikutiku dari belakang.
"Oh, no. Just a few of words. Tottemo chotto dake."
(Oh tidak, hanya beberapa kata saja. Sangat-sangat sedikit)"Great. Sugoi!" Pujinya.
Setelah kembali dari toilet, ia melanjutkan menghabiskan makanannya.
"Hey, you'll better try this! This is so good." Aku menyodorkan beberapa butir bakso kepadanya.
"Hmm what is that?" Tanyanya sambil mengacungkan garpunya ke arah mangkok.
"This food is called Bakso. This is made from mixture of beef, flour, and some spices"
Ia pun mencomot satu butir bakso dari mangkuk yang kusodorkan, lalu memasukkan bakso tersebut ke dalam mulut nya.
"Hmm this is so tasty.. Umai" komentarnya dengan puppy eyes yang bersinar-sinar.
Entah mengapa, sosok ini sangat mirip dengan Taka OOR. Tapi aku juga sadar diri, tidak mungkin lah Taka sampai jalan jalan ke desa ini. Mau ngapain?
Setelah kembaran Taka itu pulang, aku bergegas membantu ibuku untuk beres-beres. Aku mengelap meja-meja, menata tempat tissue, dan menyapu kolong-kolong meja.
Wah! Lihatlah apa yang kutemukan ini. Sebuah dompet. Tepat di bawah meja pengunjung yang mirip Taka tadi.
"Huuh, pasti orang itu lupa dompetnya, dasar orang aneh, pelupa, ceroboh juga" pikirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Bakso (Taka X Reader)
FanfictionAku hanya seorang fangirl ONE OK ROCK modal kuota yang tinggal di desa. Bersama Ibuku yang punya usaha warung bakso. Tetapi suatu hari.... (Feel free to imagine its you)