"Sung, seha--"
Niatnya ingin membesuk namun seketika menyesal. Katanya Han Jisung itu sakit. Namun Felix justru menemukan hal lain. Mari tebak apa.
Di sana, Han Jisung duduk, di depan monitor, telinga disumbat headphone dan layar menampilkan game yang biasa dimainkan bersama Felix.
"Lix, jangan salah paham, Lix," Jisung mulai dramatis, berlagak seperti pasangan yang ketahuan selingkuh.
Pun Felix menarik napas panjang-panjang, menghimpun udara masuk, "TANTE--"
"Eits, tidak semudah itu, Bambang," Jisung terlebih dahulu menutup mulut Felix sebelum aksinya kepergok ibunya.
Setelah memastikan Felix tidak memiliki niatan untuk mengadu, Jisung beranjak pergi, menutup pintu lalu mempersilakan Felix duduk di atas karpetnya. Kemudian Jisung mengaduk-aduk isi belanjaan Felix, sementara sang pemberi hanya melihat sekeliling kamar Jisung, sesekali menggigit sosisnya.
"Good, kamu bawain aku chewing gum," Jisung mengangguk puas.
Felix mengamati wajah temannya itu. Memang sedikit tampak pucat namun selebihnya terlihat baik-baik saja. Felix mengumpat dalam hati, kalau aja si Paijo ini pura-pura sakit, awas aja.
"Kamu sakit ga, sih?" Felix menepis tangan Jisung yang hendak mengambil sosisnya, "keliatannya sehat-sehat aja."
"Ya iyalah keliatan sehat," sebuah snack dibuka, "aku ga sakit berat. Diare doang."
"Diare jangan makan micin, nyet," Felix reflek sewot, "buah aja, buah."
Jisung mengerucutkan bibir membuat Felix bergidik jijik, "bosen buah~"
"Najis nadanya."
Namun Jisung tidak menolak tatkala Felix mengupaskannya sebuah apel dan menyuruhnya untuk memakannya. Malahan Jisung ketagihan, dengan kurang ajarnya menyuruh Felix untuk mengupaskan buah lagi.
"Kamu ga papa, Lix?" disela kunyahan, Jisung bertanya, "nilaimu turun, kan?"
Helaan napas berat terlontar dari si pemilik deep voice. Ia menopang dagu lalu mencomot sepotong apel, ikut mengunyah.
"Mau gimana lagi, Sung," balas Felix, "sudah terlanjur."
Jisung sebenarnya tidak tahu banyak. Ia hanya tahu sebatas ibu Felix yang ambisinya lebih besar dari anaknya. Selebihnya Jisung tidak tahu. Pun Felix tidak menunjukkan bahwa ia ingin bercerita maka Jisung juga tidak memaksa.
"Semua bakal baik-baik saja," Jisung merangkul bahu Felix, "kamu bilang kamu bakal biasa saja. Malah dengan entengnya kamu bilang mau main game saja. Kuy main game!"
Felix bergeming ketika Jisung beranjak, mengambil dua buah laptop dari lacinya lalu sibuk menyiapkan perangkat yang dibutuhkan. Sesekali senandung terdengar dari bibir pucat Jisung.
Bagaimana bisa Jisung selalu ceria seperti itu?
"Sung," Felix berujar ketika Jisung menyodorkan headphone padanya, "kenapa kamu selalu senyum, sih?"
Kedua manik Jisung membulat mendengar pertanyaan Felix. Entah kerasukan apa, ia mengambil beberapa langkah ke belakang sembari memeluk dirinya sendiri.
"A-ada apa ini, Lix?" Felix bingung mendengar nada bicara Jisung, "kamu naksir aku?"
Raut wajah Felix berubah menjadi datar. Berbeda dengan Jisung yang terlihat ketakutan.
"Jangan begitu, Lix. Kamu ga tau ya, kalau kamu banyak disukai cewe. Sadar, Lix. Pun aku masih normal, buktinya aku--IYA, IYA, AKU CUMA BERCANDA! LETAKIN BENDA ITU, JANGAN MAIN-MAIN!"
Bagaimana Jisung tidak teriak tatkala dengan wajah datar Felix mengangkat pisau buah di sampingnya?
Namun tak lama Felix tertawa, lucu rasanya melihat wajah ketakutan Jisung, terlebih setelah temannya itu mengerjainya.
"Nah gitu, ketawa," Jisung tersenyum simpul, "senyum bisa membawa energi positif, Lix. Makanya aku suka senyum, aku pingin berbagi energi positif yang aku punya."
Felix tertegun. Tak pernah terpikir akan jawaban Jisung. Sederhana namun bermakna, Felix puas.
Semoga aku bisa sepertimu, Sung.
°°°
Up sebelum minggu depan ga sempet lain wp hmm
KAMU SEDANG MEMBACA
Voices ; Lee Felix [✓]
FanfictionTentang Felix yang berusaha terbebas dari suara-suara yang mengganggunya.