08: My...Feeling

311 56 12
                                    


Jian fokus—terpaku pada sosok tampan yang tengah memberikan materi perkuliahan kimia dasar di paruh pertengahan semester perkuliahan. Namun ternyata Jian tidak sedang terpaku atau mengaggumi ketampanan dosen pengampunya itu seperti mahasiwi lain nya. Ia bukan pula sedang berkonsentrasi menyerap materi akhir yang akan menjadi bahan ujian tengah semester nya pekan depan. Gadis cantik itu hanya tengah mengamati Kim Seokjin dengan pikiran nya yang sedang melayang pada kejadian kemarin.

"Kau gila ya?! Kenapa juga harus memberi tahu Kim Taehyung soal kita yang tinggal bersama. Bukan nya kau membenci ada orang lain yang tahu soal kehidupan pribadimu!?" ucap Jian sesaat setelah memasuki kediaman Seokjin. Ia melangkah mengikuti kemana arah majikan sekaligus dosen nya itu menuju, "Seokjin-ssi, aku sedang bicara denganmu!" sentak Jian saat dirinya merasa tak ditanggapi.

Seokjin yang telah menuangkan segelas air meneguknya habis. Meletakan gelas diatas meja makan dengan mata dan atensi yang sepenuhnya telah berpindah pada sosok Jian, "memang apa masalahnya? Terserah aku mau memberi tahu Taehyung atau tidak."

Mendengar jawaban Seokjin yang terdengar menjengkelkan itu membuat Jian menghela napas dalam, "jadi disini kau yang paling berwenang karena kau tuan nya? Orang yang membayarku hingga kendalinya berada ditanganmu, begitu?" Jian kembali menarik napas. Ada satu decihan saat Jian memejam singkat, "apa sekarang aku tak punya hak berpendapat dalam hal ini? tak punya hak atas privasiku? Apa karena aku menyepakati perjanjian itu, maka kendali atas diriku juga menjadi berpindah padamu? Seperti itu tuan Kim Seokjin?" cecar Jian penuh emosi.

Seokjin yang tak mengira reaksi Jian akan se-emosi itu meneguk paksa salivanya. Melihat Jian yang nampak tersinggung dengan ucapan nya membuat Kim Seokjin kikuk. Maksud ucapan Seokjin tentu tidak sekejam apa yang dikatakan Jian. Ia sama sekali tak berpikir apalagi bermaksud menjadikan dirinya tuan atas kesepakatan mereka, meski ucapan nya memang sedikit mengarah pada persepsi demikian. Namun Seokjin sama sekali tak punya pikiran semacam itu, "bu—bukan begitu maksudku." Ucapnya setengah tergagap.

"Lalu? Lalu seperti apa maksudmu?"

Seokjin menghela napas panjang. Berkedip lamat, ia lantas kembali menatap Jian dengan wajah yang terlihat lebih serius," aku hanya tidak ingin kau menjadi terlalu dekat dengan Taehyung."

"Kenapa? Dan apa korelasi dari alasanmu itu dengan memberi tahu Taehyung tentang kita yang tinggal bersama. Kau tahu, Kim Taehyung mungkin akan salah paham dengan semua ini."

"Salah paham? Kenapa dia harus salah paham, sedangkan yang dia tahu aku dan kau adalah sepasang kekasih. Dimata Taehyung kau adalah seseorang yang akan kunikahi. Lagi pula aku ingin Taehyung mengerti dimana batasan nya. Aku ingin dia tahu dimana posisinya seharusnya berada." Ujar Seokjin panjang lebar.

Jian memaku sejenak. Kalimat yang Seokjin gunakan terlalu berbelit hingga membuat Jian butuh waku lebih panjang untuk berpikir dan menguraikan maksud dari ucapan pria itu. Jian seperti dibuat dilema harus merasa bagaiman. Kalimat Seokjin menjadi terdengar ambigu ditelinganya, seperti ia diletakan disatu titik istimewa untuk Seokjin, tapi disisi lain tentu Jian punya realita yang tak mungkin sejalan dengan pikiran konyolnya, "perjelas ucapanmu! Aku tidak terlalu cerdas untuk mengerti maksud ucapanmu."

Seokjin menghela napas sejanak, "jangan dekat dengan laki-laki mana pun selain aku! Jangan buat orang lain merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan, Kim Jian."

Kim Jian menghela napas panjang. Konversasinya kemarin bersama Kim Seokjin seperti alur drama yang bersambung disaat klimaks dan tak tahu kapan akan kembali tayang dan memperjelas konfliknya. Sama seperti konversasi keduanya yang terputus saat Jian seharusnya mendapat penjelasan yang sejelas-jelasnya dari ucapan Seokjin.

Suddenly Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang