Bab 6~Awal Mula

576 62 0
                                    

Uta masuk ke kamarnya dengan kesal dan langsung membaringkan diri di tempat tidur. "Uta, ibu masuk ya," ucap Rika sambil mengetuk pintu beberapa kali lalu masuk. Uta langsung membalikkan badan untuk memunggungi Rika. "Uta, bisa bicara sebentar?" tanya Rika lembut. "Tidak ada yang bisa di bicarakan. Aku tidak akan mau ada pengawal," jelas Uta tanpa membalikkan badan. "Huft ... Ibu minta maaf karena membentakmu tadi. Tapi, kau tadi cukup keras kepala," ucap Rika. "Itu karena ibu terlalu menganggapku seperti anak kecil!" teriak Uta sambil langsung berbalik dengan kesal.

"Uta, kau kan sudah tahu jika kerajaan Ilorn gugur bersam dengan ayahmu. Kerajaan itu hancur menjadi tanah. Saat ini, Eliar hanya tinggal sendiri. Dia sudah di tinggalkan oleh orang tuanya sama sepertimu. Tapi, setidaknya kau masih mempunyai ibu yang akan menemanimu terus. Sedangkan dia? Dia tidak ada yang menemanisnya. Seluruh rakyatnya telah di bebaskan meninggalkan wilayah kerajaan Ilorn, tidak ada seorangpun yang menemaninya. Memingatkan ibu akan diri ibu sendiri saat masih kecil," jelas Rika dengan berusaha menahan air matanya.

"I-ibu, jangan menangis," ucap Uta khawatir. Rika menyentuh kedua tangan putranya sambil tersenyum lembut. "Ibu tidak masalah jika kau berperilaku seperti dulu. Masih ada waktu bagimu untuk mengalahkan pasukan kegelapan. Kau pasti bisa mengalahkan mereka, ibu sangat yakin akan hal itu. Tapi, kau membutuhkan bantuan orang lain untuk mengalahkan mereka. Sama seperti ayahmu yang mendapatkan bantuan dari teman-temannya di kerajaan Aliansi. Tidak ada kekuatan yang bisa mengalahkan kekuatan yang di bangun bersama teman," jelas Rika.

"Aku mengerti, Ibu. Maaf atas kekeras kepalaanku," ucap Uta menyesal. "Ibu tidak masalah. Karena kekeras kepalaanmu mirip dengan ayahmu, itu membuat ibu senang," ucap Rika sambil memeluk Uta dengan senang. "Bagaimana jika kita makan malam bersama di sini? Kau pasti lapar kan?" tawar Rika. Uta menganggukkan kepala dengan semangat. Rika langsung meminta pelayan yang menunggu di luar kamar Uta untuk membawakan makan malam ke kamar pangeran kecil itu.

***

Pagi telah tiba. Seperti biasa Uta bersiap untuk berlatih berpedang. Ia berjalan menuju tempat latihan dengan di temani Alen. "Selamat pagi, Pangeran," sambut Eliar. "Hm ... Maaf untuk tadi malam," ucap Uta kaku saat bertemu di lapangan latihan. "Eh? Tidak masalah, Pangeran. Saya tahu perasaan Anda saat kehilangan Yang Mulia Zen. Karena saya juga merasakannya," jelas Eliar. Tiba-tiba Eliar berlutut di hadapan Uta. Membuat Uta terkejut.

"Saya, Eliar Von Ilorn. Atas nama dewa cahaya, Licht. Menyerahkan nyawa saya demi melindungi Uta Bistona Western. Menjadikan pedang saya untuk melindunginya dan menjadikan diri saya sebagai perisai yang bisa melindunginya," ucap Eliar. "Hah ... Baiklah, sepertinya aku harus mengatakan itu. Atas nama putra mahkota Western, Uta Bistona Western. Aku menerima sumpahmu, Eliar Von Ilorn," ucap Uta. Tiba-tiba Eliar dan Uta di kelilingi cahaya. Rika yang baru saja datang dan melihat itu menjadi terkejut dan mengeluarkan air mata. "Kau melindungi putra kita meskipun tidak bersama kita lagi, Zen."

Saat cahaya itu menghilang. Tiba-tiba muncul lambang perisai naga di telapak tangan kanan Uta dan Eliar yang bergambar dua bila pedang. "Ini apa?" tanya Uta bingung menatap punggung tangannya. "Itu adalah lambang pelindung yang mengikat antara tuan dan ksatrianya," jelas Rika yang berjalan dengan tenang bersama pelayannya. Membuat Eliar dan Alen menundukkan badan hormat. "Pelindung antara tuan dan ksatrianya? Aku baru mendengar hal itu," tanya Uta bingung. "Memang belum pernah hal ini terjadi. Kau mendapatkan pelindungan dari ayahmu," ucap Rika sambil tersenyum lembut. Membuat Uta menatap lambang di punggung tangannya terkejut. "Pelindung dari ayah."

"Jadi, hari ini kau akan berlatih apa?" tanya Rika semangat. "Aku akan berlatih berpedang dan memanah," jelas Uta. "Eh? Pangeran juga berlatih panah?" tanya Eliar terkejut. "Tentu saja. Meskipun aku hanya bisa menggunakan pedang, panah dan sihir. Berbeda dengan ayah yang bisa menggunakan berbagaimacam senjata dan sihir," jelas Uta. "Oh, pangeran dan Yang Mulia?!" teriak Astin terkejut saat mendapati Rika yang ada di tempat latihan. "Pagi, Astin," sapa Rika ceria. "Selamat pagi, Yang Mulia. Apa yang Yang Mulia lakukan di sini?" tanya Astin bingung. "Hanya menikmati pemandangan sebentar sebelum mulai berkerja. Sepertinya sudah waktunya bagiku untuk berkerja. Kalau begitu sampai jumpa lagi semuanya," ucap Rika ceria lalu berjalan meninggalkan tempat latihan setelah Eliar, Astin dan Alen membungkukkan badan hormat.

Western Prince's : Son of Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang