Bab 22~Arti dari Pangeran Cahaya

399 52 2
                                    

Uta dan Eliar sedang berlatih bertarung bersama, dan Nico mengawasi kedua pemuda itu dengan mengenang kembali saat ia masih berlatih dengan Zen. Ternyata mereka benar berbeda, batin Nico. Melihat Uta yang mulai kelelahan bertarung dengan Eliar dan membandingkan kembali saat Nico melawan Zen. Yang kelelahan adalah Nico, sedangkan Zen selalu menang dengan mudah. Bahkan saat melawan Raizel.

Flashback :

"Aku menyerah, pangeran!" ucap Nico sambil mengangkat kedua tangannya. "Hah ... kau ini cepat sekali menyerahnya," ucap Zen lalu memasukkan pedangnya kembali ke sarung pedang. "Tenaga Anda sangat kuat, pangeran. Manusia biasa seperti saya sudah tidak mampu bertahan lebih lama lagi," ucap Nico. "Berhenti bicara formal. Kita hanya berdua saja, itu menggelikan," ucap Zen. "Baiklah," ucap Nico.

Zen yang terlahir dengan keahlian berpedangnya seperti Raja cahaya. Membuat Zen mempunyai keahlian berpedang dan tenaga yang sangat kuat. Tidak hanya dalam berpedang, Zen juga ahli dalam sihir. Ia adalah satu-satunya pangeran cahaya terkuat yang pernah ada, hingga mendapatkan julukan 'Pangeran Cahaya Sejati'. Meskipun Zen sendiri tidak menyukai julukan itu sejak kecil. Tapi, dia tidak mempedulikannya. Ia membiarkan orang memanggilnya apapun.

"Kau kenapa, Nico?" tanya Zen sambil melambaikan tangan di depan wajah Nico. "Eh? Apa? Ya, aku baik-baik saja," jawab Nico. "Oh ya, Zen. Apa kau mengerti dari Arti Pangeran Cahaya itu?" tanya Nico. "Bukankah itu panggilan untuk pangeran negeri cahaya seperti kerajaan kita ini," jawab Zen sambil mengusap keringatnya dengan handuk kecil. "Ah, jadi tidak ada arti khusus," ucap Nico. "Kenapa kau ingin tahu?" tanya Zen. "Aku hanya bingung saja dengan orang-orang yang sering memanggilmu 'Pangeran Cahaya Sejati' itu," jawab Nico.

"Ya, mereka hanyalah orang-orang bodoh yang tidak mengerti arti di balik panggilan itu," ucap Zen. "Bukannya kau bilang tidak ada arti di balik panggilan itu?" tanya Nico. "Kapan aku pernah bilang begitu? Aku hanya mengatakan apa yang orang-orang ketahui saja," jawab Zen. "Jadi, memang ada arti yang sebenarnya dari panggilan itu?" tanya Nico. "Ya. Itu bukan hanyalah panggilan saja. Pangeran Cahaya yang terlahir dengan kekuatan cahaya yang besar sudah memiliki tugas semenjak ia di lahirkan, dan tugasnya hanyalah satu, melawan pasukan kegelapan jika mereka bangkit," jawab Zen.

"Aku pernah mendengar soal itu. Ramalan yang muncul pertama saat sebelum pesta perayaan putra mahkota Kerajaan Western," ucap Nico. 

"Benar. Ibu bilang, jika nona Elsa datang untuk membacakan ramalanku. Hal itu saja sudah menunjukkan jika aku adalah pangeran cahaya," ucap Zen lalu berbalik dan menatap kearah bulan purnama yang terlihat begitu indah menghiasi langit malam. "Tapi, orang-orang itu dengan  bodohnya memanggilku Pangeran Cahaya Sejati hanya karena kemampuan berpedangku dan keahliah sihirku yang hebat," lanjut Zen.

"Jadi, maksud dari Pangeran Cahaya Sejati itu?" tanya Nico. Zen berbalik lalu menggerakkan bibirnya untuk menjawab pertanyaan Nico, dan membuat pria itu membulatkan mata sempurna.

Flashback off :

"Baiklah, latihan sampai di sini saja," ucap Nico yang kembali tersadar dari lamunannya. "Akhirnya selesai juga," ucap Uta. "Sepertinya kemampuan Anda sudah semakin meningkat, pangeran," ucap Eliar. "Hah ... ini berkat latihan yang dulu pernah di ajarkan ayah. Aku masih sangat ingat, meskipun harus kuulang dengan metode yang sama terus," ucap Uta. "Tapi, kau masih harus semakin berkembang jika ingin mengelahkan pasukan kegelapan, Uta," ucap Nico sambil berjalan menghampiri Uta dan Eliar.

"Tapi, aku tidak tahu lagi cara latihan yang lain selain metode dari Ayah," ucap Uta. "Kalau begitu, Uta dan Eliar akan mulai berlatih denganku besok," ucap Nico sambil tersenyum ceria. "Dengan paman? Apa tidak masalah? Bukankah paman juga harus mengawasi pasukan?" tanya Uta. "Tidak masalah. Kita akan berlatih setelah kalian pulang dari Academy," jawab Nico. "Baiklah kalau begitu," ucap Uta. "Kalau begitu, Eliar istirahatlah," ucap Nico. "Hah ... hanya Eliar, lalu aku bagaimana?" tanya Uta.

"Kau masih ada pekerjaan di ruangmu, dan ada sesuatu yang harus aku katakan kepadamu," jawab Nico. "Kalau begitu saya akan undur diri," ucap Eliar sambil membungkukkan badan sebentar lalu berjalan meninggalkan Uta dan Nico. "Ada apa paman?" tanya Uta. "Apa orang tuamu pernah bilang sesuatu soal takdir yang harus kau jalani yang di bacakan saat kau masih bayi?" tanya Nico. "Tidak, ayah dan ibu tidak pernah membicarakan apapun soal takdir. Memang ada apa?" tanya Uta bingung.

Ternyata Rika dan Zen merahasiakan takdir Uta. Sepertinya percuma jika aku bertanya kepada Uta atau nona Elsa, batin Nico. "Paman!" panggil Uta. Membuat Nico langsung tersadar dari lamunannya. "Hah? Apa?" tanya Nico bingung. "Ada apa dengan paman? dari tadi aku memanggilmu tapi sepertinya kau terlalu fokus memikirkan sesuatu," tanya Uta. "Ah, maaf. Bukan apa-apa," jawab Nico.

"Jadi, apa yang paman maksud dengan takdirku itu?" tanya Uta. "Oh ya Uta. Kalau tidak salah ayahmu menyimpan sebuah catatan di perpustakaan pribadimu, mungkin itu bisa membantumu sedikit dalam perang. Lebih baik kau coba baca itu," ucap Nico yang mengalihkan pembicaraan. "Catatan?" tanya Uta. "Benar. Aku tidak tahu catatan itu berisi apa, tapi ayahmu pernah bilang kepada paman. Jika dia sudah menyiapkan catatan untukmu jika dia tidak bisa menemanimu lagi," jawab Nico.

"Kalau begitu, aku akan mencarinya sebelum menyelesaikan pekerjaan malam ini," ucap Uta. "Bagus. Oh, kau tidak akan bingung menemukan mana buku yang berisikan catatan itu. Kalau kau, kau pasti bisa menemukannya dengan mudah. Kalau begitu, aku pergi dulu. Jangan lupa besok berlatih denganku setelah pulang dari Academy," ucap Nico sambil berjalan meninggalkan Uta. "Ada apa dengan paman?" tanya Uta bingung lalu berjalan menuju perpustakaan pribadinya.

***

Rika dengan tenang membaca sebuah buku di ruangannya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. "Masuk," ucapnya. Terlihat Emerda dan Sumei masuk dengan diikuti Bridget dan Elmira. "Ada apa?" tanya Rika bingung. "Kita kan sudah lama tidak berkumpul bersama," ucap Sumei ceria. "Benar, lagi pula apa kau tidak bosan sendirian di kamar ini dan hanya membaca buku seperti biasa," ucap Bridget.

"Hahaha ... kalau begitu, biar aku minta buatkan teh dan cemilan malam," ucap Rika lalu membunyikan lonceng kecil yang ada di meja. Bridget dan yang lainnya langsung duduk di sofa yang ada di kamar Rika. Tidak berapa lama setelah Rika membunyikan bel itu. Seorang pelayan masuk ke kamar Rika. "Ada yang bisa saya bantu, Yang Mulia?" tanya wanita pelayan itu. "Tolong siapkan minuman dan camilan malam di sini," ucap Rika. "Baik, Yang Mulia," ucap wanita pelayan itu lalu meninggalkan kamar Rika. 

"Jadi, ada apa?" tanya Rika. "Apa maksudmu? Kita kan sudah lama tidak bertemu, tentu saja kami ingin berbicara dengamu," ucap Bridget. "Aku tahu jika kalian datang ke sini bukan karena itu," ucap Rika. "Kami memang datang ke sini karena kami ingin berbicara denganmu setelah sekian lama, Rika. Tapi, kami juga ingin sedikit menghiburmu," ucap Emerda.

"Jika kalian ingin menghiburku karena masalah Zen. Kalian tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja," ucap Rika. "Tidak mungkin kau baik-baik saja. Setelah mendengar ramalan Elsa tadi, aku tahu saat kau mendengar itu, keadaanmu sudah tidak baik," ucap Sumei. "Lihat, kau bilang baik-baik saja. Tapi kenapa kau menangis?" tanya Bridget. "Aku tidak paham maksudmu, Bridget," ucap Rika dengan air mata yang mulai mengalir tanpa henti.

"A-apa ini? Padahal aku baik-baik saja," tanya Rika. "Itu tandanya kau tidak baik-baik saja, Rika. Kau tidak perlu terlihat kuat di hadapan kami, karena kami sangat mengenalmu yang mencintai Zen," ucap Emerda lalu memeluk Rika dengan lembut. Membuat air matanya semakin deras. Bridget dan Sumei saling bertatapan lalu menatap Rika dan Emerda sambil tersenyum lembut.

"Yang Mulia Rika, Anda tidak perlu khawatir, semua akan baik-baik saja," ucap Elmira. Membuat keempat wanita itu menatapnya. Elmira menyentuh tangan Rika dan menatap matanya sambil tersenyum kecil lalu berucap, "jadi Anda tidak perlu bersedih."

"Terima kasih," ucap Rika sambil tersenyum senang.

Bersambung...

Hai hai

Akhirnya via bisa update lagi hehe

Maaf jika akhir-akhir ini update lama

Semoga kalian bisa bersabar menunggu yaaa

Kalau begitu...

Gokigenyou

Bab selanjutnya :

Pergerakan Pasukan Kegelapan

Western Prince's : Son of Hero [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang