Bab 23~Pergerakan Pasukan Kegelapan

322 45 4
                                    

"Kami menghadap Yang Mulia Raja kegelapan, Zen Batelion Thron Western," ucap kelima orang yang berlutut di hadapan Zen. Zen hanya duduk di singgasananya sambil menggunakan tangan kanan untuk menopang kepalanya. "Yang Mulia, semua persiapan telah selesai," ucap Leo. Zen langsung berdiri dan mengibarkan sepasang sayap yang berwarna hitam dengan seragam hitam dan mata hitam dengan pupil berwarna merah.

"Kita akan menyerang kerajaan cahaya besok," titah Zen. "Baik, Yang Mulia!"

"Kemenangan harus menjadi milik kerajaan kegelapan. Demi kembalinya kerajaan kegelapan yang akan menguasai dataran Terania!"

"Demi kerajaan Kegelapan!"

Seluruh pasukan kegelapan yang muncul dari kegelapan di belakang Leo dan keempat ksatria kegelapan itu bersorak dengan kencang mendengar ucapan Zen. "Masa kejayaanmu telah berakhir, kegelapan abadi akan menggantikan cahaya yang telah redup, sebaiknya kau tidur untuk selamanya," ucap Zen pelan sambil melirik kearah belakang.

Terlihat sosok Zen yang berambut kuning emas dengan mata hijau, mengenakan seragam putih bergaris hitam dan memiliki sepasang sayap putih bersih. Sosok Zen itu hanya bisa menunjukkan ekspresi sedih lalu menutup matanya dan menghilang begitu saja.

***

"Meskipun paman bilang jika aku bisa menemukan catatan yang di tinggalkan ayah dengan mudah. Tapi, bagaimana caranya?" tanya Uta kesal. Ia sudah berada di perpustakaan pribadi miliknya cukup lama. Namun belum juga menemukan catatan yang ditinggalkan oleh Zen. Uta langsung menjatuhkan diri di sofa yang ada di perpustakaan yang biasa ia gunakan untuk membaringkan diri sambil membaca buku.

"Jadi, apa yang harus aku lakukan untuk menemukan catatan itu?" tanya Uta lalu menghembuskan napas berat. "Jalan menuju cahaya abadi yaitu menahan segala kegelapan yang berusaha mengambil alih ... Hah ... tiba-tiba aku teringat ucapan Ayah saat masih berusia lima tahun. Aku selalu menyukain cerita mengenai pangeran cahaya yang ayah ceritakan," ucap Uta sambil tersenyum mengingat kembali masa-masa ia bersama Zen.

Tiba-tiba Uta terkejut dan langsung menatap rak buku yang ada di sekitarnya, dan pandangannya berhenti tepat di rak paling ujung di ruangannya. Di antara buku yang tertata rapi di rak bagian paling ujung itu, terdapat satu buku yang mengeluarkan cahaya. Uta berjalan mendekati rak itu. "Apa mungkin buku ini?" tanya Uta lalu mengambil buku yang bercahaya itu.

'Uta Bistona Western'

Tiba-tiba muncul judul yang bertuliskan nama Uta di sampul buku itu dan cahaya buku itu mulai memudar. Begitu Uta membuka halaman pertama buku itu. Buku itu hanya berisikan kertas kosong tanpa ada tulian apapun. Hingga beberapa detik tiba-tiba tulisan bertinta hitam muncul. Membuat Uta yang melihat itu menjadi terkejut. "Leichter Prinz ... Kalau tidak salah ini bahasa Jermania. Bahasa kerajaan penyihir, yang artinya Pangeran cahaya ... kenapa hanya muncul satu kata ini?" tanya Uta bingung lalu membuka halaman berikutnya yang juga sama seperti halaman pertama.

Uta membawa buku itu ke sofa tempat ia biasa membaca buku lalu membaca buku itu semalaman dengan teliti dan memahami setiap bahasa Jeremia yang terkadang muncul di dalam catatan itu.

***

Pagi telah tiba, seperti biasa Nico langsung menuju ruangan Uta untuk memberikan dokumen terbaru. Namun, begitu ia mengetuk pintu. Tidak terdengar jawaban apapun dari dalam. Ia pun memutuskan untuk masuk karena berpikir jika Uta masih tertidur. "Sepertinya dia masih tidur, tapi bukankah dia harus berangkat ke Academy?" tanya Nico. "Oh, paman. Di mana Uta?" tanya Alvis yang masuk bersama Eliar.

"Sepertinya dia masih tidur," jawab Nico sambil mengatur beberapa tumpukan dokumen. "Tapi dia tidak ada di kamarnya," ucap Alvis. "Astaga, bahkan pekerjaan yang seharusnya di selesaikan tadi malam juga belum di periksa. Alvis dan Eliar, tolong cari Uta di perpustakaan pribadinya, sepertinya dia ada di sana," ucap Nico.

Western Prince's : Son of Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang