iv

2.5K 374 24
                                    

Felix bolak-balik menguap. Tugas di perpustakaan memang selalu membosankan. Mencari materi di buku lama menguras tenaga Felix. Akibatnya ia lapar dan mengantuk. Namun berbeda dengan rekan sekelompoknya yang masih rajin berkutat dengan buku tebal.

"Min, laper," keluh Felix, "kantin bentar, kuy. Ga bakal ketauan juga."

Setelah berjam-jam menatap buku, Seungmin akhirnya mengalihkan pandangan, "ga boleh gitu. Pak Jaebum ngasih tugas begini biar kita mandiri."

Felix mengerucutkan bibir, "ya tapi, kan, laper, Min. Masa ke kantin sebentar ga boleh?"

Seungmin menutup buku di hadapannya, membuat Felix terlonjak gembira. Bahkan Felix sudah beranjak dari duduknya, bersiap pergi menuju kantin.

"Eh ngapain?" Seungmin menatap Felix bingung, tangannya meraih buku lain, "dibilang kalau mau ke kantin tuh nanti. Sebentar lagi istirahat."

Felix melongo tak percaya saat Seungmin kembali menenggelamkan diri, membaca kalimat demi kalimat kemudian merangkum beberapa di bukunya. Felix mengerang--yang kemudian mendapat protes dari murid lain--lalu menenggelamkan kepalanya ke dalam lipatan tangan.

Gila sih, temenmu pinter semua.

Sebuah bisikan masuk membuat kelopak yang tertutup kembali terbuka. Felix sedikit mengangkat kepala, menatap Seungmin yang sibuk menulis.

"Min, ga capek belajar terus?" suara Felix teredam karena bibirnya berada dalam lipatan tangan, "kamu, kan, udah pinter."

Suara sibakan buku terdengar, "orang pinter ga bakal jadi pinter kalau ga belajar kali, Lix."

Kalimat yang sederhana namun terdengar rumit bagi Felix. Bukannya Felix tidak setuju, namun ada sesuatu yang mengganjal baginya.

"Iya ya?" Felix menopang dagu, "kalau emang dasarnya jenius gimana? Kayaknya ga perlu belajar aja udah pinter, deh."

"Ga gitu deh, Lix. Kalau jeniusnya ga diasah, ya hilang semuanya," balas Seungmin, "ini kenapa kamu nanya begituan, sih?"

Diam sejenak, "ga papa, nanya aja."

Seungmin menatap Felix penuh selidik, tidak percaya begitu saja. Pertemanan mereka tidak sesingkat itu sampai Seungmin tidak menyadari ada sesuatu yang tengah mengganggu Felix. Pun Seungmin hanya bisa memaklumi jika temannya itu tidak mau membagi masalahnya.

"Lix, pegang kata-kataku," susah payah, Seungmin menutup buku yang tebal itu, "kamu itu beda dari yang lain, Lix. Orang lain pintar di bidang sesuatu, maka kamu juga. Jangan berpikir kalau orang lain bisa apa kamu juga harus bisa itu. Jangan patah semangat begitu. Mending ke kantin aja, gimana?"

Felix terdiam, membiarkan Seungmin sibuk menata buku, bersiap pergi dari perpustakaan. Tak lama Felix tersenyum, mengambil beberapa buku tebal dari genggaman Seungmin lalu berjalan mendahului Seungmin.

"Hehe, kuy kantin!"

Seungmin tersenyum melihat sifat riang Felix yang telah kembali. Entah karena ucapannya atau karena ajakan menuju kantin, Seungmin tidak tahu pasti. Yang terpenting temannya itu tidak murung lagi.

"Min," suara berat Felix mengalun, tanpa membalikkan tubuh, "makasih, ya."

°°°

Tanam tanam ubi, tak perlu di baja~ chansourus

Voices ; Lee Felix [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang