1.12. Lost.

238 24 17
                                    

"Kau snang y? Melihawtku memwalukan bwegini?" Tanyanya dengan mulut yang penuh dengan nasi goreng.

"Hmm umaii (enak).....syaya syuka sekaliw nashi goreng" Gumamnya lagi.

Aw, menggemaskan sekali melihat dia seperti itu. Pemandangan yang selama ini hanya bisa kulihat di video dokumenter dan fancam penggemar sekarang benar benar terputar didepan mataku.

"Tidak, Taka. Aku hanya heran bagaimana bisa seseorang yang populer sepertimu menemukan akunku, maksudku aku yakin Taka pasti mendapat ribuan notifikasi kan perhari? Dan aku yakin pasti kau mendapat 30 lebih tag perhari, jadi jika aku mengetag pasti tidak akan berefek kan?"

"Kau pikir bagaimana aku bisa menyukai postingan dari akun-akun temanku? Mengapa mereka tidak tertimbun?
Aku tentu saja sebenarnya sesekali melihat tag-tag yang ditujukan kepada akunku. Tetapi tidak semua lah, hanya akun orang yang ku kenal dan beberapa postingan fans yang "bermutu" yang kebetulan sedang kulihat."

Aku manggut-manggut tanda mengerti. Aku ngarep apa sih? Taka kan emang sering ngelike karya fans-fansnya. Seperti ini saja sudah rejeki nomplok. Mau apa lagi?

"Ngomong-ngomong apa rencanamu setelah ini?" Tanyanya memecah keheningan yang sejenak tadi tercipta sejak aku berusaha tidak kepedean.

"Hmmm.. Mungkin aku bisa mencari pekerjaan sembari menunggu masa tunggu untuk tahun ajaran baru semester depan." Aku sebenarnya tidak tahu harus bagaimana lagi. Kerja? Memang mau kerja apa? Dimana? Dan yang lebih penting, mau tinggal dimana saja aku tidak tahu. Sungguh. Tetapi aku tidak mau terlihat seperti orang yang ingin dikasihani. Semoga saja Taka tidak menyadari hal it-

"Kerja? Memang kau sudah tahu mau tinggal dimana?" Lanjutnya kembali tepat sebelum monolog batinku selesai.

Haah... Kok peka banget yak ni orang..

Aku hanya meringis dan menggelengkan kepala pelan, menandakan jawaban 'tidak'.

"Come on, my little chubby, kamu mau kerja, terus mau tidur di kardus begitu?" Taka mengacak-acak rambutku.

"Aduh! Aku baru saja sisiran tau! Sekarang lihatlah jadi kusut lagi kan!"

Perkataanku barusan sepertinya tidak digubris oleh Taka. Alih-alih menjawab gerutuanku ia justru menjejaliku dengan pertanyaan mengejutkan.

"Mau tinggal disini?"

Ha?

"Maksudmu??!"

"Iya, tinggal di apartemen ini, apartemenku."

"Tidak lucu Taka, mempermainkan penggemar seperti itu." Aku pun meninju lengannya pelan. Masa iya aku tinggal serumah dengannya? Gadis macam apa aku?

"I'm fucking serious, chubby." Ia menatapku dengan 'death glare' nya yang mengerikan. Menandakan bahwa ia benar-benar serius.

"Aku tahu, kau hanya berniat membantuku. Itu sungguh baik. Aku tidak berniat menolak, tetapi kau tahu kan, aku seorang gadis, aku tidak mungkin tinggal serumah denganm-"

"Chotto matte (tunggu sebentar). Apartemen ku bukan cuma ini, chubby. Jadi kamu mau tinggal serumah denganku? Tentu saja aku tidak keberatan." Jawabnya enteng dengan senyum hentai nya.

"Tidak mungkin lah!"

"Hm? Kau yakin menolak tawaranku? Ini sangat langka, jika kau tahu. Siapa lagi penggemar yang dapat apartemen gratis dari Taka yang paling ganteng ini??!" Ia mengedip-ngedipkan matanya.

"Tidak, Taka. Aku akan berusaha dengan tenagaku sendiri."

"Hm. Baiklah. Tapi jangan menyesal."

Aih, memalukan. Sekarang aku kan yang jadi terlihat berfikir yang tidak-tidak.

Aku memang sedang sangat butuh tawaran tersebut. Tetapi aku tidak bisa lagi menerimanya. Kenapa? Tentu saja aku tidak ingin merepotkan Taka lagi. Ini saja sudah cukup berlebihan.

Aku yakin bisa mengusahakan sesuatu, entah bekerja atau bagaimana. Pasti bisa. Dengan usahaku sendiri.

Yah setidaknya begitu pikirku pada awalnya.

***

Aku baru saja selesai menyelesaikan makan siang di sebuah kedai japanese curry murah langgananku setelah pamit dan mengucapkan terimakasih kepada Taka. Berkilo-kilo meter sudah, aku terus berjalan menggelindingkan koper sepanjang jalan sambil bertanya dari satu rumah ke rumah lain apakah ada hunian murah yang dikontrakkan atau sekedar menumpang sehari untuk berfikir kembali apa yang harus kulakukan. Tetapi sayangnya aku tidak menemukan apapun. Malah sepertinya setiap orang melihatku seperti orang aneh, gelandangan kere yang tidak punya rumah.

Tidak kusangka, ternyata kuliah di negeri yang sudah kuimpikan sejak dulu tidak semudah yang kubayangkan. Bahkan aku sudah berniat untuk membuat channel Youtube dan mengisinya dengan konten vlog yang akhir-akhir ini sedang di gandrungi anak muda seperti mahasiswa yang kuliah di luar negeri lainnya. Tetapi sepertinya cobaan selalu tidak membiarkanku untuk mendapatkan apa yang kuinginkan dengan mulus.

Uang sakuku sudah mulai menipis. Jika dihitung mungkin hanya cukup untuk biaya makan 1 hari ini. Sungguh menyedihkan. Jika terus begini, bukan tak mungkin, gelandangan di Tokyo ini akan benar-benar bertambah 1.

Keyakinanku mulai goyah. Tidak ada pilihan lain. Kuputuskan sudah untuk kembali ke apartemen Taka dan menerima tawarannya.

Sepertinya ada untungnya juga, sebagai seorang buta arah, aku selalu menyimpan spot Google Maps penting yang pernah kukunjungi. Jadilah dengan langkah lunglai karena sejak hari masih terik tadi aku berjalan, aku meneruskan untuk terus berjalan, mengingat juga aku harus menyimpan uangku untuk hidup daripada untuk biaya transportasi.

***

Aku sudah berada di depan apartemen Taka sejak 1 jam yang lalu. Namun sialnya, tidak ada siapapun disini. Seandainya saja aku punya kontaknya, ah, tapi aku siapa? Kalau bukan hanya salah satu dari sejuta umat fangirlnya.

Hawa malam dingin semakin membuatku terlihat menyedihkan. Bukan hanya menggigil saja, tetapi aku mempunyai alergi yang membuat sekujur tubuhku bentol-bentol. Hufft...

Setelah setengah jam lagi aku menggelandang, kulihat lamat-lamat sinar mobil datang dari kejauhan. Seorang pria tinggi dengan fitur wajah seperti karakter gachapin turun dari sisi kemudi.

Itu kan..

Toru?

Ms. Bakso (Taka X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang