Bab 34~Kedatangan Raja Kegelapan Zen

228 37 8
                                    

Rika yang awalnya sedang berdoa, langsung berlari meninggalkan kuil saat semua pelayan dewa di dalam kuil yang juga berdoa bersamanya tertidur. Ia ingin memastikan keadaan Uta yang berjaga di depan jendela kuil. "Uta!" panggil Rika khawatir.

"Ibu? Ada apa? Kenapa ibu di sini?" tanya Uta bingung. "Semua orang di dalam kuil tertidur. Ibu khawatir jika kau akan terpengaruh dengan kabut kegelapan ini," ucap Rika. "Aku baik-baik saja," ucap Uta.

"Rika, Uta," panggil Nico yang tiba-tiba muncul di belakang mereka. "Paman Nico? Ada apa?" tanya Uta. "Sebaiknya kita pergi ke danau sekarang. Semua orang di kerajaan yang terkena dampak kabut kegelapan. Aku takut ini karena kemunculan Zen sebagai Raja kegelapan," ucap Nico.

"Kalau begitu, kita pergi ke sana sekarang," ucap Rika lalu menggunakan sihir cahaya untuk menciptakan sayap cahaya di punggu Nico, Uta dan dirinya. Mereka langsung terbang menuju danau, tempat Zen berada.

***

"Kami menyambut kedatangan Yang Mulia Raja Kegelapan," ucap seluruh ksatria kegelapan dan Leo sambil membungkukkan badan di hadapan Zen. "Zen!" teriak Raizel dari bawah sambil menatap tajam Zen.

Namun, pria itu hanya menatap kakaknya datar dengan mata hitamnya yang terlihat menakutkan. "Kini kegelapan telah bangkit, saatnya masa kejayaan bagi kerajaan kegelapan untuk kembali memimpin dunia, dan mengusir penduduk kerajaan cahaya dari tanah yang bukan milik mereka," ucap Zen lalu menciptakan sebuah lingkaran sihir berukuran besar di atasnya dan berwarna hitam.

Samar-samar terdengar suara teriakan meminta tolong di sekitar mereka. Membuat Raizel dan yang lainnya menjadi terkejut sekaligus bingung. "Hentikan, Zen!" Ucap Rika yang baru saja tiba bersama Nico dan Uta.

"Ayah," panggil Uta dengan sedih.

Zen hanya menatap datar putra dan istrinya yang baru saja tiba tanpa mengatakan apapun. Pandangan Uta langsung tertuju kepada pedang berwarna putih yang ada di pinggang kiri Zen.

Lacienta, pedang cahaya yang hanya mengikuti perintah pemimpin yang ia akui sebagai pemiliknya. Berbeda dengan Dalien yang merupakan pedang kegelapan milik Zen yang di titipkan kepada Rupert. Lacienta tidak bisa di sentuh oleh orang lain selain orang yang ia akui sebagai pemiliknya. Karena Lacienta adalah pedang suci yang hanya bisa di gunakan oleh pengguna sihir suci berkekuatan besar dan sudah diakui olehnya.

Sedangkan Dalien adalah pedang kegelapan yang terkutuk dan hanya bisa di sentuh pemiliknya atau orang dengan kekuatan kegelapan besar untuk menahan kutukannya.

"Lama tidak bertemu, Rika, Uta," ucap Zen yang akhirnya mengeluarkan suara setelah terdiam cukup lama. Membuat Rika dan Uta menatapnya terkejut. Zen terlihat seperti tidak hilang kendali karena mengingat mereka. Itu berarti, kegelapan tidak mengendalikannya.

"Ayah. Tolong hentikan," ucap Uta. Zen hanya diam menatap putranya datar.

"Uta, kau menjadi lemah," ucap Zen. Membuat Uta membulatkan mata sempurna. "Aku tidak menyangkah, jika selama aku tinggalkan. Kau menjadi lemah seperti ini," ucap Zen. "Apa benar kau adalah putra dewa Licth?"

Mendengar hal itu, Rika, Uta dan yang lainnya langsung menatap Zen terkejut. Mereka bingung dengan apa yang di maksud Zen. "Bukankah aku sudah memberikan catatan kepadamu? Sepertinya catatan itupun tidak berguna. Aku seharusnya tidak berharap banyak kepadamu," ucap Zen yang terlihat sangat kecewa.

Uta yang mendengar itu sungguh tidak percaya jika pria yang ada di hadapan mereka adalah ayahnya. Zen tidak pernah bersikap sedingin ini kepadanya. Meskipun wajahnya terlihat sama, namun sifat mereka sangat berbeda. Ayah yang dulu selalu bermain dengannya, dan ayah yang saat ini ada di hadapannya sungguh berbeda. Apa ini karena kekuatan kegelapannya?

Tiba-tiba dari belakang Zen. Rupert muncul dan menyerang Zen dengan mengarahkan ujung pedang Dalien di punggung kirinya agar bisa menembus jantungnya. Namun, itu tidaklah mudah. Zen yang sudah menyadarinya dengan mudah menahan serangan pedang itu dengan membentuk pelindung di belakangnya.

"Wah wah wah, lihat siapa ini. Bukankah bangsa vampire termasuk dalam penduduk kegelapan? Jadi kenapa penduduk kegelapan melawan Rajanya sendiri? Apa kau mau melakukan pemberontakan?" tanya Zen.

"Raja kegelapan bukanlah Raja yang selama ini aku hormati. Raja yang hanya aku hormati adalah Raja cahaya," ucap Rupert tajam sambil menarik pedangnya. "Hahaha...."

Tiba-tiba Zen tertawa lepas, membuat semua orang di sana menjadi bingung. "Raja cahaya? Bukankah ada di hadapanmu saat ini? Aku dan raja cahaya yang selama ini kalian hormati adalah satu. Jadi, siapa raja cahaya yang kau maksud? Ayahku?" tanya Zen.

"Atau dia?" tanya Zen lalu menunjukkan wujud Zen yang lainnya. Bedanya, sosok Zen itu mempunyai tiga pasang sayap putih, dan mengenakan seragam putih dengan mata yang tertutup rapat. "Ayah!" teriak Uta.

"Aku tidak percaya jika pria ini mempercayakan tanggung jawab putra cahaya kepada anak yang lemah. Sekarang raja cahaya sudah tiada. Dia sudah tertidur selamanya di dalam tubuh ini. Dia sudah lama hidup, sekarang giliranku untuk memperbaiki semua yang salah," ucap Zen lalu memberikan isyarat kepada ksatria kegelapan agar bergerak menyerang Ratu cahaya.

"Ibu, Yang Mulia!" teriak Uta dan Nico bersamaan dan langsung melindungi Rika bersamaan dengan Raizel, dan Emerda. Mereka berempat berhasil menahan serangan keempat keempat ksatria kegelapan dan memukul mundur mereka.

Pemandangan kali ini yang terlihat adalah pertarungan antarakegelapan dan cahaya. Ratu cahaya bersama ksatrianya melawan Raja kegelapan bersama ksatrianya.

Angin berembus cukup kuat dengan keheningan di sekitar mereka. Membuat perasaan mencengkam semakin terasa, kabut kegelapan terlihat semakin tebal semenjak kebangkitan Raja kegelapan. Sosok Zen dengan tiga pasang sayap putih dan tertidur masih terlihat jelas berada di samping Zen yang menjadi sosok raja Kegelapan.

"Kenapa? Kenapa kau melakukan ini? Tolong kembalikan Zen yang dulu!" ucap Rika dengan air mata yang tidak bisa ia tahan. "Bagaimana caranya?" tanya Zen. Membuat Rika dan yang lainnya menjadi terkejut mendengar itu.

"Apa dengan cara menusukkan pedang Dalien yang di berikan pria itu kepada Raja vampir? Apa kalian tahu? Dengan kalian menusukkan itu ke jantungku. Itu sama saja dengan kalian membunuhku. Jika kalian membunuhku, maka pria ini juga akan mati," ucap Zen sambil menyeringai dan menunjuk sosoknya yang tertidur di sampingnya dengan ibu jari.

Membuat Rika dan yang lainnya yang mendengar itu menjadi terkejut. Apa yang di katakan Zen dan apa yang mereka dengar dari Rupert sangatlah berbeda. "Tidak mungkin!" teriak Rika.

"Benar, itu tidak mungkin. Yang Mulia Zen sendiri yang mengatakan kepada saya. Dengan menusukkan pedang Dalien ke jantung Yang Mulia Zen. Maka kegelapan akan hilang darinya meskipun tidak sepenuhnya," ucap Rupert.

 "Apa yang di katakan pria ini tidak salah. Tapi, apa kalian tahu? Zen sudah terlahir dengan kekuatan kegelapan dan cahaya yang tertanam di dirinya. Dengan kata lain, jika kalian membunuh kegelapan dalam dirinya. Maka pria ini juga akan mati," ucap Zen sambil menyeringai.

Membuat semua orang yang mendengar ucapan itu menjadi sangat terkejut dan tidak bisa mengatakan apapun. "Jadi ... apa yang akan kalian lakukan sekarang?" tanya Zen sambil menyeringai di bawah sinar rembulan.

Bersambung...

Hai hai

Akhirnya via bisa update juga

Hahaha untuk bagian cerita ini. Makin lama, via makin gak ada ide nih. Jadi lama buat lanjutinnya.

Mungkin dari kalian ada yang bisa memberikan saran jika kalian terbayang akan sesuatu. Bisa melalui PM atau comment.

Karena untuk kelanjutannya via masih stuck di sini... Ya semoga saja tidak lama ya

Harap bersabar ini ujian wkwk

Kalau gitu

Gokigenyou


Western Prince's : Son of Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang