part 22📍📌

12.6K 690 1
                                    

Selamat membaca...
         .
         .
         .

NAJWA POV

"Mas, pernikahan Ning Zara tinggal berapa hari lagi toh?"

tanyaku pada Gus Raza yang sudah siap siap untuk sholat jamaah shubuh di masjid. Setelah beberapa menit yang lalu kami sudah selesai melaksanakan sholat malam.

"Mungkin seminggu lagi Naj, kenapa toh?"

"Ndak papa, Najwa hanya nanya kok,"

ucapku tersenyum pada Gus Raza, dan juga sudah menyiapkan sajadah yang akan ku bawa ke asrama puteri untuk sholat shubuh di sana bersama para santriwati.

"Eeemm, mas!"

Panggilku lirih pada Gus Raza.

"Iyo kenapa toh?"

tanya Gus Raza menatapku yang sedang duduk di ranjang dan sudah memakai mukenaku sambil memangku sajadah.

"Najwa boleh nanya ndak?"

tanyaku ragu ragu. Takutnya nanti dia malah marah saat mendengar pertanyaanku ini.

"Mau nanya opo toh?"

tanya gus Raza yang sudah ikut duduk di ranjang di sampingku.

"Tapi Mas janji yo jangan marah,"

ucapku ragu ragu untuk lanjut bertanya. Sedangkan Gus Raza sudah mengangguk pelan di sampingku.

"Eemm..anu...emmm...mas...mas..!"

lidahku kelu seketika saat ingin bertanya pada Gus Raza, hingga Aku begitu berbelit belit karena merasa gugup. Takutnya nanti dia malah marah tidak suka dengan pertanayaanku.

"Opo toh? Kenapa? Ada apa Naj? Mau nanya apa? Hhmmm...!"

tanya Gus Raza bertubi tubi dan menatapku dalam. Mungkin dia sudah sangat penasaran dengan apa yang ingin ku tanyakan ini.

"Tapi Mas beneran ndak akan marah kan kalo Najwa tanya ini?"

ucapku masih ragu untuk bertanya pada Gus Raza. Soalnya dia selalu sensitif jika Aku membahas perihal ini.

"Iyo? Opo toh Ning?"

tanya Gus Raza yang sudah penasaran dan menatapku dalam. Sedangkan Aku hanya menunduk tidak berani menatapnya kembali.

"Eemmm....pernikahan Ning zara kan sudah sebentar lagi, opo Mas ndak mau mencari calon istri baru?"

tanyaku. Semakin menunduk tidak berani menatap wajah suamiku yang sudah menatapku dalam. Aku tau sebentar lagi dia pasti bakalan ndak suka aku bahas masalah ini.

"Naj, apa kamu masih ingat dengan apa yang Umah katakan di ruang tengah beberapa minggu lalu?"

tanya Gus Raza padaku, dan terus menatapaku tanpa sedikitpun berpaling dari wajahku yang sudah menunduk di depannya dari tadi.

"Inggih, Najwa masih ingat,"

jawabku mengangguk pelan karena takut dia akan marah.

"Apa kamu masih ingat, apa yang selalu ku katakan padamu? Apa kamu sudah lupa kalau Aku selalu bilang kalau hanya kamu satu satunya wanita di hidupku setelah Umah?"

ucap Gus Raza yang sudah mulai merasa tidak nyaman dengan pertanyaanku. Kan apa toh aku bilang? Dia ini selalu sensitif saat aku membahas masalah poligami.

"Inggih!"

jawabku mengangguk pelan dan semakin tidak berani menganggkat wajahku menatapnya.

"Naj, berapa kali harus ku katakan kalau hanya kamu satu satunya wanitaku? Berapa kali harus ku ungkap kan kalau aku hanya mencintaimu? Berapa kali harus ku katakan padamu kalau aku tidak bisa membagimu? Barapa kali lagi Naj?"

DOAMU AZIMATKU [Romance Islami]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang