09: Confused

340 52 14
                                    

Kim Jian Side

Di awal aku tinggal dengan pria bernama Kim Seokjin, aku menyadari bahwa imajinasiku terbatas pada sesuatu yang semestinya, normal, dan biasa. Mungkin lebih tepatnya mengendalikan diri untuk tak berpikir diluar batas kewajaran. Kurasa seperti itulah yang kulakukan di awal hidup dalam satu atap yang sama dengan Kim Seokjin.

Imajinasiku tak berani membayangkan sesuatu diluar akal. Terlebih jika mengingat kenyataan hidup kami yang terbagi ibarat langit dan bumi. Kim Seokjin, seorang dosen yang disegani di kampusku, popularitasnya menjulang tinggi dimata para mahasiswanya. Terlebih belum lama ini aku mengetahui bahwa dirinya adalah sosok lain dibalik kesuksesan Namjin Chemical-perusahaan kimia yang tengah merangkak naik kepuncak teratas kesuksesan. Bersama seorang sahabatnya, Kim Seokjin diketahui membangun kerajaan bisnis itu mulai dari titik nol hingga naik seperti saat ini, menunjuka jika pria itu memang punya semangat juang tinggi yang tak banyak orang tahu-seingatku tertulis begitu diartikel yang kubaca tiga hari lalu.

Mungkin memang tak banyak yang tahu sisi lain seorang Kim Seokjin. Kebanyakan orang hanya tahu jika dalang dibalik kesuksesan Namjin Chemical adalah Kim Namjoon-sahabat sekaligus partner bisnis Seokjin. Padahal pemegang kendali utama dari proses perkembangan perusahaan tersebut adalah Kim Seokjin, meski Kim Namjoon juga memegang peranan besar sebagai pengendali market pasar yang handal. Mungkin hal itu dipengaruhi fakta jika Kim Seokjin tak hanya dilahirkan sebagai seoran pebisnis, melainkan seorang Chemist muda yang handal.

Namun kesuksesan dan nama besarnya itu seolah sengaja ia tutupi dari dunia luar. Mengunci rapat kehidupan dan sisi lain dirinya membuat tak banyak orang tahu tentang siapa itu sebenarnya sosok Kim Seokjin. Kebanyakan orang hanya mengenalnya sebagai dosen tampan dengan segudang penggemar mahasiswa wanita, dan kenyataan nya Seokjin menyukai hal itu. Kurasa begitulah gambaran yang diceritakan Jungkook padaku soal Kim Seokjin dimatanya.

Maka mengingat betapa besarnya sosok seorang Kim Seokjin, imajinku tentang 'hubungan' yang terjadi diantara kami terhenti pada satu titik wajar untuk ku. 'Nyaman'-kata yang kumaknai dengan pengertian paling sederhana; dimana menjadi sebuah perasaan yang timbul karena kita bertemu dengan seseorang yang memiliki kepribadian sesuai dengan yang di harapkan. Kehadiranku yang rupanya bisa diterima oleh Seokjin dan membuatnya tak terusik sama sekali, mungkin dalam hal ini aku cenderung pintar tutup mulut. Menyegel rapat kehidupan pribadinya untuk diriku sendiri.

Ya, pada akhirnya sebatas itu kumaknai perasaan nyaman yang diutarakan oleh Seokjin. Meski sesungguhnya kala ia mengungkapkan kata itu jantungku sempat berdegup tak karuan, berharap bahwa ada devinisi lain dari kata nyaman. Dan tak jarang membuatku berimajinasi tentang sesuatu yang lebih jauh, meski pada akhirnya realita tentu tak akan semudah itu berjalan sesuai dengan pikiranku.

"Memikirkan apa?"

Aku tersentak dari lamunanku dan mendapati Kim Seokjin tengah berdiri dihadapanku. Dengan tenang pria itu menuang segelas air dan duduk dihadapanku, "kenapa belajar dimeja makan? Kamarmu tidak nyama dipakai belajar? Atau lampunya yang membuat tidak nyaman karena terlalu redup?"

Aku dengan cepat menggeleng. Bukan tengah memberi jawaban penyangkalan atas pertanyaan nya, melainkan tengah mencoba mengenyahkan kata 'nyaman' yang jadi berubah makan dikepalaku, "tidak tidak, semuanya baik-baik saja," aku lantas menatapnya dan mengacungkan jari telunjuk padanya, "dan juga...berhenti mengatakan kata nyaman dihadapanku!"

Kulihat pria itu mengerutkan kening nya. Kedua alis tebalnya bersibobrok menukik dengan tatapan aneh yang ia tujukan padaku,"kau ini kenapa sih? Memang apa yang salah dengan aku menggunakan kata nyaman? Lalu aku harus menggunakan kata apa untuk mengganti kata nyaman, hah?"

Suddenly Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang