"Sora!" panggil Han. Langkah Sora terhenti, ia ingin membalikan badannya, tenggorokannya tercekat kala seseorang memeluknya dari belakang.
"Saya sayang sama kamu. Hati-hati, jangan sampai terluka," bisik orang itu di dekat telinganya.
Han memejamkan matanya, mencoba masuk kembali ke ruang pikiran Sora. Kini ia berada di ruangan gelap tanpa ujung, Han terus berjalan mencari seseorang. Kemudian, ia melihat ingatan Somi. Gadis itu mengendarai mobil ayahnya membelah malam ibu kota. Menuju ke sebuah apartement dan masuk ke klub malam. Somi berbicara dengan berapa orang, dan mengambil dompet orang itu tanpa disadari pemiliknya. Tangan Han terkepal kuat, rahangnya mengeras, itu adalah tindakan yang salah.
"Han."
Han tertegun mendengar suara yang begitu femiliar baginya. Ia menoleh dan melihat Sora berdiri disana. Iya, itu Sora. Han dapat melihat dari warna irisnya yang coklat gelap.
"Sora." tenggorokannya tercekat, jika Sora berada di ruang pikirannya, maka gadis yang sedang ia peluk adalah Somi.
"Seharusnya lo ga usah cari gue," ucap Sora parau.
"Kenapa Sora?" tanya Han, ia menghampiri gadis itu. Posisi mereka sekarang berhadapan.
"Gue udah nyerah... Gue serahin hidup gue ke Somi," jelas Sora.
"Sora, jangan seperti ini.." bujuk Han, ia memegang bahu Sora, dengan Sora yang sudah terisak.
"Lo terlalu lama di sini, Somi bakalan nyadar kalo lo lagi masuk ke ruang pikirannya." Sora melepaskan tangan Han di bahunya.
"Kamu gak bisa nyerahin__Akhhh....." Han memegang perutnya yang tiba-tiba sakit luar biasa, kepalanya berdenyut keras. Matanya terbuka, napasnya terengah-engah. Tak lama kemudian, ia membelalak kaget kala besi lancip itu menyobek perutnya dan mengeluarkan darah segar. Somi mendorong tubuh Han hingga ia terjatuh. Kemudian ia tersenyum menampilkan giginya. Han menatap Somi horor sekaligus tidak percaya.
"Harusnya gue gak biarin lo buat masuk ke pikiran gue," ucap Somi sambil membersihkan bekas darah di pisaunya dengan sapu tangan.
"Somi.. Kenapa?" tanya Han, ia menekan perutnya mencoba menutup lukanya. Sembari menahan sakit yang luar biasa dari perut dan kepalanya. Wajahnya sudah pucat, dengan darah di hidungnya, yang merupakan efek dari kemampuannya.
"Lo adalah ancaman bagi gue!!" gentaknya. Kemudian Somi tersenyum menatap kasihan Han.
"Padahal, gue mau pergi dari lo dengan cara baik-baik. Tapi ternyata lo cukup pintar, lo masuk dan liat ingatan gue, atau mungkin, lo udah ketemu Sora? Sama kayak waktu lo ketemu gue. Lo itu ancaman bagi gue Han." Somi tersenyum tipis, kemudian meninggalkan Han yang masih merintih kesakitan.
Han merogoh ponsel di saku jaketnya, membuka aplikasi chat dan menghubungi seseorang.
"Han? Ada apa lo telepon gue?"
"Itsuka, jemput saya di jembatan layang!!" ucap nya sambil merintih kesakitan.
"Heeh lo kenapa? Aduhh tunggu di situ!! Gue otw," ucap Itsuka panik. Han mengedarkan pandangan ke sekeliling, tidak ada orang ataupun kendaraan yang lewat disana. Karena tempat ini adalah pinggiran ibu kota dan tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang. Han mencoba mempertahankan kesadarannya, menunggu Itsuka sangat lama, ia menelepon ambulan rumah sakit ayahnya, tapi sayangnya, ponselnya kehabisan baterai. Han sudah kehilangan banyak darah. Ia sudah pasrah menerima takdirnya.
Han melihat langkah sepatu menghampirinya, matanya mebelalak kala melihat orang itu. Grevor dan Axel menghampirinya dengan senyum yang menyeramkan. Kini, Han tidak bisa melakukan perlawanan apapun.
"Bagus, kau terluka disaat yang tepat Hazel. Beruntung gadis itu mendengarkan perkataanku pada akhirnya. Sehingga, aku tidak usah repot-repot mengeluarkan tenaga untuk membawamu ke tempat itu." kemudian, Grevor memerintahkan Axel untuk menyeret Han, membawa paksa Han ke laboratorium itu. Han sempat berontak, namun dirinya tetap tak berdaya karena tubuhnya sudah kehilangan banyak darah. Pada akhirnya, ia kehilangan kesadarannya dan dibawa pergi oleh mereka.
Itsuka sampai di jembatan layang itu. Matanya menyapu area itu mencari Han. Namun, ia tidak menemukan siapapun di tempat itu.
"Han!" panggil Itsuka. Ia mencoba menghubungi ponsel Han, namun ponselnya tidak aktif. Itsuka berkeliling tempat itu mencari Han. Langkahnya terhenti kala melihat bercak darah tak jauh dari jembatan itu, Itsuka tidak ingin berprasangka buruk, tapi perasaannya mengatakan bahwa itu adalah darah Han. Ia mencoba menghubungi seseorang.
"Halo Pah, Han diculik!!" ucap Itsuka panik.
"Apa!!? Kenapa bisa?" ucap Donghae di balik teleponnya.
"Tadi Han nelepon aku, dia minta tolong. Pas aku kesini, Han gak ada. Aku cuman nemu bercak darah disini," ucap Itsuka mulai mengeluarkan air mata. Ia teringat percakapan terakhirnya dengan Han pada malam itu. Apa mungkin Han akan benar-benar pergi.
"Kamu tenang, sekarang pulang dulu, nanti papa akan cari Han." Donghae menutup teleponnya, ia tahu, kemana kemungkinan Han dibawa. Ia tidak punya banyak waktu. Donghae yakin, Han pasti sedang terluka, jika dilihat dari bercak darah yang diberi tahu Itsuka tadi.
Itsuka melajukan motornya dengan kecepatan penuh, ia tidak peduli dengan peraturan lalu lintas, ia harus pulang bertemu dengan Donghae dan mencari kemana perginya Han. Bisa saja orang-orang itu telah melukai Han dan membawanya pergi. Jujur saja, Itsuka tidak tahu ada urusan apa Han dengan orang-orang itu. Sampai-sampai Han selalu dalam bahaya. Han terlalu rumit dan misterius, hingga Itsuka sangat penasaran dan khawatir padanya.
Matanya membelalak kala ada mobil yang hampir menyerempetnya. Itsuka menepikan motornya bersamaan dengan mobil itu. Alam dan Mahesa keluar dari mobil itu. Mereka terkejut saat mengetahui si pengendara motor adalah Itsuka.
"Itsuka?" Alam menghampirinya. "Lo ngapain ngebut sih, hampir aja kita kecelakaan tau," omelnya pada gadis itu.
"Sorry, gue buru-buru tadi,"
Mahesa memperhatikan raut wajah Itsuka, gadis ini seperti baru saja menangis. "Lo abis nangis? Kenapa?" tanya Mahesa.
Itsuka tersentak, ia menghapus bekas air matanya. Berdehem, kemudian menatap kakak beradik itu.
"Gue.. Gak kenapa-kenapa kok," ucap Itsuka. Mahesa sedikit mencurigai gelagat Itsuka.
"Kenapa lo ngebut banget sih? Abis putus lo?" Alam ambil suara.
"Sembarangan, gue jomblo ya. Yaudah, sorry ya tadi. Gue duluan. Bye." Itsuka menaiki motornya dan melajukannya meninggalkan Alam dan Mahesa yang menatap kepergiannya aneh.
"Dia kayaknya nyembunyiin sesuatu," gumam Mahesa yang masih dapat di dengar oleh Alam.
"Gue pikir juga gitu sih, bang."
####
Maap yah lambat update nya huhuhu, happy 700 readers, gini aja aku udah bahagia kok. Tetap dukung cerita aku yaaa...
Maaf juga kalo ada typo, atau kalimat yang kurang paham. Bisa di komen di kolom komentar.
Ada yang kangen Han?
❤❤JANGAN LUPA KASIH BINTANG DAN ADD CERITA INI KE PERPUSTAKAAN KAMU❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
CITOSTATIM
Science Fiction*revisi setelah tamat cerita* "you must be fast" Han pikir, dengan dirinya yang kelewatan jenius, dia akan masuk fakultas kedokteran dengan mudah. Han pikir, dengan dirinya yang menutup diri dari segala interaksi sosial di sekolahnya, hidupnya akan...