Part 14 (Cemburu)

442 23 1
                                    

#Ramenuku03nomor10
#HijrahSOS
kolab with Faridah Wardah
Part 14 (Cemburu)

🍁🍁🍁

Lelaki berparas tampan namun terkesan angkuh itu baru keluar dari dalam masjid. Setelan celana hitam, baju koko berwarna putih, serta kopiah hitam membuat tampilannya berbeda dari biasanya. Aura ketenangan terlihat dari sorot matanya.

Untuk kali pertama ia mengikuti kegiatan agama. Mendengarkan ceramah di dalam masjid bersama jamaah lainnya. Fokus ia mencerna apa yang disampaikan sang ustaz di atas mimbar.

'Hidayah itu dijemput, bukan ditunggu. Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum jika ia tidak merubahnya. Renungkanlah ... ajal tak pernah menunggu taubatmu.'

Kata-kata yang diucapkan oleh sang ustaz sebelum mengakhiri materi terus terngiang di telinga Fahmi. Ajal ... tak pernah tahu kapan datangnya. Hati CEO muda itu bergetar membayangkan bila kematian itu datang malam ini, sementara ia masih bergelimang dosa.

Sejenak langkahnya terhenti kala melihat sosok wanita yang beberapa hari ini terus mengusik hatinya. Isabella ... duduk anggun bersama sahabatnya di teras masjid.

Pandangan keduanya bertemu, sejenak saling menatap penuh tanya. Sejak kapan ia mengikuti kajian-kajian seperti ini? Itulah yang terlintas di benak masing-masing.

Fahmi melebarkan langkahnya untuk segera menghampiri Isabella. Tsabit mengikuti ke mana temannya itu pergi.

"Butuh tumpangan, Nona?" Tanpa basa-basi, Fahmi menawarkan untuk pulang bersama. Banyak hal yang ingin ia tanyakan pada sekretarisnya.

"Tidak, Pak. Terima kasih," jawab Isabella.

Fahmi sedikit kecewa. Namun ia sudah menduga, Isabella tak mungkin menerima tawarannya. Terlebih, ada Nada di sampingnya.

"It's Okay. Besok jangan telat masuk kantor." Fahmi meninggalkan Isabella yang terlihat kesal dengan tingkahnya.

"Helloow ... sejak kapan aku pernah telat masuk kerja?" gumam Isabella kesal.

"Hi-hi ... sabar, Bell. Bosmu itu kan cuma pengen cari perhatian aja sama kamu," goda Nada.

"Ish, apaan!"

***
Fahmi merebahkan tubuhnya di atas kasur. Memejamkan mata, kemudian menarik napas panjang. Isabella ... lagi-lagi nama itu mengusik pikirannya.

"Sejak kapan Bella ikut-ikut kajian kayak gitu, ya?" Fahmi berbicara pada dirinya sendiri.

"Bella ... makin hari lo makin bikin gue penasaran," gumam Fahmi.

Lelaki tampan itu melipat kedua tangannya dan meletakkan di bawah kepala. Ia tersenyum membayangkan Isabella berlari ke arahnya dan memeluk erat.

"Ish! Apaan sih gue ngebayangin sekretaris cerewet itu?" Ia memukul pelan pipinya kemudian memiringkan tubuh dan memejamkan mata.

Kedua kelopak mata sang CEO tertutup rapat, namun pikirannya masih berkeliaran membayangkan sosok Isabella. Tak sabar ia menunggu pagi, melihat wanita yang semakin hari semakin menarik hati. Membuatnya belakangan ini berhenti mengencani wanita-wanita di diskotek.

***
Di kamar bercat nila, Isabella duduk bersandar pada kepala ranjang. Memeluk erat bantal kesayangan. Pikirannya tertuju pada satu sosok yang sama sekali tak pernah ia bayangkan untuk dekat dengannya.

Sosok Fahmi yang angkuh, suka memerintah seenaknya, dan seorang 'player' membuat Isabella tak begitu menyukai atasannya itu. Akan tetapi, pertemuannya dengan Fahmi di halaman masjid tadi membuatnya mencoba berpikir baik tentang lelaki itu.

"Si bos beneran mau berubah atau modus doank, tuh?" tanya Isabella pada dirinya sendiri.

"Ih, kok aku suuzon ya ama si bos? Gak boleh, Bella. Gak boleh!" Ia menepuk-nepuk pelan kedua pipinya. Bergegas membaringkan badan dan menutup mata. Berharap esok sang atasan tak mengatakan apapun di kantor perihal malam ini.

Faith and Love ✔️ Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang