PART 27

62 19 7
                                    

"Sora?" Alam melihat Sora sedang berdiri membelakanginya di rooftop sekolahnya. Entah apa yang sedang dilakukan Sora di tempat ini.

"Sora? Ini lo kan?" tanya Alam memastikan. Kemudian ia mendengar suara isak tangis dari gadis itu.

"Sora .."

Tiba-tiba gadis itu berbalik kearah Alam. Dia benar Sora, gadis itu tersenyum. Tetapi kemudian ia menjatuhkan dirinya dari atas rooftop itu.

"Sora...!!"

Alam bangun dari mimpinya, mimpi itu terasa nyata. Sora yang menangis pilu dan menjatuhkan dirinya sangat mengganggu pikiran Alam. Ia merasakan firasat yang tidak enak pada Sora. Alam mengambil ponselnya yang disimpan di nakas tempat tidurnya. Ia mencoba menelepon Sora, namun tak kunjung diangkat. Ini memang sudah tengah malam, mungkin Sora sudah tidur. Alam memutuskan untuk menemuinya nanti pagi, jadi ia mengirimkan pesan pada gadis itu.

Alam
Sora?
Pagi berangkat bareng ya, gue samper.



Pagi ini sang surya nampak tak malu-malu memancarkan cahayanya. Bahkan awan dan kabut pun tak ingin mengusik pemandangan pagi ini.

Alam menuruni anak tangga rumahnya menuju ke meja makan. Disana sudah ada Mahesa, ibu dan ayahnya yang sedang sarapan bersama.

"Alam, ayo nak sarapan dulu!" ajak ibunya.

"Alam sarapan di sekolah aja mah, mau langsung jemput Sora soalnya," Alam melirik Mahesa sejenak, Mahesa sibuk dengan mengolesi roti dengan selai coklatnya.

"Yaudah, nanti ajak Sora buat sarapan juga ya," pesan ibunya. Alam mengangguk dan langsung mencium tangan ibunya dan ayahnya. Kemudian, ia menuju garasi dan mengendarai mobilnya menuju rumah di sebelahnya. Alam turun dari mobilnya bersamaan dengan ayah Sora yang keluar untuk berangkat kerja.

"Pagi om," sapa Alam

"Pagi Alam, ada apa kesini?" tanya ayahnya Sora.

"Mau ngajak Sora berangkat bareng om. Sora nya ada?" tanya Alam. Tiba-tiba garis wajah ayah Sora menjadi murung, Alam menangkap perubahan raut wajah ayah Sora itu. Tiba-tiba perasaannya tidak enak. Ia teringat mimpinya semalam.

"Sora kabur dari rumah," jawab ayah Sora. Alam terkejut bukan main, jadi mimpi semalam adalah pertanda buruk.

"Apa? Kabur? Bagaimana bisa om?" tanya Alam beruntun.

Ayah Sora menghela napas gusar. Menurutnya, tidak ada gunanya lagi ia menutupi semua kenyataan ini. Karena Sora sudah pergi dan ia tidak ingin berbohong kepada siapapun lagi.

"Saya bukan ayah Sora, Sora kecewa dan dia pergi,"

Alam menatap pria di hadapannya, ia terkejut mendengar pengakuan itu. Sora pasti sangat terpukul, sehingga ia pergi dari rumah itu. Tapi, dimana gadis itu sekarang?

"Sebaiknya kamu berangkat sekolah, jangan dulu cari dia! Mungkin Sora butuh waktu," ayah Sora menepuk bahu Alam, kemudian ia menuju halte bis dan menghilang dari pandangan Alam.

Alam tidak bergeming, dirinya mengkhawatirkan mimpinya semalam. Belum lagi fakta baru tentang ayah gadis itu. Ia tidak bisa belajar dengan tenang jika begini. Ia harus mencari Sora. Ia akan menghubungi Mahesa agar memberinya izin tidak masuk kelas.

"Halo Bang lo dimana?"

"Gue dijalan, kenapa?"

"Bang, Sora kabur dari rumah. Gue mau cari dia, semalem gue mimpi buruk tentang dia. Gue ga bisa ke sekolah, lo tolong izinin gue ya ke guru. Gue harus cari Sora,"

"Apa!? Sora kabur? Kenapa?"

"Ini soal ayahnya Sora. Rumit pokoknya Bang,"

"Alam denger gue, lo ke sekolah aja! Kita cari Sora bareng-bareng pulang sekolah."

CITOSTATIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang