#ramenuku03nomor10
#Hijrah_SOS
Karya: Isdamaya Seka dan Faridah Wardah
Judul: Hijrah SOSHidayah itu dijemput, bukan ditunggu. Apa jadinya jika seseorang harus menunggu hidayah untuk bertaubat, sedangkan ia tidak berusaha sedikitpun untuk memperbaiki diri?
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS.ar-Ra’d:11)
___________________🌹🌹🌹_______________
Isabella bergegas menemui Fahmi di ruangannya.
"Pagi, Pak."
"Pagi." Fahmi memandang sekretarisnya yang tak seceria biasanya. Sosok Isabella saat ini membuat Fahmi merasa ada sesuatu yang hilang.
"Saya harus manggil 'Isabella' atau 'Isabulle'?" Fahmi mencoba untuk mencairkan suasana.
"Gak lucu, Pak," jawab Isabella dengan ketus.
Fahmi menahan tawanya, menggoda Isabella kemungkinan bisa dimasukkan dalam daftar hobi barunya. Fahmi tak menampik kalau ia sebenarnya tak jauh beda dengan karyawannya. Sifat dasar laki-laki memang suka melihat yang bening, berusaha menarik perhatiannya, lalu menjeratnya. Oh tidak, Fahmi merasa harus mencukupkan diri dengan menggodanya. Tak boleh ada skandal dengan karyawannya. Hal itu akan mencoreng nama keluarga dan nama besar perusahaannya.
"Kan rambutnya jadi pirang?" Fahmi menaikkan alisnya. Lalu memasang senyum yang menjadi andalannya sewaktu memikat wanita. Tak perlu susah-susah melancarkan rayuan gombal. Dengan seulas senyum saja, wanita yang akan berlari mengejarnya.
"Jangan kuatir, nanti saya mencat rambut jadi hitam kembali."
"Eh jangaan," ups! Fahmi keceplosan.
"Oh mmm, maksud saya kau tak perlu takut dengan skorsing. Perusahaan tidak melarang karyawannya mengubah warna rambut, yang penting penampilan rapi dan sopan." Terima kasih pada otak encer Fahmi, sehingga bisa mencari alasan untuk menyelamatkannya dari rasa malu.
Isabella sebenarnya sudah paham jika tak ada peraturan perusahaan yang melarangnya mewarnai rambut, karena itulah dia berani mencat rambutnya. Namun, Isabella merasa harus menuruti kemauan bapaknya. Isabella sudah memesan kepada Nada untuk dibelikan cat rambut warna hitam di tempat kerjanya. Nanti malam dia berencana menyemir rambutnya dengan bantuan Nada.
"Read my schedule for me," titah Fahmi.
Isabella mengerutkan dahi, lalu mengetuk layar tabletnya, "Jam 11 nanti ada meeting dengan ...."
"Stop stop!" potong Fahmi.
"In English."
Isabella mengerutkan dahinya kembali, 'Ok, ini terasa agak aneh' ujar Isabella dalam hati. "English more suits for your hair colour, Isabulle," goda Fahmi lagi. Fahmi meloloskan tawa kecil dari bibirnya.
"Gak lucu," ucap Isabella lirih. Meskipun lirih, tapi Fahmi bisa mendengarnya, ruang kerjanya teramat sepi sehingga suara sekecil apapun akan terdengar. Tentu saja Fahmi terhibur melihat ekspresi Isabella yang geram.
Isabella berpikir, bosnya ini benar-benar tidak pandai membaca mood seseorang, atau memang hobi membuatnya sebal.
"You have meeting at 11 am with Mr. Goenawan from Webs Cargo. Another meeting after lunch with planning and development division ...," Fahmi terkesima melihat bibir Isabella yang dengan lancarnya membacakan jadwalnya dalam bahasa Inggris. Oh sebenarnya itu sih biasa, kemampuan berbicara dalam bahasa Inggris memang kualifikasi dasar yang harus dimiliki saat melamar pekerjaan menjadi sekretaris di perusahaannya. Tapi mendengar Isabella yang berbicara, bagaikan mendengar rangkaian puisi. "And I have to remind you, Ms. Sandra is waiting for your call."
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith and Love ✔️ Telah Terbit
Fiction généraleKisah seorang sekretaris lugu dan atasan yang hobi 'bermain' dengan para wanita. Keduanya menjemput hidayah pada waktu yang bersamaan. Pada akhirnya mereka saling jatuh cinta setelah mengalami berbagai konflik. Persiapan pernikahan pun dilakukan set...