#Ramenuku03nomor10
#HijrahSOS
Duet gak pake maut with Faridah Wardah.
Part 12 (Gengsi Si Bos)🍁🍁🍁
"Cinta terkadang tumbuh tanpa disadari. Merindunya, bahagia melihat senyumnya, sedih mendengar tangisnya, cemburu, serta ingin menjaganya. Pertanda hati telah memilih dia sebagai yang dicinta."
🍁🍁🍁
Fahmi berkali-kali melakukan panggilan telepon ke Bu Salma. Tidak ada jawaban sama sekali. Ia mulai gundah. Menimang-nimang keputusan untuk pergi ke rumah sakit seorang diri.Pria tampan itu mengendurkan dasinya. Mengempaskan diri di atas kursi kebesarannya. Sejenak berpikir, kemudian bergegas meninggalkan kantor.
Fahmi melajukan mobilnya menuju rumah sakit tempat ayah Isabella di rawat. Selama perjalanan, ia sibuk memikirkan kalimat yang akan diucapkan pada sekretarisnya itu. Ia tidak ingin dianggap terlalu peduli. Gengsi masih melekat erat padanya.
"Hai, Bella. Gimana kondisi orang tuamu?" Fahmi mencoba kalimat pertama seraya tetap fokus menyetir.
"Hmm ... kurang pas," gumamnya.
"Bella, ayah kamu sudah baikan?"
"Ah, mana mungkin baru sehari operasi sudah sembuh."
Fahmi kembali memikirkan kalimat berikutnya, namun idenya buntu. Ia tak ingin memikirkan kalimat-kalimat itu lagi.
Fahmi telah sampai di rumah sakit. Ia menuju meja informasi, menanyakan kamar tempat ayah Isabella di rawat kepada perawat yang piket di sana.
"Malam, Sust. Saya mau cari kamar pasien," ucap Fahmi.
"Malam, Mas. Nama pasiennya siapa, Mas?" tanya perawat.
Fahmi berdecak, menyadari kebodohannya. Ia tidak mengetahui nama ayah Isabella. Yang ia tahu hanya penyakit yang dialami orang tuanya ketika Isabella meminta izin untuk pulang lebih awal dan mengambil cuti selama tiga hari.
"Hmm ... saya gak tahu namanya, Suster. Pasiennya sakit radang usus buntu, tadi siang operasi. Laki-laki, mungkin sudah berumur lima puluhan." Fahmi menjelaskan tentang ayah Isabella agar perawat bisa membantunya.
"Kami periksa dulu ya, Mas." Perawat mengecek daftar pasien yang masuk hari ini. Jari telunjuknya berhenti pada sebuah baris dengan nama pasien Al Malik. Kemudian perawat tersebut memastikan alamat pasien pada Fahmi.
Fahmi segera menuju kamar VIP tempat ayah Isabella dirawat. Sesampainya di depan pintu, Fahmi bergeming. Ia masih ragu untuk menemui Isabella.
Beberapa menit berlalu, Fahmi akhirnya mengetuk pintu. Pintu terbuka, Isabella terlihat sedikit terkejut dengan kedatangan atasannya.
"Ini." Fahmi menyodorkan sebuah buket bunga pada Isabella, tepat mengenai wajah gadis itu.
"Ish, bisa lebih lembut gak sih, Pak?" protes Isabella.
"Eh, maaf, gak sengaja."
Isabella manyun sejenak mendengar jawaban jutek Fahmi.
Fahmi mengikuti Isabella masuk ke dalam. Langkahnya terhenti ketika melihat sang ibu telah duduk di sofa. Tersenyum penuh arti ke arahnya. Nada juga di sana, duduk di sebelah ibunya.
"Mama ...?" ucap Fahmi terkejut.
"Kalau ngasih bunga sama wanita itu yang lembut caranya, bukan disodorin gitu ke mukanya," sindir Bu Salma.
"Ck!" Fahmi berdecak. Kini ia merasa malu telah membawa bunga untuk Isabella di hadapan Ibu dan Nada.
Bu Salma tertawa kecil melihat kekesalan di wajah anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Faith and Love ✔️ Telah Terbit
Ficção GeralKisah seorang sekretaris lugu dan atasan yang hobi 'bermain' dengan para wanita. Keduanya menjemput hidayah pada waktu yang bersamaan. Pada akhirnya mereka saling jatuh cinta setelah mengalami berbagai konflik. Persiapan pernikahan pun dilakukan set...