10: Avoid

288 60 19
                                    

Ini sudah berjalan satu minggu sejak insiden patah hati Kim Jian. Dan dalam kurun waktu satu minggu sikap Jian pada Seokjin kentara sekali berubah. Gadis itu mati-matian meminimalisir pertemuan dengan Seokjin. Susah payah sebisa mungkin menghindar agak tak harus bertatap muka dengan pria itu, karena setiap kali matanya harus bertukar tatap dengan Seokjin, perasaan Jian akan berubah tak karuan—kesal, tapi tak bisa sepenuhnya merasa kesal. pokoknya perasaan Jian jadi tak karuan setiap kali bertemu muka dengan nya.

Setiap hari Jian selalu memulai harinya dengan bangun satu jam sebelum waktu Seokjin biasa terbangun dan keluar dari kamar. Dalam kurun waktu satu jam itu, Jian melakukan semua pekerjaan rumah, membuat sarapan untuk Seokjin—hingga saat pria bangun, pekerjaan rumah sudah selesai dan sarapan sudah tersaji diatas meja makan. Kemudian Jian akan kembali ke kamarnya dan akan keluar untuk berangkat kuliah atau melakukan hal lain nya setelah memastikan jika sang pemilik rumah benar-benar sudah pergi.

Begitu pun dengan kehidupan malam. Jian selalu memastikan diri agar lekas pulang saat dirinya memiliki kelas malam, beruntunglah kalau kelas berakhir di siang hari karena sejenak Jian bisa beristirahat dari misi menghindari Kim Seokjin. Namun saat kelas berakhir di malam hari, Jian harus rela bertarung dengan waktu agar bisa pulang sebelum waktu kepulangan Seokjin yang biasanya tiba di rumah sekitar pukul delapan atau lebih. Dan satu keberuntungan kecil lain nya karena Jian begitu hapal jam pergi serta jam pulang Kim Seokjin karena begitu terbiasa.

Setibanya di rumah, Jian tak punya waktu untuk berleha-leha. Ia akan segera bergerak membuat makan malam secepat mungkin dan lekas menyajikan nya di atas meja makan dan mengunci diri di dalam kamarnya sambil membawa sepiring makanan kedalam kamarnya. Maka di malam hari sekalipun ia tak perlu bertemu dengan Seokjin, meski sebenarnya Jian kerap kali dihinggapi rasa bersalah karena harus membuat Seokjin menyantap makanan yang sudah dingin.

"Jian, kau di dalam?"

Dan pertemuan tatap wajah Jian dengan Seokjin hanya terjadi beberapa saat dalam kurun waktu dua puluh empat jamnya. Pertemuan mereka bisa terjadi disaat seperti ini; saat Seokjin mencari keberadaan Jian, dan Jian tak punya pilihan selain keluar kamar dan menemui majikan tampan nya itu.

Jian mendesah berat. Menutup laptop yang tengah ia gunakan dan lekas membuka pintu kamarnya, "ne?" ucapnya setelah bertatap muka dengan pria yang seharian ini tak ia jumpai wajahnya.

"Kau sudah kerjakan laporan penelitianmu?" tanya Seokjin.

Jian diam sejenak, menoleh singkat kearah meja belajar dan tumpukan literatur di atasnya , "sedang aku kerjakan." Ucapnya kembali menatap Seokjin.

"Lalu materi ujian, sudah kau pelajari?"

Jian mengangguk singkat, "sudah, tinggal materi dari pertemuan terakhir, akan aku pelajari setelah mengerjakan laporan. Ada lagi?" tanya gadis itu, mungkin ia sudah merasa tak nyaman lama-lama bertukar tatap dengan pria dihadapan nya.

Seokjin menghela napas sejenak. Matanya memejam lamat sebelum kembali pada presensi Jian,"yaa, sudah jam berapa ini?" tunjuk Seokjin pada jam yang tergantung diatas pintu kamar Jian, "kau berencana mempelajari matari di tengah malam? Atau mau begadang semalaman dan berakhir mengantuk besok, begitu?" cecar Seokjin yang terdengar sedikit cerewet di telinga Jian.

Gadis itu pun jelas menggelang. Jian tentu saja tak berniat menggagalkan ujian nya esok dengan membiarkan dirinya mengantuk, "tentu saja tidak, lagi pula laporanku juga sudah hampir selesai—tinggal mengetik bab penutup." Ujarnya menjelaskan.

"Tidak bisa begini," Seokjin melengos masuk kedalam kamar Jian, menuju meja belajar Jian yang namapak berantakan dengan berbagai buku leteratus serta buku catatan yang terbuka—menandakan gadis itu tengah menggunakan nya. Seokjin menutup semua buku literatur dan catatan milik Jian, menumpuknya menjadi satu dan membawanya bersama laptop milik Jian di tangan, "kajja." Ucapnya sembari meraih tangan Jian dengan sebelah tangan lain nya yang bebas.

Suddenly Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang