Bab 29~Kedatangan Pasukan Kegelapan

257 45 10
                                    

Cahaya matahari baru saja menunjukkan sinarnya di dataran Terania. Seluruh pasukan kerajaan dan pasukan Akademi telah berumpul menjadi satu di halaman utama kerajaan untuk mempersiapkan diri sebelum pasukan kegelapan muncul. Di saat Raizel dan keempat pemimpin lannya menyampaikan pidato mereka sebelum perang.

Uta masih di sibukkan dengan perjelasan yang diberikan Rika dan Ema. "Uta, ada apa?" tanya Alvis dengan suara pelan. "Eh, kakak. Bukan apa-apa," jawab Uta. "Kalau ada yang sedang kau pikirkan, kau bisa berbicara denganku nanti, setidaknya saat kau berada di depan pasukan jangan terlihat murung," ucap Alvis.

Membuat Uta terkejut dan menatap pasukan yang ada di hadapannya tengah mendengarkan penjelasan dari Raizel. Kakak benar, aku akan memikirkan itu nanti saja. Untuk sementara lebih baik jika aku mempersiapkan diri sebelum perang di mulai, batin Uta.

"Baiklah, kalian memiliki waktu dua jam untuk mempersiapkan diri. Pasukan penjaga gerbang kerajaan harap bersiap di pos masing-masing. Kalau begitu, bubar!" ucap Raizel.

"Baik!"

Seluruh pasukan langsung meninggalkan halaman utama kerajaan dan pasukan pertama sampai pasukan ketiga segera berjaga di gerbang Timur, Utara dan Selatan. Sedangkan pasukan Tim Medis dan regu penyelamat masih berada di halaman utama istana untuk membereskan tenda dan mempersiapkan lainnya sebelum pergi ke danau belakang istana bersama ksatria bulan musim dingin.

"Yang Mulia, sebaiknya Anda segera masuk ke kuil," ucap Nico. "Baiklah. Karena sepertinya semua sudah bersiap, aku juga harus ke kuil untuk berdoa, kalau begitu aku serahkan masalah penjagaan istana kepada ksatria Matahari musim semi dan Uta kepadamu, Nico," ucap Rika.

"Baik."

"Ibunda, serahkan saja masalah keamaan istana dan kuil suci kepada kami," ucap Uta. "Ibunda tahu. Tapi Uta, kau mempunyai tugas tersendiri," ucap Rika. "Apa maksud ibunda?" tanya Uta.

Rika tiba-tiba memeluk Uta sambil tersenyum lembut. "Ibu serahkan masalah ayahmu, kepada dirimu. Bawa dia kembali, pangeran cahaya," ucap Rika. Membuat Uta membulatkan mata sempurna. "Yang Mulia," panggil Elsa. 

Setelah itu, Rika melepaskan pelukannya dan menatap Uta lembut. "Ibu yakin jika kaulah orangnya. Karena kau adalah anak ayah dan ibu," ucap Rika sambil tersenyum lembut lalu berjalan meninggalkan Uta bersama Elsa.

Uta yang melihat kepergian Ibundanya hanya bisa terdiam dengan ekspresi terkejut, lalu ekspresi itu berubah menjadi sebuah senyuman. "Serahkan saja kepadaku, Ibu. Aku pasti akan membawa kembali ayah," ucap Uta.

"Ara, ara..., Anda terlihat bersemangat, pangeran," ucap Ema. "Yang Mulia Ema. Kenapa Anda tidak ikut bersama pasukan Yang Mulia Rupert?" tanya Uta. "Mereka itu tidak butuh bantuanku, jadi aku akan ikut kalian menjaga istana, dan aku pasti akan melindungimu, pangeran kecil..., hehehe..., lagi pula, berhentilah memanggilku seperti itu. Kau tidak perlu bersikap terlalu formal kepadaku. Dari awal aku tidak terlalu suka jika kalian terlalu bersikap formal," ucap Ema.

"Tapi, bagaimanapun juga kan. Anda adalah Ratu kerajaan Lorraine, mana mungkin saya bisa bersikap dan berbicara tidak formal," ucap Uta. "Hah..., kau ini sungguh tidak mirip dengan ayahmu. Dia selalu bersikap seenaknya dan baru bersikap formal saat akan memberikan perintah penting saja," ucap Ema.

"Tidak mungkin," ucap Uta yang tidak percaya dengan ucapan Ema. "Hahaha..., sudah aku duga dia tidak akan menunjukkan sikap itu di depan anaknya hehehe..., tapi itu memang kenyataan loh," ucap Ema. "Tidak mungkin, aku tidak percaya dengan ucapan Anda," ucap Uta kesal.

"Hahaha..., memang itu kenyataannya Uta, jika berhadapan dengan teman-temannya, Yang Mulia Zen selalu bersikap biasa dan tidak formal," ucap Nico. "Dengar kan?" tanya Ema sambil tersenyum senang. Uta hanya diam sambil menundukkan kepalanya.

Western Prince's : Son of Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang