Bab 14~Sisi Kegelapan

524 62 0
                                    

Uta baru saja tiba di ruang latihan. Pikirannya masih tertuju dengan penjelasan dari Rika. Ia masih belum bisa percaya jika Zen masih hidup dan berada di sisi kegelapan. "Uta, ada apa?" tanya Alecia bingung. "Oh, bukan apa-apa. Kita bisa mulai berlatih," jawab Uta. "Baiklah. Kita tadi sudah belajar mengendalikan kekuatan kita. Tapi sepertinya Eli masih kesulitan mengendalikan kekuatannya dengan baik. Sepertinya ia berhasil masuk kelas S karena kekuatannya yang unik," jelas Alecia sambil memperhatikan Rafael dan Eli yang sedang berlatih bersama.

"Jadi, dia mempunyai kekuatan dengan elemen apa?" tanya Uta. "Dia memiliki dua elemen. Api dan angin," jawan Alecia. "Pengguna dua elemen, kah? Memang itu sangat jarang. Pantas saja sekolah menganggapnya istimewa. Kalau begitu, aku harus mengukur kemampuannya dulu," ucap Uta. "Baiklah, kalau begitu pelatihan Eli aku serahkan padamu. Aku akan berlatih bersama Rafael karena kami mempunyai elemen yang sama," ucap Alecia. "Dia juga pengguna elemen air?" tanya Uta.

"Benar, tapi dia menggunakan senjata tombak. Berbeda denganku yang menggunakan panah," jawab Alecia. "Kalau begitu, pelatihannya aku serahkan kepadamu," ucap Uta. Alecia hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban setelah itu berjalan mendekati Rafael dengan diikuti Uta. "Baiklah, kita akan mulai latihan bersama. Uta akan berlatih bersama Eli dan Rafael akan berlatih bersamaku," ucap Alecia.

"Boleh saya bertanya kenapa saya harus bersama putri Alecia?" tanya Rafael. "Karena elemen yang kau miliki sama dengan Alecia. Dia juga pengguna air, meskipun senjata kalian berbeda. Tapi tenang saja, kemampuan Alecia juga tidak buruk," jawab Uta. "Baiklah kalau begitu," ucap Rafael. "Fufufu ... Aku harap kau bisa bersabar, Rafael," ucap Alecia sambil tertawa kecil membuat Rafael sedikit kesal. Setelah itu, mereka berjalan bersama menjauh dari Uta dan Eli.

"Aku akan mengukur kemampuanmu. Aku dengar kau bisa menggunakan dua elemen?" tanya Uta. "Benar, saya bisa menggunakan elemen api dan angin," jawab Eli. "Kalau begitu, coba tembakkan api dan angin secara bergantian tepat di papan sasaran itu," ucap Uta sambil menunjuk kearah papan sasaran yang ada di hadapan mereka dengan jarak sekitar tiga meter. "Baik," jawab Eli lalu menatap papan sasaran dengan tajam.

Ia mengarahkan kedua tangannya kedepan, menutup mata untuk mencoba konsentrasi sebelum membacakan mantra. "Feuerball!" bola api yang di ciptakan oleh Eli langsung melesat dan mengenai tepat di papan target lalu membakar papan itu hingga hangus. "Sekarang coba tiup dengan elemn angin," perintah Uta. Eli menganggukkan kepala lalu kembali menutup matanya untuk berkonsentrasi. "Windböen!" ucap Eli.

Embusan angin dengan cepat langsung meniup api yang membakar papan target. Sehingga hanya memperlihatkan papan target yang sudah menjadi hitam. "Kemampuanmu tidak buruk juga. Kau bisa mengucapkan mantra tanpa membaca mantra yang panjang," ucap Uta. "Te, terima kasih," ucap Eli malu sekaligus senang. Mungkin itu yang membuatnya spesial. Selama ini, setiap penyihir harus membacakan kalimat mantra yang panjang. Hanya penyihir kelas atas yang sudah mengendalikan kekuatannya dengan sempurna yang bisa hanya mengucapkan mantra utamanya. Bahasa Jermanianya juga tidak buruk, batin Uta.

"Eli, apa kau berasal dari desa di wilayah Jermania?" tanya Uta. "Huh? Tidak, saya berasa dari desa kecil yang ada di dekat perbatasan kerajaan Western," jawab Eli. Dia bukan dari Jermania tapi bisa melakukan semua itu dengan baik, dan bahasa Jermanianya juga tidak buruk, batin Uta. "Apa ada yang salah, pangeran?" tanya Eli. "Ah tidak. Kemampuanmu sudah baik, tapi untuk menciptakan bola api dan hembusan angin saja kau mengimajinasikannya terlalu lama. Jika kau terlalu lama, sebelum kau mengucapkan mantra itu pun, kau akan kalah," jawab Uta.

"Apa? Jadi, bagaimana pangeran?" tanya Eli. "Sepertinya aku harus mulai dari awal. Dengarkan Eli, sihir di ciptakan melalui imajinasi. Semakin cepat kita mengimajinasikan sihir kita. Maka akan semakin cepat kita memperoleh hasil. Kau harus bisa menggunakan otak kanan dan otak kirimu bersamaan agar bisa menciptakan sihir dengan cepat. Jika kau kesulitan. Bayangkan saja barang apa yang bentuk, dan warnanya sama dengan sihirmu. Dengan begitu, kau akan dengan cepat mengucapkan mantra dan akan memperoleh kemenangan," jawab Uta.

Western Prince's : Son of Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang