EXtra Part.

30.4K 894 44
                                    


Selamat membaca...
        .
        .
        .

Autdhor pov💦

Kedua pemuda tampan itu berlarian di kiridor pondok di asrama putra. Menyalip dan sesekali tidak sengaja menubruk salah satu santri yang juga berjalan di koridor.

"Kembalikan Kangmas..." ucap sang adik dengan lantang sambil terus mengejar kakak laki-lakinya yang sedang berlari sambil tertawa terbahak-bahak karena sudah mengusili sang adik.

"Ndak..., ini akan Kangmas adukan pada Umah. Hahaha.." jawab sang kakak yang tertawa lantang sambil terus berlari di koridor.

Membuat para santri dan Ustadz yang melihatnya tertawa kecil sambil geleng-geleng kepala. Pasalnya mereka memang suka bergaduh setiap hari.

Entah itu saat ada Abuya dan Umahnya atau tidak. Mereka suka sekali saling mengusili satu sama lain.

"Kembalikan kertas itu Kangmas. Aku janji akan menuruti perintahmu lain kali."

Balas sang adik yang bernama Ibrohim. Usianya baru empat belas tahun, sedangkan sang kakak yang bernama Naufal sudah menginjak usia delapan belas tahun.

Dia sudah kelas tiga Aliyah sekarang. Dia tumbuh menjadi pemuda yang tampan hingga membuat beberapa santriwati di pesantren itu terkagum-kagum padanya.

Selain itu, dia juga berdarah timur tengah. Karenanya dia tumbuh menjadi pemuda yang sangat tampan dari pemuda-pemuda yang ada di pesantren itu.
Hidung bangir dan bulu mata lentiknya, jauh lebih indah dari pada adiknya, Ibrohim. Bahkan di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah mulai di tumbuhi bulu-bulu halus di sekitar pipinya. Yang membuatnya semakin kentara dengan darah kebangsaannya.

Dia memang bukan anak kandung dari pasangan Gus Raza dan Ning Najwa. Dia hanya anak angkat yang dulu di rawat oleh Abuyanya sewaktu Buyanya itu sekolah di timur tengah dan di bawa pulang keindonesia.

Berbeda dengan Ibrohim sang adik kesayangannya. Yang memang terlahir dari rahim sang Umah dan putra kandung dari Abuya dan Umahnya. Namun, meskipun begitu kasih sayang yang di berikan orang tua mereka tidak pernah berat sebelah.

Naufal disayangi dan dicintai di keluarga terhormat itu layaknya putra mereka sendiri. Tidak ada pembedaan satu sama lain. Abuya dan Umahnya menyayangi Naufal sebesar mereka menyayangi Ibrohim. Adil dan sama rata.

Naufal juga tidak pernah ambil pusing siapa Ibu dan Ayah kandungnya. Dia juga tidak pernah ambil pusing darah siapa yang mengalir di tubuhnya, dan dari bangsa mana dia berasal.

Baginya, dia hanyalah putra dari pasangan Gus Raza dan Ning Najwa. Dan akan tetap seperti itu selamanya. Awalnya dia memang sedih saat mengetahui kalau dia bukanlah anak kandung dari Abuya dan Umahnya, karena bagaimanapun dia juga ingin tahu siapa Ayah dan Ibu kandungnya.

Tapi, rasa sayang yang tumbuh di hatinya untuk Abuya dan Umahnya jauh lebih besar, dari pada hasrat dan keinginannya untuk bertemu dan mengetahui siapa orang tua aslinya. Sungguh, dia tidak pernah rela melihat tetes embun di mata Umahnya itu.

Dia memang pernah membicarakan dan meminta izin untuk mencari siapa orang tua aslinya. Tapi, saat itu Umahnya langsung menangis mendengar penuturannya. Semenjak saat itu, dia membunuh rasa penasaran dan keinginannya untuk mencari tahu siapa orang tua kandungnya tersebut.

Sungguh, rasa sayang yang tumbuh di hatinya untuk Abuya dan Umahnya jauh lebih besar dari rasa ingin tahunya tentang siapa orang tua biologisnya.

"Kangmas aku mohon kembalikan kertas itu, Kangmas..."

pinta adiknya sedikit berteriak sambil terus berlari mengejar Kangmasnya yang menuju ndhalem untuk memberikan secarik kertas yang dia pegang. Untuk di beritahukan pada Umahnya.

DOAMU AZIMATKU [Romance Islami]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang