Chapter 18

2.5K 384 409
                                    

HappyReading^^






Are You Ready for this?

ZIMZALABIM


#Jimin pov

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

#Jimin pov.

Keesokan paginya....

Drttttttt.......

Aku terbangun, saat mendengar suara getaran ponselku yang berada di atas nakas. Siapa yang menelponku pagi-pagi buta begini?

Setelah mengambil ponselku, aku melihat nama yang tertera di ponsel milikku dan ternyata dari suster kepercayaanku di rumah sakit.

Kim Dahyun.

Sepertinya ada hal penting yang harus dia katakan padaku, karena yang kutahu Dahyun ku minta untuk tetap berada di rumah sakit selama 24 jam.

Aku mengangkat panggilannya. "Yoboseyo, suster Dahyun. Ada apa menelponku? Apa terjadi sesuatu di rumah sakit?" tanyaku sedikit menduga alasannya menelponku.

"Dokter Park, bisakah anda kemari sekarang? Ada pasien, dia seorang menteri yang baru saja kecelakaan dan disini kami kekurangan dokter yang dapat menangangi operasinya." jelasnya membuatku terkejut tentunya, seorang menteri bukanlah orang sembarangan.

Aku harus pergi ke rumah sakit meskipun saat ini masih pukul 3 pagi, tapi ini demi kepentingan Negara karena aku harus segera menyelamatkan nyawa seorang menteri.

Saat hendak turun dari ranjang, aku tak mendapati Rose tertidur di sampingku. Kemana perginya dia? Ah sudahlah, aku harus pergi sekarang.

Aku mengganti pakaianku lalu keluar dari kamar, menuruni anak tangga hingga seorang yeoja yang baru keluar dari dalam kamar membuatku spontan saja menoleh ke arahnya.

Kang Seulgi.

"Kau mau kemana pagi-pagi begini?" tanya Seulgi sembari menghampiriku, ia masih lengkap dengan piyama bergambar beruangnya.

Aku mulai tergesa-gesa. "Aku harus ke rumah sakit sekarang, ada seorang menteri yang mengalami kecelakaan dan harus segera di operasi." ungkapku untuk menjawab rasa penasaran yeoja di hadapanku kini.

"Kalau begitu, izinkan aku ikut. Siapa tau kau membutuhkan bantuanku." timpalnya khawatir dan hendak pergi ke kamar, mungkin akan mengganti piyamanya.

Aku menarik tangannya agar kembali menoleh kepadaku. "Tidak, jangan ikut! Aku tak mau terjadi sesuatu padamu dan pada bayi kita." pintaku melepaskan genggaman tanganku dan beralih mengelus perutnya spontan saja.

Kami berdua terdiam kala merasa suasana yang canggung, terutama aku yang secara tiba-tiba bersikap manis pada Seulgi yang kini tengah mengandung anakku.

Fake Love to Bad Boys (Tersedia Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang