Rasanya ini terlalu canggung bagiku. Abstrak sekali saat kehidupanku tiba-tiba menjadi terasa janggal. Ini jelas masih terlalu pagi buta, tapi entah kenapa tensi tegang sudah menyeruak hingga membuat jempol kakiku terpentok ujung kaki meja. Kali ini rasanya seperti pencuri yang kedapatan mengutil dirumah orang—tertangkap basah oleh si tuan rumah hingga berakhir terpaku saling tatap karena bingung harus bereaksi seperti apa. Atau mungkin si tuan sedang mencerna kehadiranku di dapur rumahnya, barang kali ingatan nya tentang hari kemarin terhapus bersama bunga tidurnya.
"Gyo—" aku menepuk bibirku. Sulit sekali mimbiasakan diri untuk memanggilnya dengan panggilan yang telah disepakati. Mungkin aku nya sudah terlampau biasa memanggilnya dengan sebutan hormat, jadi sungkan sekali harus memanggil seseorang yang usia serta status sosialnya berada jauh diatasku, "aku sedang bersiap membuat sarapan, Seokjin—ssi. Ada sesuatu yang ingin kau makan?" tanyaku sedikit berhati-hati. Ini masih terlalu pagi untuk salah berucap dan menimbulkan perdebatan.
Seokjin mengambil langkah yang masih sedikit sempoyongan, terlihat sekali jika pria itu masih setengah sadar. Ia menarik kursi dan duduk tenang di kursi meja makan, "aku apa saja. Ambilkan aku minum." Ucapnya sembari menunjuk kearah kulkas.
Aku mengangguk dan lekas mengambil sebotol air dan menuangkan nya kedalam gelas dan segera meletakannya dihadapan Seokjin yang langsung ia tenggak habis, "kau kuliah jam berapa?" tanya Seokjin saat meletakan kembali gelas kosongnya.
"Hari ini aku hanya ada kelas malam, sekitar jam tujuh."
Seokjin hanya mengangguk. Sedangkan aku kembali membuka lemari pendingin dan mengeluarkan beberapa bahan makanan yang kujumpai di dalam lemari pendingin, "bagaimana kalau aku buatkan sandwich. Ada selada dan tuna di lemari es."
"Boleh. Jangan masukan banyak terlalu banyak mayonais didalamnya, masukan juga beberapa lembar keju, dan berikan banyak selada." Perintahnya terdengar cerewet.
Aku mendecih. Ingin memutar wajah dan sedikit mendumal. Padahal tadi dia bilang akan makan apa saja. Giliran kutawarkan jadi banyak maunya. Tahu begitu kurebuskan saja mie instan, "baik." Ucapku setengah hati, "ah iya, aku pinjam bahan makananmu ya hari ini. tapi mulai besok aku akan membeli kebutuhanku sendiri, dan nanti bahan makanan yang kugunakan akan aku ganti."
Seokjin hanya menimpali dengan sebuah deheman, "hari ini tolong bereskan ruang kerjaku ya, tapi ingat, jangan sentuh apapun yang ada di atas meja kerjaku!"
Aku mengangguk, "iya. Tapi Seokjin-ssi, hari ini aku minta izin untuk mengantar Nara ke rumah orang tuanya, tidak apa kan?"
Pria yang tengah menguap itu lantas memandangku dengan dahi yang mengkerut, "untuk apa juga kau meminta izin padaku. Kau pikir aku ayahmu." Ia lantas beranjak dari tempat duduknya untuk kembali menuju kamar, "kalau sarapan nya sudah siap letakan saja di meja." Kemudian pria itu melenyapkan diri kembali kedalam kamarnya.
"It's okay, Ji. Dia memang sedikit menyebalkan. Tapi setidaknya dia tidak akan membuatmu menumpahkan kopi atau cake pada wajahnya—ya, setidaknya kau segan karena dia dosenmu."
*****
Lelah. Mungkin itu yang kini dirasakan Jian. Seharian penuh waktunya begitu tersita dengan aktivitas diluar. Mulai dari mengantarkan Nara ke rumah orang tuanya dan menghabiskan waktu dua jam di perjalanan. Kemudian harus kembali ke Seoul untuk mengejar kelas malam nya pukul tujuh. Beruntunglah perjalanan empat jam pulang pergi terasa lebih nyaman karena Jungkook benar-benar menjadi pahlawan hari ini. Ia menjadi supir seharian untuk Jian, tentu saja hal itu Jungkook lakukan demi Nara.
Jian melangkah gontai sambil menyeret koper besar miliknya yang pagi tadi baru saja diambil dari flat Nara. Awalnya Jungkook sempat menawarkan diri untuk membawakan koper Jian kerumah Seokjin, namun lekas Jian tolak karena seharian ini sudah begitu banyak merepotkan Jungkook, jadi ia terpaksa membawa koper besar itu ke kampus dan menitipkan nya di ruang kesehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suddenly Housemate
FanfictionKehidupan keras yang dialami Kim Jian membuatnya harus tinggal dengan dosen pengampu mata kuliah kimia dasar di tempatnya menimba ilmu. Banyak drama yang dihadapi Jian selama hidup dengan pria yang menurutnya punya kepribadian ganda saat di rumah da...