Part 4 (Hidayah Isabella)

523 30 0
                                    

#Ramenuku03nomor10

Judul : Hijrah SOS
Oleh   : Isdamaya Seka kolab Faridah Wardah
#Day4 - Hidayah Isabella

"Masuk!" perintah Fahmi pelan, namun dengan nada mengintimidasi. Dengan pasrah Isabella menuruti perintahnya.

"Saya bukan sopir kamu, jadi jangan pernah duduk di belakang selagi saya yang bawa mobil," ucap Fahmi setelah sekretarisnya duduk di jok sebelah.

"Iya, Pak, maaf."

Fahmi melirik ke arah Isabella. Ia menyadari ada yang berbeda dari penampilan gadis itu. Ya, lebih sopan. Biasanya Isabella memakai rok mini selutut dengan warna mencolok serta blus dengan belahan dada yang cukup lebar. Hari ini ia memakai celana panjang berwarna hitam. Bagian atas kemeja merah yang dipadukan dengan blazer warna abu tua.

Sangat pas dengan tubuhnya yang tinggi semampai. Isabella terlihat lebih anggun dan dewasa dengan setelan seperti itu. Beberapa kali bosnya melirik ke arahnya, namun ia hanya memandang ke luar di balik kaca mobil.

'Penampilannya beda banget. Apa karena tindakanku semalam?' batin Fahmi. Lagi-lagi perasaan tak enak yang ia sendiri tidak tahu perasaan seperti apa menyergapnya.

"Ehemm ...." Fahmi mencoba mencairkan suasana.

"Mau minum, Pak?"

"Tidak," jawab Fahmi tanpa menoleh ke Bella. "Maafkan tindakan saya semalam," lanjutnya.

Isabella bergeming.

"Kenapa diam saja, Bell?"

Gadis itu menoleh ke arah bossnya dan berkata, "Saya sadar penampilan saya tak ada bedanya dengan wanita-wanita yang Bapak anggap murahan. Tapi bukan berarti saya sama seperti mereka."

Fahmi salah tingkah dibuat gadis itu. Ia mengelus-elus hidungnya yang tak gatal.

"Maaf."

Fahmi dan Isabella saling diam. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing, hingga mobil memasuki gerbang dari sebuah rumah mewah berhalaman luas.

Mobil Alphard hitam milik Fahmi terparkir di garasi. Fahmi turun dari mobil dan diikuti oleh sekretarisnya. Mereka memasuki sebuah rumah mewah dengan gaya arsitektur klasik. Beberapa pilar besar terlihat menopang bagian luar. Kubah kecil di atap depan semakin mempercantik gaya klasik rumah tersebut.

"Masuk." Fahmi mempersilakan Isabella memasuki rumah. Gadis itu memperhatikan sekilas rumah bosnya. Langit-langit setinggi empat meter menambah kemegahan. Warna ruangan didominasi dengan kuning keemasan, warna favoritnya. Sejenak ia mengagumi arsitektur rumah Fahmi sebelum sang atasan menyadarkannya.

"Kamu tunggu di sana. Ada berkas yang mau saya ambil di kamar." Fahmi menunjuk pada sofa yang terletak di ruang tengah.

"Iya, Pak." Bella menurut. Menunggu bosnya di sana sambil sesekali memperhatikan dekorasi dalam ruangan tersebut.

Lantunan ayat suci terdengar merdu dari ruangan sebelah. Suara seorang wanita, begitu fasih melafalkan ayat-ayat cinta-Nya. Alunan tajuwid begitu indah, menggetarkan hati.

'Indah sekali ... sudah berapa lama aku tak mendengarnya. Bahkan aku lupa bagaimana membacanya,' batin Isabella. Ia tertunduk sedih merutuki dirinya yang tak pernah membaca surat cinta Sang Khaliq. Sesekali ia mendengar Nada mengaji ketika bermain ke rumah tetangganya itu, namun belum pernah sedikitpun hatinya tergerak untuk mempelajari bacaan Alquran.

Gadis itu menikmati lantunan ayat suci dari tempatnya. Hatinya merasa teduh, hingga beberapa saat kemudian suara itu terhenti.

"Assalamualaikum ...." Seorang wanita berusia lima puluh tahunan dengan balutan hijab biru menghampiri Bella. Gadis itu berdiri membalas uluran tangan sang nyonya rumah.

Faith and Love ✔️ Telah TerbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang