Aku.
Seorang gadis desa anak tukang bakso -- hampir menjadi gelandangan di Tokyo dan sekarang hanya bisa mematung memandang seorang lelaki dengan tatapan curiga berjalan mendekatiku.
"Kau siapa hah?!! Sedang apa disini?!" Tanyanya dengan nada meninggi.
"A... A.. aku hanya, hanya- ...itu ano.."
Bagaimana ini? Aku harus menjawab apa? Ceritanya sangat panjang, dan tidak mungkin jika aku harus menceritakan semuanya disini. Apalagi si laki-laki itu, yah maksudku Toru, ia terlihat curiga dan was-was. Pasti aku dikiranya seorang fangirl Taka yang ekstrim hingga menjadi stalker dan menunggu Taka di depan rumahnya.
"Jika tidak berkepentingan kuharap kau bisa angkat kaki sekarang juga!"
Ia mencengkeram kerahku lalu menghempaskannya hingga aku jatuh menghempas pot bunga hingga pecah.
"Aa...aku minta maaf. Gomenasai. Hontouni gomenasai!" Aku membungkuk gemetar, lalu beranjak berlari dengan tenagaku yang tersisa. Tentu saja dengan sedikit pincang karena kakiku terluka terkena pecahan pot tadi. Karena terlalu gemetar, aku sudah tidak bisa bicara lagi. Lebih baik aku pergi saja.
Aku hanya bisa berlari terpincang-pincang dan perlahan bulir bening membasahi pipiku.
.
.
.
"Nee!"
"Hei nona!"
"Nona bakso!"
Aku menoleh ke sumber suara.
Terlihat seorang laki-laki dengan babyface yang familiar terengah-engah berlari mengejarku.
"Huff...larimu cepat juga ya untuk ukuran seorang gadis..."
"Taka?"
"Are you alright, chubby?" Ia menyita pundakku dan mengamatiku dari kepala hingga kaki.
"Oh, no. You're bleeding, chubby. Hei? Kenapa tubuhmu bentol-bentol begini?" Ia mengangkat sebelah kakiku dan mengamatinya dengan teliti.
"Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit alergi dingin. Haha aku lemah sekali ya?"
"Ck. Aku tidak menyangka Toru akan berbuat sekasar ini kepada gadis imu- maksudku gadis kecil sepertimu. Dasar. Bahkan ia tidak tahu apa tujuanmu datang kesini." Taka berdecak kesal melihat perlakuan Toru terhadapku.
Hangat.
Taka melepaskan jaket dari tubuhnya, lalu dengan pelan melingkarkan lengannya untuk memakaikan jaketnya kepadaku. Ia memasukkan tangan kananku dan tangan kirinya bersama ke saku jaket. Didalam saku, ia menggenggamku erat.
"Tanganmu dingin sekali, chubby."
Tangan kanannya lalu bergerak merangkulku, mendekatkan tubuhku dan membiarkan bahunya untuk menjadi tempat sandaran untukku. Ah tidak. Semoga Taka tidak menyadari tubuhku yang mulai menegang. Dan...
Wahai jantung, kenapa kau tidak bisa lebih pelan sedikit? Dasar lemah. Batinku. Taka hanya membantumu agar tidak kedinginan, bodoh.
.
.
Pandanganku tiba-tiba terbalik. Pemandangan yang kulihat hanyalah tanah yang bergoyang-goyang.
"Ah! Apa yang kau lak- Turunkan aku! Aku bisa berjalan sendiri! Taka!"
Tiba tiba saja tubuhku terbang karena ulah lengan Taka yang tanpa aba-aba membopongku seperti karung beras keatas pundaknya. Sementara lengan yang satunya menyeret koperku. Membawanya bersamaku ke dalam apartemen nya. Aku memukul-mukul punggung nya, merengek minta diturunkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Bakso (Taka X Reader)
FanfictionAku hanya seorang fangirl ONE OK ROCK modal kuota yang tinggal di desa. Bersama Ibuku yang punya usaha warung bakso. Tetapi suatu hari.... (Feel free to imagine its you)