Bab 35~Pertemuan dengan Alan

218 40 4
                                    

Di saat dunia yang membeku bagaikan waktu telah berhenti. Kelima pemimpin kerajaan besar berhadapan dengan Zen dan kesatria kegelapannya dalam diam. "Sepertinya kalian tidak menemukan jawabannya. Kalau begitu, akan aku beritahu ... Alasan pria ini mengatakan jika satu-satunya cara untuk menyadarkan dirinya adalah untuk menusukkan pedang Dalien ke jantungku. Tapi, alasan yang sebenarnya adalah karena dia ingin agar Rupert membunuhnya," jelas Zen.

Rika dan yang lainnya langsung sangat terkejut mendengar kenyataan itu. "Tidak mungkin! Untuk apa ayah melakukan itu?!" tanya Uta yang tidak percaya dengan perkatakan pria di hadapannya itu.

"Itu karena dia merasa jika tugasnya telah selesai. Jika Rupert berhasil membunuhku, dengan kata lain kegelapan akan kembali dalam keadaan awal mula, dan itu akan memperlambat kebangkitan kegelapan selama ratusan tahun,  dengan begitu kalian akan memiliki waktu untuk membangkitkan putra cahaya," ucap Zen. "Tapi, sepertinya itu gagal. Karena aku tidak merasakan kekuatan cahaya yang besar darimu. Aku jadi merasa kasihan dengan pria ini."

"Kau tidak berhak untuk menghina Yang Mulia!" teriak Rupert yang kesal lalu melesat menyerang Zen dengan menghunuskan pedang Dalien. Namun dengan cepat Leo menahannya. "Tidak akan aku biarkan kau melukai masterku," ucap Leo yang menahan serangan Rupert dengan tangan yang memunculkan sisik naga berwarna emas gelap.

"Leo!" Teriak Ema yang melesat menyerangnya. Namun, Leo langsung menahan serangannya dengan tangan kirinya yang kosong. Rupert langsung mengambil kesempatan itu untuk menggerakkan kakinya dan akan menendang kepala Leo bersama dengan Ema yang juga menggerakkan kakinya dan akan menendang kepala Leo.

Untuk menghindari serangan itu, Leo langsung menarik pedang Rupert dan tangan Ema, membuat Ema dan Rupert yang tidak memperhitungkan pergerakan itu langsung tertarik dan terlempar ke tanah dengan sangat keras.

"Holy water art: Dancing my water blade!"

Emerda menciptakan ribuan pedang air di atas Leo, Zen dan keempat kesatria kegelapan. Ribuan pedang itu berjatuan tanpa henti. Namun, Zen dan Leo terlihat baik-baik saja dengan perlindungan dari keempat kesatria kegelapan yang dengan cepat membentuk pelindung di atas mereka.

"Holy Water Elemen: Tsunami!"

Dari arah belakang Zen, tiba-tiba air danau yang tenang langsung membentuk ombak yang sangat tinggi dan akan menghantam Zen. Keempat kesatria kegelapan segera membentuk pelindung. Namun, mereka cukup kesulitan karena harus melindungi bagian atas mereka karena pedang air yang di ciptakan Emerda tidak juga berhenti.

"Kalian fokus saja dengan yang di atas," perintah Zen. "Yes, My Lord."

Zen langsung mengarahkan jari telunjukkan kearah ombak yang akan menghantamnya. "Das Schwert der Dunkelheit leuchtet."

Cahaya berwarna hitam muncul dari jari telunjuk Zen dan langsung membentuk pedang besar yang membelah ombak besar itu. Hingga ombak itu hanya melewati Zen begitu saja dan menghantam dataran hutan di sekitar danau. Emerda dan yang lainnya yang melihat itu menjadi sangat terkejut.

Karena, ini adalah pertama kalinya bagi mereka menyaksikan Zen yang menggunakan kekuatan kegelapannya. Meskipun Zen mempunyai kekuatan kegelapan dalam dirinya. Namun, dia selalu menggunakan kekuatan cahaya dan tidak pernah menggunakan kekuatan kegelapannya. Sehingga tidak ada yang tahu jika kekuatan kegelapan Zen sangatlah kuat.

"Sepertinya tidak ada cara lain," ucap Rika sambil menatap sosok Zen yang tengah tertidur di samping Zen lainnya.

Raizel dan yang lainnya yang mendengar perkataan ratu cahaya itu langsung menatap wanita berambut kuning emas bercahaya dengan ujung rambut panjangnya yang berwarna merah muda dengan gaun berwarna kuning emas. Aura berwarna kuning emas mengelilingi tubuh Rika dengan diikuti embusan angin yang sangat kencang.

Western Prince's : Son of Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang