Tony Stark berjalan gagah di tiap langkah nya, melewati lorong-lorong kantor mewah nya dengan kacamata hitam keren nya yang terus menggantung di hidung indah nya itu. Tepat dia keluar dari lorong itu, dua orang asisten langsung mengapit nya dan membacakan apa saja jadwal nya hari ini. Dia mendesah lelah.
Semua orang berfikir dia pria yang paling beruntung di dunia ini, punya harta yang melimpah, Rumah dan mobil yang mewah-mewah, dan wanita-wanita cantik dan sexy. Tapi tidak seperti itu. Dia ingin bebas dari tuntutan pekerjaan.
Dia sudah muak hidup seperti ini, memikirkan pekerjaan dari matahari muncul sampai muncul lagi, menjilat disana-di sini, berpergian ke berbagai kota. Pekerjaan nya sangat menuntut waktu. Dia harus siap siaga jika saja pemilik saham di Dubai mengajak kerja sama atau Miliyarder Laos meminta nya datang.
Dia hanya ingin hidup bebas, bermain golf dan mencetak rekor tinggi, bermain wanita dan minum Wine sampai puas lalu setelah itu dia akan tidur di rumah seharian. Tapi itu hanya mimpi, waktu kosong saja jarang dia dapatkan walau semenit. Sungguh hidup yang melelahkan.
"Sir, Kita harus pergi ke sekolah yang kemarin kau beri donasi."
Mereka berbelok menuju pintu keluar menghiraukan tatapan-tatapan semua orang yang di lemparkan kepada nya. Jangan heran, mereka hanya menatap pria paling kaya New York.
"Untuk apa aku ke sana?" Tony masuk ke dalam mobil Karavan hitam mewah milik nya di ikuti kedua asisten nya tadi.
"Jika kau tidak mau datang, seharus nya kau tidak usah memberi donasi besar-besaran."
Tony menoleh dan tersenyum miring saat yang di duduk di depan nya adalah teman sesama pengusaha nya. Chris Hemsworth. Pria sialan yang di kenal Tony. Parah nya, dia adalah teman nya.
"Bagaimana lagi? Aku harus terlihat baik," Tony melepas kacamata hitam nya, "dan tampan."
Mereka sudah sampai di depan sekolah nya, mereka menggunakan donasi Tony dengan baik, pembangunan semakin bagus dan terlihat mewah. Tony kembali memakai kacamata hitam khas nya yang membuatnya semakin tampan.
"Jadi Tony," Chris membuka pintu dan keluar lebih dulu lalu menatap ke dalam, "Bersikap baik seperti biasa, jangan sampai sifag bajingan mu ketahuan."
Tony terkekeh sebelum akhirnya keluar menyusul Chris dan berjalan mengikuti nya, mereka di sambut tiga orang, satu pria besar yang Tony yakini kepala sekolah nya, dan dua siswa di samping kanan-kiri nya.
"Kami senang anda mau datang kemari, Tuan." Kepala sekolah mengulurkan tangan namun tidak di sambut baik Chris maupun Tony hingga dia harus kembali menarik tangan nya.
"Seperti nya kalian sangat lelah, miliyarder seperti kalian punya banyak pekerjaan. Bagaimana jika kita ke kantin dulu?" Senyum nya tak pernah luntur menunjukkan gusi jelek nya.
Tony akui dia pandai menjilat. Tony membuang nafas bersamaan pandangan nya dan jatuh ke ujung lapangan sekolah di mana ada gadis duduk sendirian di ayunan gantung di bawah pohon. Tony mengerutkan kening nya sendiri, kenapa gadis itu ada di luar kelas? Tidak bersama yang lain di dalam dan belajar? Atau ini memang sudah waktu nya istirahat? Tapi Tony tidak melihat siswa berhamburan keluar seperti biasa nya.
Dan kenapa tiba-tiba saja dia peduli?
Oke, Tony. Mungkin dia lupa buat pekerjaan rumah nya hingga dia di usir dari kelas. Jangan pedulikan dia. Sangat tidak penting sekali.
Tapi ekor mata Tony terus memperhatikan nya hingga saat gadis itu juga melihat nya hingga mata mereka bertabrakan. Mereka sempat mematung sebentar sebelum akhirnya gadis itu tersenyum polos membuat Tony serangan jantung.
Ada apa dengan diri nya? Tony rasa akan gila.
"Tuan-tuan, kalian akan di temani oleh dua gadis yang paling pintar dan cantik di sekolah ini."
Apa kata nya? Cantik? Cih, bahkan mereka tidak lebih cantik dari gadis yang duduk di sana--oke jangan bahas dia lagi. Tony dan Chris berjalan mengikuti gadis ini. Tony tahu jika mereka memakai make up. Walau tidak terlalu kelihatan tapi Kulit wajah mereka terlalu mencolok untuk gadis seumuran mereka, apalagi bibir nya, terlalu menor.
"Tuan, di sini ada tempat komputer. Komputer nya baru di ganti kemarin, terimakasih telah mendanai nya." Gadis itu tersenyum nakal. Tony berdecih, itu sama sekali tidak menggoda.
"Dan di sini ada --"
Ucapan gadis ini terhenti ketika suara bell berdentang sangat keras hingga terdengar ke seluruh bangunan dan kelas-kelas. Tak butuh waktu lama untuk melihat siswa-siswa berhamburan keluar kelas seperti orang kesetanan.
"Ini waktu istirahat, kalian tidak mau melihat kantin?" Tawar nya.
Tony tersenyum kecil, "Tidak, lebih baik kalian saja, karena menjaga kami butuh tenaga. Kembalilah jika sudah selesai."
Gadis itu tersenyum sebelum pergi meninggalkan Tony dengan wajah datar dan Chris yang keheranan.
"Kau kenapa, Tone?"
"Tidak ada, hanya bosan." Balas Tony acuh.
Chris tertawa, "aku sudah tahu sifat mu. Cah, aku ingin ke mobil dulu sebentar." Chris menepuk pundak Tony pelan lalu berjalan pergi meninggalkan nya.
Tony diam sebentar, tidak melakukan apapun selain berdiri dan memasukkan tangan nya ke kantung. Namun tiba-tiba, langkah kaki nya bergerak entah kemana, dia tidak tahu, dia hanya ingin berjalan.
Dia terus berjalan melewati lorong-lorong sekolah dan menghiraukan tatapan anak-anak. Sampai dia berhenti di belakang seorang gadis yang masih setia bermain di ayunan ini. Tony menghela nafas, dia juga tidak tahu kenapa dia melangkah ke sini. Hanya ingin saja.
Tony berjalan memutari ayunan itu hingga dia berhadapan dengan gadis yang duduk di sana. Merasa ada kehadiran seseorang, gadis itu mengadahkan kepala nya, sempat diam sebentar sebelum akhirnya dia kembali tersenyum, polos.
Tony terdiam saat manik abu-abu gadis itu menatap nya, sangat indah dan sangat langka, apalagi saat gadis itu tersenyum. Sempat Tony rasakan betapa indah nya paras gadis ini.
"Kenapa tidak bergabung dengan yang lain?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Tony, fikiran nya seperti tidak bekerja dengan benar.
Gadis itu kembali tersenyum. Sangat hangat dan menenangkan. "Aku hanya ingin sendiri."
"Kenapa?"
Sialan, mulut Tony seperti nya tidak bisa untuk di kendalikan.
Gadis itu diam, sesaat wajah nya terlihat murung walau akhirnya dia tersenyum lagi. "Hanya ingin. Bagaimama dengan mu, Tuan?"
Tony diam sebentar. "Aku juga."
"Mr. Stark! Jangan dekati dia!"
Teriakan itu langsung mengalihkan atensi kedua nya. Tony melihat siapa yang berteriak, dan itu adalah dua gadis yang menemani nya tadi.
"Kenapa?" Heran Tony.
"DIA ANAK HARAM!"
TBC
SERIUSAN PENGEN NGE PUBH :(
DAPET IDE INI PAS MAU TIDUR TADI MALEM HEHE. IDE GA BOLEH DI SIA-SIA IN.
TERGANTUNG REAKSI KALIAN. KALAU KURANG BAKALAN AKU UNPUBH.
BABAY
KAMU SEDANG MEMBACA
MY HAPPY GIRL
RomanceTony Stark merasa akan gila karena menyukai gadis polos sekolahan.