Aduh dasar ya, seharusnya telepon atau chat dulu kek... Agar tidak jadi seperti ini. Memang dasar sayangku yang satu ini.
***
Author PoV
Untuk kesekian kalinya, sang gadis itu kembali memperbaiki posisi duduknya dengan hati-hati. Bukan. Bukan sofanya yang salah. Sofa mahal di apartemen Taka yang ia tinggali jelas seempuk marshmallow. Sang gadis itu hanya merasa sedikit pegal-pegal karena sudah beberapa jam ia duduk disitu. Ingin ia agar dapat hanya sekedar meluruskan kaki, namun takut laki-laki dipangkuannya akan terbangun.
Mengapa tidak membangunkannya saja?
Oh ayolah, wajah tidur lelaki itu terlalu imut jika dilewatkan. Ya, hanya dengan melihatnya memejamkan mata, kalian mungkin akan ikut merasa damai. Bulu matanya yang lebat, wajah babyface yang pulas, napasnya berderu seiring dengan dadanya yang naik turun secara pelan dan teratur. Yah, walaupun ada sedikit memar kebiruan pada pipinya.
He is too precious. Gumamnya dalam hati.
Tanpa sadar (y/n) pun terus memandang wajah sang pria yang tidak lain adalah kekasihnya itu. Sejenak lupa dengan kejadian yang beberapa saat tadi baru terjadi...
-Flashback on-
(Y/n) baru saja mematikan televisi, ketika senja mulai tergantikan dengan senyapnya malam. Ia lalu beranjak meraih lembar daftar pasien yang teronggok diatas meja dan mulai membuat catatan keperawatan. Andai saja rekan kerjanya tidak mendadak izin hari ini, pasti dia tidak akan membawa pekerjaan pulang seperti ini, karena (Y/n) selalu benci dengan yang namanya menunda pekerjaan. Tetapi jika merangkap sebanyak ini, bisa-bisa ia menginap rumah sakit dan pulang esok pagi.
Suara goresan pena beradu dengan detikan jam. Gadis yang menata rambutnya dengan gaya messy-bun itu berkali-kali merenggangkan tubuhnya. Meredakan kaku-kaku karena catatan yang ia kerjakan belum sampai seperempat dari total keseluruhan. Hari ini pun juga terasa sepi tanpa ocehan dari si rocker gombal yang biasanya tidak terlewat seharipun menelepon.
Tumben sekali ia belum menelepon. Bukankah katanya ia akan pulang besok? Mengapa ia tidak setidaknya berkabar sih? Huff. Yasudahlah. Sekali-kali aku yang menelepon tidak masalah kan?
Pada akhirnya gadis tsundere itu membuang rasa gengsinya untuk menelepon duluan. Rindunya kepada laki-laki hampir paruh baya itu mengalahkan personanya untuk terus menjadi tsundere.
Belum saja sempat tersambung, tetapi tiba-tiba terdengar suara barang jatuh dari luar, depan pintu masuk. Cukup keras. Sekeras suara batu bata yang menghantam tembok.
Tunggu dulu.
Tetapi di depan pintu kan tidak ada barang apapun? Apalagi barang berat seperti itu. Kalau ulah kucing pun tidak mungkin. Karena pertama, apartemen mewah seperti ini tentu saja dijaga dari hewan liar yang masuk. Kedua, memang benar-benar tidak ada barang di depan pintu. Ketiga, kucing tidak bisa membuat suara seperti itu jika tidak ada barang yang dijatuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Bakso (Taka X Reader)
FanfictionAku hanya seorang fangirl ONE OK ROCK modal kuota yang tinggal di desa. Bersama Ibuku yang punya usaha warung bakso. Tetapi suatu hari.... (Feel free to imagine its you)