Jian berlari cepat, cepat sekali semampu yang ia bisa. Gadis itu sesekali melirik singkat pada jam di pergelangan tangan nya yang akan memberi reaksi satu dengusan frustasi juga rasa cemas yang akan semakin menjadi setiap kali jarum menit bergeser. Ia sudah terlambat lima menit dari kelas sorenya, lima menit lagi ia di pastikan tak akan bisa masuk dan mengikuti kelas kimia dasar yang diampu oleh dosen paling tampan namun juga paling menyeramkan. Ini semua jelas tak akan terjadi kalau saja beberapa waktu yang lalu--tepat satu jam sebelum kelas dimulai, Kim Jian tak lebih dulu bertengkar dengan pemilik kafe tempat ia bekerja, dan berakhir dengan sebuah pemecatan terhadap dirinya.
Memang bukan pertama kali Jian mengalami hal semacam ini. Dipecat dari pekerjaan nya, pindah tempat bekerja dari satu kafe ke kafe lain, atau dari satu supermarket ke supermarket lain, atau tempat yang mempekerjakan pegawai paruh waktu seperti dirinya.
Jian menghentikan tungkainya tepat didepan pintu ruang kelas. Membungkukan tubuh untuk sejenak menghela napas, sebelum tangan nya mengetuk singkat dan membuka pintu ruang kelas tersebut, "permisi , gyosu-nim, apa masih boleh saya masuk?" Tanya Jian dengan dada yang masih naik turun dengan napas tercekat.
Dosen muda yang sedikit merasa terganggu dengan kehadiran Jian itu melirik sekilas pada jam tangan nya. Memastikan masih ada tiga menit dari batas waktu toleransi yang ia berikan, "hm, masuk!" Ucapnya singkat. Di ikuti anggukan dan ucapan terimakasih dari Jian yang lekas masuk kedalam kelas dan duduk dikursi paling ujung ruangan.
"Kim Jian, ini sudah ketiga kalinya kau terlambat masuk kelasku. Satu kali lagi kupastikan tak ada toleransi untukmu, mengerti?"
Jian mengangguk, "iya, maafkan saya, gyosu-nim." Ucapnya sambil menundukan kepala.
Dosen tampan tersebut kembali kebelakang mimbarnya. Membuka literatur untuk kembali fokus pada bahan ajar, "baik, mari masuk pada bab tiga."
****
Kim Jian duduk bertelungkup wajah. Wanita itu masih betah tak beranjak meski kelas sudah usai dan semua orang dalam kelas begitu bersemangat untuk lekas enyah dari dalam kelas dan segera melesat menuju kantin untuk makan malam. Namun agaknya lain hal dengan Jian, gadis itu sama sekali tak berselera untuk mengikuti langkah teman-teman nya, bahkan tak berselera untuk lekas angkat kaki dari dalam ruang kelas.
"Kau kenapa?" Jian mendongak saat suara lembut itu menyapa pendengaran nya. Mendapati Hwang Nara mendudukan diri tepat di kursi depan nya, "ada apa lagi sekarang?" Tanya Nara, seolah teman baik Jian itu paham betul ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya.
Jian mendesah berat. Berpangku wajah pada dua telapak tangan nya sambil menatap Nara, "dipecat lagi." Ucapnya enteng, seolah dipecat bukanlah sesuatu yang besar untuknya.
"Apa lagi kali ini?" Tanya Nara yang sama tenangnya mendengar masalah Jian. Sudah terlampau biasa saat mendengar Jian dipecat dari pekerjaan nya, "menyiram pengunjung dengan kopi panas? Atau melemparkan kue ke wajah pelanggan?"
Jian mendengus tak suka dengan terkaan Nara, meski sebenarnya apa yang disebutkan oleh Nara bersumber dari fakta dan kisah nyata milik Jian, "tidak lagi untuk keduanya!!!"
"Lalu apa?"
"Aku bertengkar dengan pelanggan."
"Bukan nya sudah biasa? Katamu Jung Hoseok sangat memaklumi kelakuanmu itu."
Jian lagi-lagi menghela napas berat, "iya, dia maklum. Kalau saja pelanggan yang kuajak bertengkar itu bukan kekasihnya."
Nara memukul kepala Jian dengan penuh napsu. Berharap isi kepala teman nya itu bisa sedikit lebih baik berkat pukulan nya, "Yaa, Kim Jian, sebenarnya kau simpan dimana sih otakmu itu? Bagaimana bisa kau tidak tahu jika pelanggan itu kekasihnya Jung Hoseok--bos mu sendiri. Wanita paling populer di kampus kita--astaga, frustasi sekali aku padamu, Kim Jian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Housemate
FanfictionKehidupan keras yang dialami Kim Jian membuatnya harus tinggal dengan dosen pengampu mata kuliah kimia dasar di tempatnya menimba ilmu. Banyak drama yang dihadapi Jian selama hidup dengan pria yang menurutnya punya kepribadian ganda saat di rumah da...