Cinta selalu punya caranya sendiri, mempertemukan yang terbuang, atau menyatukan yang hilang.
****
"Lo berdua apa-apaan sih?" ucap Mahesa menahan kesal, karena keributan tadi.
"Maaf. Bukan saya, tapi dia." Han melirik Alam yang sudah memasang tampang sinis.
Mahesa menghela napas, "Alam! Gue tau lo panik Sora kabur, tapi lo ga bisa emosi ke orang lain kayak gini!!"
"Firasat gue ga enak, Bang. Gue takut terjadi sesuatu sama Sora," ucap Alam sambil masih mengawasi Han.
"Maksud lo?"
"Semalem gue mimpi Sora jatuh dari rooftop. Paginya, bokapnya bilang Sora kabur. Lo tau alasan dia kabur?" tanya Alam. Sedangkan Han masih diam menyimak.
"Apa alasannya?"
"Sora tau kalo orang itu bukan ayah kandung Sora." Mahesa dan Han sama-sama terkejut mendengar fakta itu. Terutama Han, ingatannya tertarik kala Somi meminta Sora untuk menanyakan perihal dirinya pada ayahnya. Kemungkinan Sora telah mengingat kembali masa lalunya, makanya ia pergi dari rumah itu. Tetapi, kemana perginya Sora? Han lebih khawatir jika Somi mengambil alih pikiran Sora. Han harus memastikan bahwa Sora baik-baik saja.
Kebisuan Han membuat kakak-beradik itu mengamatinya, terlebih Alam yang sudah memasang tampang curiga.
"Lo pasti tau sesuatu," tuduh Alam.
"Tidak," jawab Han datar.
"Gue yakin, lo pasti tau sesuatu. Kasih tau gue!!" gentak Alam.
"Lam tenang! Lo gak perlu emosi. Han, gue mau nanya ke lo, apa yang lo tau tentang Sora?"
"....."
"Han, please. Setidaknya kita harus mastiin kalo Sora gak kenapa-kenapa." Han menghela napas, mereka orang-orang yang peduli pada Sora. Mereka juga sama khawatirnya dengan Han.
"Saya mengenal Sora saat kematian Bu Yuri. Kami sama-sama dimintai keterangan oleh polisi. Setelah itu, kami di pertemukan kembali di gedung tua itu. Alam mungkin sudah tahu. Saya tidak terlalu dekat dengan Sora." Han berbohong, untuk kalimat terakhir itu. Bahkan perasaannya telah tumbuh semenjak Han melihat gadis rapuh itu.
"Ahh iya, waktu itu, Sora masuk rumah sakit. Saya kesana karena papah saya dokter disana, dan kamu juga sudah tahu." Han melirik Alam.
"Lo denger Lam!? Sekarang lo tau kan?" Mahesa memijit pelipisnya, menatap Alam kasihan. "Pulang sekolah kita cari dia di gedung yang Han maksud itu. Terakhir kali, Sora kabur ke gedung itu kan? Siapa tau dia juga ke tempat itu lagi," saran Mahesa.
"Sorry ..." ucap Alam menyesali dirinya yang terlalu emosi dan cemburu.
"Yaudah, kita balik ke kelas! Bell udah bunyi dari tadi. Bakal aneh kalo kita telat masuk kelas," ujar Mahesa.
Mereka kembali ke kelas, suasana di kelas itu tiba-tiba berubah, beberapa siswa memperhatikan mereka bertiga dan mulai berbisik-bisik, Mahesa sedikit risih dengan hal ini. Keributan tak terduga tadi pagi sangat tidak biasanya.
Han berhenti di pinggir jembatan tempat terakhir ia bersama Sora. Malam itu, Sora sangat senang melihat pemandangan kota dari jembatan ini, Han diam-diam merekam wajah manis gadis itu dalam ingatannya. Gadis yang berhasil membuat jantungnya berdetak tidak normal.
Tapi kini, gadis itu pergi karena takdir membukakan pintu ingatannya pada Sora. Menampilkan kehidupan dahulu gadis itu.
Han tidak tahu kemana Sora pergi, ia tidak bisa mencari keberadaan Sora saat ini. Kemampuannya hanya sebatas melihat ingatan seseorang. Tapi, Han bisa mencobanya.
Ia memejamkan matannya, memfokuskan pikirannya. Han mencoba memasuki ingatan Sora. Mungkin ia bisa mengetahui keberadaan gadis itu. Han berada dalam tempat yang gelap tak berujung. Ia melihat Sora bicara dengan ayahnya. Kemudian, Sora membentak dan menangis. Ia kembali ke kamarnya dan melempar segala sesuatu yang ada di hadapannya.
