Bab 15~Hilangnya Cahaya

464 50 4
                                    

"Baiklah, latihan hari ini sampai di sini saja. Rafael dan Eli akan di antar Eliar pulang. Sepertinya Uta tidak bisa mengantar kalian karena dia harus mengerjakan pekerjaannya," ucap Alvis. "Eh, kami tidak perlu di antar. Saya dan Rafael bisa pulang sendiri," ucap Eli. "Benar, tuan Eliar tidak perlu repot-repot mengantar kami," lanjut Rafael. "Tenang saja. Mengantar kalian tidak membuat saya kerepotan. Saya juga sudah di berikan tugas oleh pangeran untuk mengantar kalian sekaligus membeli sesuatu di kota," jelas Eliar. "Oh, baiklah kalau begitu. Mohon bantuannya, tuan Eliar," ucap Eli.

"Baiklah, kalau begitu aku akan pergi duluan. Sampai jumpa besok Eli, Rafael," ucap Alecia. "Baik. Selamat malam nona Alecia," ucap Eli. Setelah itu, Alecia langsung berjalan meninggalkan ruang latihan. "Kalau begitu kami pergi dulu tuan Alvis," ucap Eliar. "Baiklah. Sampai jumpa besok," ucap Alvis. Eliar, Eli dan Rafael membungkukkan badan sebentar lalu berjalan meninggalkan ruang latihan.

"Baiklah, saatnya berlatih," ucap Alvis saat hanya dirinya seorang di ruang latihan. "Ara ... Kenapa kau berlatih sendiri, Alvis?" tanya sebuah suara dari arah belakang Alvis. "Oh, bibi Rika. Salam untuk Ratu cahaya Western," ucap Alvis sambil membungkukkan badan sebentar. "Kau tidak perlu terlalu formal seperti itu. Kita kan keluarga. Jadi, kenapa kau berlatih sendiri di sini? Apa teman-teman satu tim kalian sudah kembali?" tanya Rika.

"Benar, Eliar sedang mengantar mereka pulang," jawab Alvis. "Astaga, aku terlambat," ucap Rika. "Ada apa, bibi?" tanya Alvis bingung. "Tidak ada. Aku hanya ingin bertemu dengan murid yang bernama Eli dan Rafael itu," jawab Rika. "Kalau begitu, besok bibi bisa bertemu setelah kami pulang sekolah. Kami akan selalu berlatih di sini," ucap Alvis. "Hihihi ... Kau benar juga, baiklah besok aku akan melihat latihan kalian," ucap Rika.

"Ah iya, bi. Aku ingin bertanya mengenai Uta," ucap Alvis yang tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. "Katakan saja," ucap Rika. "Kenapa Uta tadi terlihat sedih? Dia terlihat seperti tidak bersemangat. Aku tanya kepada Alecia, katanya Uta menjadi murung setelah mendapatkan panggilan dari bibi. Apa bisa bibi beritahu kenapa Uta menjadi seperti itu?" tanya Alvis. "Kau sangat menyayangi Uta ya, Alvis?" tanya Rika sambil tersenyum lembut menatap Alvis. "Tentu saja, aku menyayangi Alecia dan Uta," jawab Alvis. "Terima kasih karena selalu melindungi Uta," ucap Rika.

"Sudah menjadi tugas kakak untuk melindungi adiknya, bi. Jadi apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Alvis. "Itu karena..." Rika menggantungkan kalimatnya sebentar lalu menatap Alvis dengan tajam. "Uta bertemu dengan Yang Mulia Zen di kota saat perjalanan pulang," lanjut Rika. Membuat Alvis yang mendengar itu menjadi sangat terkejut. "Berarti Paman Zen masih hidup?" tanya Alvis yang terlihat senang. "Benar, tapi dia bukan lagi Yang Mulia Zen seperti yang kita kenal," jawab Rika dengan ekspresi yang sendu.

"Apa maksud bibi?" tanya Alvis. "Yang Mulia Zen kini telah berada di pihak kegelapan," jawab Rika. "Itu..."

"Itu benar." Tiba-tiba terdengar suara yang sangat familiar bagi mereka dari arah bayangan di belakang Alvis. Terlihat seorang pria berambut hitam, berseragam serba hitam dengan garis hijau dan jubah hitam dengan bagian dalam berwarna hijau terang. Pria itu berjalan keluar dari kegelapan yang di buat dari bayangan sambil menutup matanya dan berdiri tepat di hadapan Alvis dan Rika dengan jarang yang tidak terlalu jauh.  Rika menutup mulutnya dengan kedua tangan dan air mata yang tidak bisa berhenti turun dengan deras dari ujung matanya.

"Zen, paman Zen," panggil Rika dan Alvis bersamaan. "Lama tidak bertemu, Rika, Alvis," ucap Zen lalu membuka matanya dan menyeringai. Memperlihatkan sepasang mata yang berbeda warna. Rika dan Alvis yang melihat itu menjadi sangat terkejut. Mata kanan Zen berwarna putih dengan pupil berwarna hijau muda sedangkan mata kirinya berwarna hitam dengan pupil berwarna merah. "Paman, mata paman itu..." Alvis sangat terkejut melihat mata Zen. Ini pertama kalinya dia melihat mata seperti itu dengan aura kegelapan yang sangat kuat.

Melihat mata kiri Zen, membuat Rika mengingat kembali saat terakhi kali ia bertemu dengan Ayahnya. Di saat perang suci. Ayahnya sudah di kendalikan oleh kegelapan sehingga membuat tubuhnya berubah hingga matanya menjadi merah darah. "Zen, apa kau tidak bisa kembali?" tanya Rika sendu. "Aku sudah kehilangan cahaya semenjak perang di kerajaan Ilorn," jawab Zen datar. "Lalu, apa yang paman lakukan di sini?" tanya Alvis bingung.

"Kau sepertinya kesal melihatku di sini, Alvis. Meskipun aku sudah menjadi bagian dari pasukan kegelapan, bukan berarti ada yang bisa melarangku untuk kembali ke negara asalku. Bagaimanapun juga aku Raja di kerajaan ini," ucap Zen sambil menyeringai. "Itu dulu! Jika paman ingin kembali, paman harus pergi dari pasukan kegelapan. Kami pasti akan menemukan cara untuk mengembalikan cahaya paman," ucap Alvis.

"Aku tahu kau melakukan itu agar membuat Uta senang. Tapi, itu tidak mungkin. Karena dalam diriku juga tertanam darah penyihir kegelapan Yang Mulia Elizabeth. Sehingga, jika ada sesuatu yang membuat cahaya di dalam diriku kalah dengan kegelapan. Aku tidak akan bisa kembali. Sementara ini, aku masih bisa mengendalikan kesadaranku. Tapi, kegelapan dalam diriku akan terus tumbuh, jika itu terjadi kesadaranku akan hilang sepenuhnya. Itulah kenapa Alvis, aku ingin kau yang mengahiri hidupku. Jika Uta membencimu, bilang saja ini adalah permintaan terakhirku," ucap Zen sambil tersenyum kecil.

"Tidak mungkin, bagaimana bisa aku membunuh paman?" tanya Alvis. "Kau pasti bisa. Ini demi melindungi Uta," jawab Zen. "Zen!" panggil Rika dengan air mata yang tidak bisa berhenti saat melihat tubuh Zen mulai menjadi asap hitam dari kakinya. "Rika, anak kita adalah murni pangeran cahaya, dia pasti tidak akan terpengaruh oleh kegelapan, tapi lindungilah dia hingga menjadi Raja cahaya yang baik. Saat kita bertemu lagi, mungkin itu adalah terakhir kalinya bagi kita untuk bertemu. Sampai jumpa,Rika," ucap Zen sebelum tubuhnya benar-benar menghilang menjadi asap hitam.

Begitu Zen sudah pergi. Rika tidak bisa menahan beban tubuhnya lagi. "Bibi!" panggil Alvis sambil menangkap tubuh Rika. "Apa bibi baik-baik saja?" tanya Alvis khawatir. "Aku baik-baik saja. Tapi Alvis, aku mohon kepadamu. Jangan pernah menceritakan hal ini kepada Uta," jawab Rika. "Baik, bi," ucap Alvis. Setelah itu, Alvis mebantu Rika kembali ke ruangannya dengan di dampingi para pelayan yang sudah menunggu mereka di pintu masuk ruang latihan.

***

"Selamat datang, master," ucap seorang pria berambut biru tua yang menyambut kedatangan Zen. "Leo, aku akan berada di ruangan. Jangan ada yang menggangguku. Selama aku di ruangan, kalian aku bebaskan melakukan apapun," ucap Zen. "Baik, master," ucap Leo. Setelah itu, Zen berjalan memasuki ruangannya. "Master seperti tidak baik. Apa yang terjadi setelah ia pergi ke Western?" tanya Leo bingung lalu ia berjalan meninggalkan ruangan Zen.

Zen yang ada di ruangannya tengah duduk diam di singgasananya. Seperti biasa seekor naga berwarna hitam dengan tinggi sepinggangnya, berada di sampingnya. "Master, apa kau baik-baik saja?" tanya naga itu dengan menggunakan telepati. "Aku baik-baik saja, Lineal. Aku hanya membutuhkan waktu sebelum kita akan benar-benar menghancurkan kerajaan cahaya," jawab Zen. "Tapi, master. Jika saya masih ada kesadaran, bukankah Anda seharusnya masih ada kesadaran? Anda tahu kan bagaimana cara menghilangkan kegelapan ini?" tanya Lineal.

"Tentu saja aku tahu. Yang Mulia Ratu Elizabeth sudah memberitahu caranya. Tapi, aku tidak akan melakukan apapun," jawab Zen. "Tapi, kenapa?" tanya Lineal. "Apa kau tahu bagaimana cara aku membebaskan diri dari kegelapan ini?" tanya Zen. Lineal hanya diam dan menggelengkan kepalanya. "Caranya adalah dengan aku mati," jawab Zen.

Lineal yang mendengar itu menjadi sangat terkejut. "Dengan aku menusukkan pedangku sendiri ke jantung, aku dapat terbebas dari kegelapan ini. Karena dengan aku melakukan itu, aku telah membunuh kegelapan pada diriku," jelas Zen. Sekarang Lineal mengerti kenapa Zen berpihak kepada kegelapan. Karena, jika Zen mati dengan bunuh diri. Itu akan membuat Rika dan Uta menjadi sangat sedih. Meskipun ia harus berpihak kepada kegelapan. Itu lebih baik dari pada harus melihat istri dan putranya sedih. Setidaknya itu yang di pikirkan Lineal sebagai roh sihir pendamping Zen.

Bersambung...

Hohoho

Akhirnya via bisa update jugaaa
Jadi, bagaimana??

Semoga kalian suka
Maaf jika masih banyak typo eheh

Kalau gitu...

Gokigenyou

Bab Selanjutnya :

Kekacauan di Pertandingan Academy

Western Prince's : Son of Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang