Tangan kanan Felix bergerak meraih es jeruk di sampingnya selagi matanya menatap laptop milik Seungmin. Diteguknya sedikit lalu kembali fokus.
"Gimana, Lix? Bisa, gak?" Seungmin bertanya dalam nada cemas.
Jadi, sekitar tiga puluh menit yang lalu, Seungmin datang ketika Felix tengah tidur di kamarnya. Temannya itu berkata dalam nada panik bahwa laptopnya hang, hanya dapat loading tanpa masuk ke layar tampilan desktop. Dengan rambut acak-acakan, Felix mengangguk saat Seungmin meminta tolong darinya kemudian mempersilakan Seungmin masuk.
"Ih, Lix, gimana jadinya?" Seungmin mulai panik.
Felix menoleh ke arah Seungmin sebentar, "santuy, Min. Kayak gini mah, aku bisa."
Sementara si empunya makin gelisah. Soalnya Seungmin ini mau mengerjakan proposal OSIS. Bodohnya Seungmin, file proposalnya tidak ia salin ke flashdisk. Jika disuruh membuat lagi, Seungmin takut waktunya tidak cukup.
Felix meminum es jeruknya sekali lagi, masih dengan mata yang memandang laptop Seungmin yang kini sedang dalam proses loading. Sebuah suara khas muncul, membuat Seungmin terlonjak bahagia.
"YUHUUU NYALA JUGA!"
Langsunglah laptop ditarik. Dengan mata berbinar Seungmin langsung menuju folder dimana ia menyimpan proposalnya. Helaan napas terdengar begitu dirinya menemukan file itu masih ada disana.
"Untung ga harus di-reset ulang," suara berat Felix teralun, "udah sono, kerjain tuh proposal."
Kepala Seungmin menoleh cepat ke arah Felix, "sekali lagi makasih banyak, Lix. Ya ampun aku ga tau harus ngapain kalau ga ada kamu."
Sudut bibir Felix mau tak mau terangkat dengan perasaan bahagia menyelusup masuk ke dalam dadanya.
Ternyata aku bisa berguna juga.
Felix mengantar kepergian Seungmin sampai pintu depan. Ditungguinya Seungmin yang sedikit lama memakai sepatu.
"Udah tenang aja. Kalau laptopnya kayak gitu lagi, jangan panik. Panggil aja aku," ujar Felix.
"Iya, iya. Felix memang yang--"
Ucapan Seungmin terputus tatkala Nyonya Lee memasuki rumah. Manik mamanya itu membulat begitu melihat atensi Seungmin. Mata Felix menyipit, curiga dengan apa yang akan terjadi berikutnya.
"Kim Seungmin, kan?" di depan matanya, ibunya itu memeluk Seungmin, "selamat, kemarin tante dengar kamu juara satu lomba astronomi."
Felix bungkam tatkala Seungmin hanya tertawa canggung dengan tangan yang mengusap tengkuknya.
"Duh, tante ini seneng banget, deh sama kamu. Gimana sih, caranya biar bisa ikut lomba-lomba gitu?" Felix sadar betul ketika ibunya melirik dirinya, "tante pingin Felix kayak kamu soalnya."
Tuh kan, rahang Felix mengeras, selalu begitu.
Kekehan Seungmin terhenti. Felix hanya memandang Seungmin lurus ketika temannya itu menoleh ke arahnya, memberi pandangan yang tak dimengerti oleh Felix.
"Tante, Seungmin minta tolong dengan sangat jangan paksa Felix untuk sesuatu yang Felix ga suka," Felix amat terkejut mendengar ungkapan dari Seungmin, "mungkin tante liat Seungmin itu anak yang cerdas tapi ada hal tidak bisa Seungmin kerjakan. Apa yang Felix bisa, Seungmin belum tentu bisa, Tante."
Sudut bibir Felix sedikit terangkat melihat bungkamnya Mama.
"Jadi Tante, tolong jangan terlalu memporsir Felix untuk hal-hal yang Felix gak suka," Seungmin menepuk pundak Felix sesaat sebelum membungkukkan badan kepada Nyonya Lee, "Saya pamit, Tante."
Bahkan sampai pintu kembali tertutup, Nyonya Lee hanya diam, menatap lurus kemudian berjalan menuju kamarnya. Pun pandangan Felix sama sekali tak lepas dari punggung mamanya, hingga punggung itu lenyap, barulah ia kembali ke kamar dengan perasaan yang tak bisa ia deksripsikan.
°°°
Lama ga up, sampe hampir lupa sama isi ceritanya :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Voices ; Lee Felix [✓]
FanficTentang Felix yang berusaha terbebas dari suara-suara yang mengganggunya.