Sora mulai bicara sendiri, Han yakin ia bicara dengan Somi. Sora menangis pilu, hati Han sakit melihat gadis itu menangis, Sora terlalu sering menangis dan Han benci itu. Tiba-tiba, iris mata Sora menggelap, gadis itu tersenyum. Kemudian, ia memasukan pakaiannya ke dalam tas, dan keluar kamar mengambil kunci mobil ayahnya juga dengan kartu ATM-nya. Han membelalak tidak percaya, perkiraannya benar. Somi mengambil alih Sora, Han harus mengikuti kemana gadis itu pergi. Tetapi, tiba-tiba kepalanya berdenyut nyeri.
Han membuka matanya, darah keluar dari hidungnya, wajahnya sudah pucat pasi. Ini pertama kalianya Han melihat ingatan seseorang selama itu. Walaupun, Han sangat menyesal karena ia belum mengetahui kemana gadis itu pergi. Han menyandarkan tubuhnya pada pembatas jembatan, ia beristirahat untuk menghilangkan sakit kepala serta mual di perutnya.
Pergi kemana dia?
Han masih merenungkan penglihatannya tadi. Seseorang menghampiri Han yang masih memejamkan matanya menahan sakit di kepalanya.
"Han .."
Han tertegun mendengar suara itu. Ia yakin dirinya sedang tidak memasuki ingatan Sora lagi.
"Gue di sini." mata Han terbuka dan betapa terkejutnya ia saat gadis itu ada di hadapannya. Apa Han tidak salah lihat, atau ia sedang berhalusinasi. Han memukul pipinya memastikan, ada rasa sakit saat ia memukul pipinya. Han tidak sedang berhalusinasi, Sora benar berada di hadapannya.
Ia menarik gadis itu kedalam pelukannya, Han bersyukur gadis itu baik-baik saja. Ia membenamkam kepalanya di bahu gadis itu. Sora tersentak, Han memeluknya tiba-tiba, pipinya memanas. Ia ragu untuk membalas pelukan itu, walau Sora tahu ini adalah pelukan terakhir untuknya.
"H-han udah, gue baik-baik aja," ucap Sora terbata-bata.
Han melepaskan pelukannya, ia menatap manik mata Sora, Han bisa melihat gadis ini sedang berpura-pura tegar.
"Sorry..." sesal Sora, ia menundukan kepalanya. Ini adalah permintaan terakhirnya pada Somi untuk menemui Han dan mengucapkan salam perpisahan.
"Kenapa?" tanya Han.
"Han.. Gue bakal pergi jauh dari sini. Gue cuman mau ngucapin salam perpisahan, mungkin gue ga akan ketemu lo lagi," ucap Sora parau.
"Mau kemana?"
"Memulai hidup gue yang baru."
Han menghela napas. "Sora..." panggilnya.
Sora menggigit bibirnya. Tidak, ia tidak boleh menangis. "Maaf, gue gak bisa jadi rumah buat lo..." ucapnya lirih
"Kamu tetap akan jadi rumah saya." Han memegang tangan Sora, Han mengerti apa yang dirasakan gadis ini. Berada di kota ini hanya akan menambah kesedihannya, Han juga tidak bisa selalu ada untuk Sora. Karena, ia juga mempunyai masalah lain. Han masih punya urusan dengan Profesor Petra.
Sora menatap iris hazel itu, Han tersenyum padanya. Senyum yang jarang Sora lihat.
"Dimanapun kamu nanti, saya pasti akan pulang, asalkan kamu baik-baik saja." Sora tertegun, perasaannya menghangat. Ia tidak bisa menahan air di matanya.
"Lo harus jaga diri lo! Gue gak mau, lo datang ke gue dengan keadaan kayak di gedung tua itu," ucap Sora masih terisak. Han mengusap pucuk kepala Sora, ia tersenyum pahit.
"Sorry, gue harus pergi." Sora membalikan tubuhnya berjalan meninggalkan Han yang menatap kepergian gadis itu.
"Sora!" panggil Han. Langkah Sora terhenti ia ingin membalikan badannya, tenggorokannya tercekat kala seseorang memeluknya dari belakang.
"Saya sayang sama kamu. Hati-hati, jangan sampai terluka," bisik orang itu di dekat telinganya.
Tamat
####
Yang mau menghujat, waktu dan tempat dipersilahkan.
❤❤JANGAN LUPA KASIH BINTANG DAN ADD CERITA INI KE PERPUSTAKAAN KAMU❤❤
Cerita ini belum tamat gaiss....... Masih lumayan panjang wkwkwkwk tertipu kau👾👾
KAMU SEDANG MEMBACA
CITOSTATIM
Science Fiction*revisi setelah tamat cerita* "you must be fast" Han pikir, dengan dirinya yang kelewatan jenius, dia akan masuk fakultas kedokteran dengan mudah. Han pikir, dengan dirinya yang menutup diri dari segala interaksi sosial di sekolahnya, hidupnya akan...