17: I Love You

209 41 12
                                    

Kim Jian PoV

Mungkin ucapanku yang terlampau menantang tempo hari lalu telah membuat sang penentu takdir murka. Lantas dengan sengaja secepat kilat ia buat semua ucapanku pada Taehyung menjadi sesuatu yang nyata, padahal aku sendiri menjadi orang yang paling menyesal mengatakan itu pada Taehyung.

Aku tak pernah bermaksud untuk mengukur seberapa besar rasa suka Kim Seokjin padaku, karena hanya ada aku sendiri saja sudah membuatku berpikir jika rasa suka Kim Seokjin padaku tidak sebesar bagaimana aku menyukainya, apalagi kalau seseorang dari masa lalu yang begitu membekas di hati Kim Seokjin turut menjadi sainganku dalam memperebutkan hati seseorang yang begitu sulit diluluhkan.

Kak Anna, ia tersenyum saat matanya akhirnya menangkap kehadiranku yang hanya dapat mematung disudut koridor. Ia dengan langkah percaya dirinya menghampiriku dengan senyum yang begitu cerah—seolah hari kemarin bukanlah sesuatu yang perlu membuatnya merasakan sesuatu yang disebut kecanggungan.

"Hai, Jian," Sapanya, lantas melingkarkan lengan putih nya pada lenganku, "Kau baru pulang kuliah?"

Aku hanya mengangguk canggung. Tersenyum seadanya seraya mengikuti langkah anggun Kak. Suara ketukan sepatu hak tingginya terdengar begitu nyaring dan teratur, ada irama yang membuat telinga siapa saja yang mendengar akan yakin jika si pemilik suara sepatu itu adalah sosok anggun dengan langkah bak model professional.

Kak Anna dan aku lantas menghentikan langkah diantara pintu pintu apartemen Kim Seokjin dan Kim Taehyung yang saling bersisian. Kutengok sekilas sosok cantik yang tengah tersenyum menatapku. Bertanya-tanya sebenarnya kemana langkah ambigu Kak Anna akan tertuju. Apakah ke apartemen Taehyung, atau Kim Seokjin.

Kulepaskan kaitan tangan nya pada lenganku. Menatapnya sambil tersenyum canggung—meski sebenarnya sudah sebisa mungkin bersikap normal untuk mengaburkan perasaanku yang sedikit tidaknyaman, "kau mau ke apartemen Taehyung-ssi, Kak?" tanyaku. Poin terpentingnya kutekankan, seolah berharap jika wanita itu memang benar-benar hendak mampir ke apartemen Kim Taehyung, dan bukan apartemen Kim Seokjin.

Kak Anna, dia tersenyum lebar. Menyeka rambut hitamnya dengan anggun lantas kembali menatapku, "tidak," jawabnya singkat. Dan sesingkat itu pula jawabanya mampu membuat jantungku berdetak kelimpungan. Memikirkan kebenaran jika tujuan kak Anna yang sesungguhnya adalah untuk Kim Seokjin, "aku ingin bertemu Kim Seokjin."

Kembali, kalimatnya mengandaskan semua penyangkalan. Kedatangan nya kemari memang untuk Kim Seokjin. Dan saat itu lah aku menyadari bahwa tidak benar membiarkan emosi mengendalikan diri sehingga membuat mulut dengan mudahnya membuka ucapan yang sebenarnya kita sendiri tak mampu bertangggung jawab bahkan menanggung jika apa yang diucapkan menjadi sebuah kenyataan. Mungkin pepatah yang mengungkapkan jika ucapan itu adalah doa merupakan suatu kebenaran yang kadang kita lupakan.

Aku tersenyum, kali ini tanpa kecanggungan didalam nya. Menggeser sedikit langkah kaki agar tepat berada didepan pintu apartemen Kim Seokjin, "tapi saat ini gyosu-nim sedang berada di kantor, mungkin baru akan pulang malam nanti," ucapku. Entah mengapa ada sesuatu yang terasa mendorong diriku untuk tak gentar menghadapi kak Anna, meskipun sisi lain diriku merasa sebaliknya.

Rasanya ingin sekali memperlihatkan pada Kak Anna jika pria yang ditunggunya adalah miliku, seseorang yang telah membuka hatinya untuk ku, "oh ya kak Anna, aku tidak tahu apakah Taehyung-ssi telah memberitahumu atau belum, tapi aku dan Kim gyosu—"

"Aku tahu," selanya tanpa memberiku kesempatan menyelesaikan kalimat, "kau dan Jin berkencan bukan?" kulihat alis kak Anna menukik seolah bertanya, namun dari raut wajah, senyum, serta intonasi dari pertanyaan nya seolah memberi jawaban bahwa ia tahu hubunganku dan Seokjin, "Taehyung memberitahuku waktu itu."

Suddenly Housemate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang