"Lix, Felix, Felix, Felix, Fel--"
"Berisik."
Sungguh jengah rasanya, Felix hampir membanting meja. Di depannya, Hyunjin menenggelamkan wajah, teramat bosan. Sedari tadi hanya menunggu temannya menulis materi di buku. Katanya tadi tertinggal soalnya Pak Sungjin terlalu cepat menulis.
Bukannya mau mengabaikan tetapi Felix sadar diri. Jika ia tidak menulis, ia tidak bisa belajar. Felix sudah terlalu jengah mendapat amarah sang ibu. Terlebih jika membawa nama Hyunjin.
Hyunjin ini membawa jengah namun Felix tidak bisa berhenti berteman dengannya.
"Bolos, kuy."
Ajakan dari Hyunjin membuat Felix hampir tersedak soda. Matanya membulat menatap Hyunjin tidak percaya.
"Gila, ya?" Felix terbatuk sebentar, "habis ini fisika, woy. Gurunya killer, ingat?"
Hyunjin beralih menopang dagu, matanya memandang Felix malas, "bosen sama fisika. Ga nulis dari awal jadi ga paham materi. Ngantuk juga liat gerak parabola mulu."
Sebuah memori memasuki kepala Felix. Ia ingat, waktu itu Hyunjin tidak masuk seminggu karena harus mengikuti lomba di luar kota. Saat itu Seungmin juga ikut lantaran lombanya membutuhkan kerja sama tim. Pantas saja Hyunjin tertinggal.
"Loh, biasanya juga nyatet bareng Seungmin," ujar Felix.
"Ck, catetannya Seungmin makin ga jelas," kelihatan sekali Hyunjin hanya membuat alibi.
Felix menggelengkan kepala tidak percaya, "bilang aja memang males sama fisika."
Sebuah senyuman terbit di bibir Hyunjin kemudian ia menjentikkan jari, terlihat puas dengan perkataan Felix, "betul sekali wahai Lee Felix. Lagi males sama bab sekarang. Makanya bolos aja, kuy. Ayolah, ya?"
Di hadapan puppy eyes Hyunjin, Felix terdiam. Berpikir keras akan tawaran Hyunjin. Sebenarnya bukan hal yang tabu Hyunjin menawarkan untuk membolos. Sering sekali malah. Namun Felix jarang sekali diajak olehnya. Biasanya Hyunjin mengajak Jisung atau mungkin Hwall yang memang selalu mengiyakan ajakan Hyunjin. Saat ini Jisung tidak masuk dan Hwall entah pergi ke mana, bolos dari pagi.
"Ayolah, Lix," sekali lagi Hyunjin memohon, "sekali-kali bolos ga ada masalah."
Buat kamu memang ga ada masalah, Felix bermonolog dalam hati, membantah ucapan Hyunjin. Namun ada sisi di dalam dirinya yang membisikkan perintah sesat untuk menyetujui ajakan Hyunjin.
"Ayo, Lix, sebelum gurunya dateng."
Untuk yang kesekian kali, Felix menatap Hyunjin. Keningnya terus berkerut memikirkan keputusan yang akan ia ambil. Kalo Hyunjin bolos sih ga masalah, dia udah pinter, sisi baik dalam dirinya berkata, tapi aku juga capek belajar terus.
Pada akhirnya Felix mengangguk, menyisihkan sisi baiknya dan memilih jatuh pada bisikan jahat. Menyelinap, ia mengikuti Hyunjin menuju rooftop tepat setelah memberi beberapa camilan di kantin. Seukir senyuman tampil, kemudian berubah menjadi tawa puas.
Persetan dengan semuanya, aku lelah.
°°°
Bayangin si felix ketawa lepas sama lebar
Hmmm, ganteng
KAMU SEDANG MEMBACA
Voices ; Lee Felix [✓]
FanfictionTentang Felix yang berusaha terbebas dari suara-suara yang mengganggunya.