1.22. Leave Him Alone.

166 27 11
                                    

Semerbak harum aroma kuah bakso menemani suasana tegang-romantis yang saat ini tengah menyebar secara sporadis pada radius ruang tamu di rumahku. Bagaimana tidak? Saat ini keempat orang member ONE OK ROCK tengah duduk berhadapan dengan Ibuku yang seolah sedang menginterogasi calon menantunya.

"Terus, saiki..le tole, sampeyan saiki kuliah opo kerjo?"
(Lalu, nak, kamu sekarang sedang kuliah apa kerja?)
Tanya Ibuku mulai membuka percakapan sesaat setelah aku menyelesaikan seruputan kuah baksoku yang pertama.

*(Tole/ )= istilah dalam bahasa jawa yang digunakan orang dewasa untuk memanggil anak laki-laki atau remaja laki-laki.

.

Kuliah atau kerja. Berarti ibuku masih menganggap Taka mempunyai kemungkinan dia adalah anak kuliahan yang sebaya denganku. Sudah kuduga, dengan wajah boyish seperti itu, siapa saja pasti mengira ia masih berusia 20 tahunan.

"Ibuku bertanya, apakah kamu sudah bekerja atau masih kuliah? Biar aku jawab." Aku menerjemahkan pertanyaan ibuku ke dalam bahasa Jepang untuk mereka.

Aku kembali bercerita kepada Ibuku, mengenai Taka yang sudah berumur 31 tahun, dan dia adalah seorang vokalis band rock. Dan dijawab dengan ekspresi ibuku yang tidak percaya dengan umur Taka. Dan kemudian disambung dengan pertanyaan selanjutnya yang mengundang tawa.

"Band? Band apa? Ibuk ngertine Blue Band, mentego digae nggawe terang bulan"
(Band? Band itu apa? Ibu hanya tahu Blue Band, (merek) mentega *sebenarnya margarin sih bukan mentega, tapi maklumlah org desa wqwq* yang digunakan untuk membuat martabak manis.

Aku tertawa sendirian, karena tentu saja semua tidak tahu dimana letak kelucuan dari perkataan Ibuku. Dan akhirnya setelah ku jelaskan, semuanya ikut terbahak-bahak hingga nyaris tersedak.

Percakapan kami terasa panjang, karena tiap kali ibu atau member OOR yang berbicara, aku harus menerjemahkan setiap ucapan mereka. Ibuku terus bertanya mengenai pekerjaan, sifat dan kebiasaan, bagaimana kami bisa menjadi kekasih, dan segala sesuatu yang umum ditanyakan seorang ibu ketika anaknya mempunyai pacar baru.

"Nduk, sampeyan kok gelem tho. Dek e podho lo umure ambek paklik. Tatoan, tindik an sisan!" Bisik ibuku.
(Nak, kenapa kamu mau dengan dia? Umurnya sama dengan paman lho! Bertato, bertindik pula!)

"Hush ibuk, dia itu berpenampilan seperti itu karena pekerjaannya. Tetapi sifat aslinya tidak, buk. Dia pintar masak, suka anak kecil, dan perhatian dengan hal-hal kecil. Dia bahkan lebih cocok jadi ibu daripada aku! Haha" Jawabku sedikit terkekeh namun kupaksakan karena gugup, takut ibuku tersinggung.

Setelah sekian pertanyaan dan jawaban, sesi 'interogasi' Ibuku akhirnya terpaksa selesai karena adikku pulang sekolah langsung nyelonong menuju dapur tanpa melepas seragam, tas, dan sepatunya.

Seperti biasa, ibukku bergegas ke dapur dan menyeret adikku untuk ganti seragam. Sementara aku, walaupun dengan canggungnya, harus menghadapi keempat pria dihadapanku ini sendirian.

"Senang rasanya melihat Mori-chan direstui oleh calon mertua, ahaha" Ucap Ryota dengan sumringah setelah sekian detik kami terdiam karena tidak tahu mau bicara apa.

Cih, mertua katanya. Kayak mau nikah aja. Apa jangan-jangan mereka sengaja tidak pulang karena ikut menemani Taka melamar-

Aishhh mikir apa sih aku ini!

"Iya, selama ini kasihan juga dia jomblo." Toru ikut-ikutan menepuk belakang pundak Taka

"Akhirnya! Turut bahagia bro!" Dan juga tak lupa, Tomoya ikut menyalami Taka dan menggerakkan lengannya ke atas-bawah dengan keras.

Ms. Bakso (Taka X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang