Part 3 (Keluarga)

626 31 0
                                    

#ramenuku03nomor10
#HijrahSOS
Judul: Hijrah SOS
Karya: Isdamaya Seka dan Faridah Wardah
Part 3: Keluarga

'Isabella adalah, kisah cinta dua dunia
Mengapa kita berjumpa, namun akhirnya terpisah?
Siang jadi hilang, ditelan kegelapan malam
Alam yang terpisah, melenyapkan sebuah kisah .... Oh Isabellaaaa'

Andai yang menyanyi adalah Ami Search dengan suara khas serak mendayu, maka Isabella akan semakin larut dalam alam mimpi. Sayangnya yang menyanyikan lirik lagu yang terkenal di akhir tahun delapan puluhan itu adalah Bapak paruh baya dengan suara khas kodok di musim kawin.

*****

"Assalamu'alaikum, Bella," sapa seorang gadis ayu memakai jilbab segi empat warna putih yang baru keluar dari pagar rumahnya.

"Wa'alaikumussalam, Nada. Wooaaaaam."

"Bella, kalau menguap ditutup dong, ntar itu lalat bisa masuk."

"Ah iyaa," jawab Isabella santai sambil mengusap-usap matanya.

Matahari sudah mulai tampak menyapa, tapi hawa dingin masih sempat terasa di kulit, membuat Isabella merapatkan blazer yang melapisi kemejanya. Kadangkala jika jadwal Nada shift kerja pagi, dia berangkat bersama dengan Isabella.

"Masih ngantuk, ya?"

"Gimana ga ngantuk? Kemarin baru bisa tidur jam dua, dibangunin Subuh. Banguninnya pakai nyanyi pula," keluh Isabella.

Entah apa yang ada dalam pikiran bosnya, kemarin Isabella seperti melihat binatang buas yang hendak menerkamnya. Kejadian itu sukses membuatnya tak bisa memejamkan mata. Ingin rasanya curhat dengan Nada, tapi Isabella masih meragu. Mungkin saja bosnya sedang khilaf.

Khilaf, suatu alasan klise yang Isabella ciptakan untuk menutupi ketakutannya. Padahal hatinya tahu, bahwa tak sewajarnya seorang laki-laki bisa sedekat itu dengannya. Itu salah, dan jika bapaknya tahu, bisa-bisa dia langsung menyuruh Isabella berhenti kerja.

Nada tertawa kecil, "Ya habisnya kamu kalau tidur ga bisa dibangunin kalau ga pakai suara merdu bapak kamu."

"Merdu kau bilang??"

"Ya menurut survey sih, seburuk apapun suara orang tua, bayi akan mengenalinya sebagai suara termerdu di dunia."

Isabella terpaksa memasang wajah memelas, "Nadaa, sayangnya aku bukan bayi."

"Hihi, iya tahu. Tapi aku ngerasa beruntung deh tetanggaan sama bapak kamu. Tiap pagi punya alarm. Hebat loh beliau, sejak kita masih bocah sampai segede ini, masih istiqomah jadi alarm buat kita."

Kadangkala sesuatu yang kita anggap buruk, dari sudut pandang orang lain mungkin berbeda, bisa jadi sebaliknya.

"Kamu yang senang, suaranya ga sampai menusuk telinga, aku?"

"Sabar sabar, syukuri aja. Mumpung masih lengkap orangtua kita ..... Mmm, aku kemarin lebaran sempat ke rumah saudaraku, Bell. Anggota keluarganya ada yang meninggal. Paling sedih dengar cerita dari saudara yang kehilangan. Mereka membicarakan kebiasaan almarhum yang begini, begitu. Sekarang mereka tidak bisa melihatnya lagi. Sedih, Bell. Memang sesuatu itu baru terasa berharga jika sudah menghilang." Isabella terdiam menyimak cerita Nada.

Langkah mereka berdua terhenti ketika mencapai halte bus. Isabella dan Nada kemudian larut dalam pikiran mereka masing-masing.

*****

Suara berdetak dari hak Stiletto Isabella beradu dengan lantai marmer, membuat para office boy mendongak. Mencari sumber suara, yang sebenarnya sudah mereka hafal. Senyum selalu tersungging saat Isabella menyapa mereka.

Faith and Love ✔️ Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang