Sementara sinar fajar tengah bersiap menjemput tugasnya, aku rupanya terbangun lebih awal ketimbang matahari yang belum seberapa memberi terang. Berjibaku dengan langkah yang sengaja kubuat sunyi—nyaris tanpa suara dan begitu hati-hati kutiti langkah keluar dari kamar. Menapak satu persatu persegi marmer dengan kaki telanjang ditengah ruang tengah yang masih nampak gelap karena lampu yang sengaja kupadamkan malam tadi dan kain gorden yang belum saatnya untuk dibuka.
Aku menghela napas lega ketika langkah terakhir telah membawaku tepat berada pada perbatasan ruang tengah dan dapur. Terlebih dahulu menyalakan saklar lampu dapur, namun setelahnya justru dibuat terkejut ketika ruang redup itu ditimpa cahaya lampu dan menunjukan seseorang tengah bertelungkup wajah diatas meja makan.
Aku perlahan mendekat, menelisik untuk mencari tahu siapa sosok yang masih berbalut jas dan pantopel yang belum terlepas dari kakinya. Bau alkohol jelas sekali semakin tercium ketika akhirnya aku memilih berjongkook untuk mencoba melihat wajahnya dari sisi bawah.
Kim Seokjin—rupanya pria itu yang kini sedang terkapar diruang makan. Entah karena kantuk, lelah, atau mabuk hingga membuatnya tertidur di meja makan. Yang pasti pria itu benar-benar lelap dalam tidurnya, hingga hela napas berat yang berkali-kali kuhembuskan tak cukup untuk membuatnya merasa terganggu.
Dihela napas kesekian, akhirnya berdiri dan mengambil langkah untuk lebih mendekat pada sosok yang nampak memberi sedikit pergerakan, hingga membuat wajahnya kini terlihat dari sisi kanan. Ada garis merah yang terukir pada pipi juga keningnya karena mungkin terlalu lama berada dalam posisi telungkup. Rambut klimisnya kini tampak jelas terlihat kacau.
Satu menit pertama tidak ada yang kulakukan, hanya diam sambil memandangi wajah letihnya. Bertanya-tanya dalam hati tentang apa yang membuatnya menjadi begitu kelelahan hingga tak sanggup berjalan kedalam kamar atau mungkin lebih mudahnya memilih sofa sebagai tempat untuk tertidur ketimbang bertelungkup tak nyaman diatas meja makan dengan permukaan taktak.
Kemudian di detik yang terus berganti, berbagai pikiran lantas berjibaku dalam kepalaku. Silih berganti seolah membujuk untuk mencari tahu jawabanya. Namun aku ternyata enggan beralih dari tempatku berdiri dan sesuatu yang begitu nyaman untuk kejadikan sebuah pemandangan pagi. Aku menikmati waktu yang kumiliki untuk menatapnya. Melepas tumpukan rindu yang sudah satu minggu ini aku tahan, ketika aku tak bisa melihatnya sedekat dan sejelas ini, padahal itu semua adalah kehendak yang kubuat. Tapi entah kenapa disini jadi aku yang merasa menderita sendirian.
Menghindar serta menjauh darinya, kupikir jadi pilihan paling tepat untuk perlahan belajar kembali pada posisiku. Mengatur perasaanku yang entah sudah berapa jauh untuknya. Tapi rupanya itu tidak semudah yang kubayangkan. Rasanya menjadi jauh lebih berat karena Kim Seokjin juga seolah berada dijalan yang sama denganku—sama-sama mencoba saling menghindar. Sejujurnya ada rasa rindu untuk kembali menjadi kami seperti diawal. Seharusnya aku tak menjadi serakah hingga pada akhirnya aku yang menghancurkan rasa nyaman yang sudah sama-sama kami ciptakan.
"Memandangi aku nya sudah cukup?
Tubuhku sontak limbung tak kala mata terpejam Seokjin tiba-tiba saja terbuka. Tubuhnya ia tegakan bersama rentangan tangan lebar untuk meregangkan tubuhnya yang mungkin terasa pegal setelah semalaman tidur dalam posisi tak nyaman.
"K—kau, sejak kapan kau terbangun?" tanyaku gelagapan. Memang manusia mana yang tak akan gugup saat tertangkap basah tengah memperhatikan seseorang diam-diam.
Seokjin menguap sebelum matanya tertuju padaku, "sejak kau berkali-kali menghela napas berat seolah dunia sedang runtuh saja."
Menganga tepat ketika Seokjin terbangun dari duduk dan membuka jas kerjanya dengan tatapan masih tertuju padaku, "lalu kenapa pura-pura tidur? Sengaja mau membuatku malu?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Housemate
FanfictionKehidupan keras yang dialami Kim Jian membuatnya harus tinggal dengan dosen pengampu mata kuliah kimia dasar di tempatnya menimba ilmu. Banyak drama yang dihadapi Jian selama hidup dengan pria yang menurutnya punya kepribadian ganda saat di rumah da...