Part 34📍📌

13K 615 9
                                    

Selamat membaca...
        .
        .
        .

Di sore hari yang terasa teduh. Senja sudah menggoreskan warna jingga melukis indah garis cakrawala. Bersama desiran angin sepoi-sepoi dari daun keres yang sangat rindang di depan masjid.

"Mas, itu sudah matang. Warnanya sudah merah,"

ucapku menunjuk salah satu buah keres yang sudah matang dan berwarna merah.

Sedangkan, Gus Raza yang memetiknya. Sambil sesekali merundukkan ranting pohon keres berbuah lebat itu.

"Yang mana, Naj?" tanya Gus Raza mendongakkan kepalanya mencari buah keres yang ku masksud.

"Itu..tuh, Mas. Dibagian ranting yang kanan."

Balasku menunjuk buah keres yang ku maksud. Warnanya sudah sangat merah dan pasti sudah sangat matang.

"Ah! Mas ndak tau yang mana, hehehe."

ucap Gus Raza cengengesan karena tidak berhasil mengambil keres yang ku maksud.

"Yowislah, Ndak papa. Petik saja sebisa, Mas."

"Yowis, kamu sana duduk saja ditangga masjid. Kasihan putranya juga ikut mangap-mangap seperti itu mendongakkan kepalanya,"

ucap Gus Raza memintaku duduk ditangga masjid. Karena putraku yang juga ikutan mendongakkan kepala di gendonganku. Seperti aku dan Gus Raza yang mendongak dibawah pohon keres.

Seperti tidak ada kerjaan saja kami ini. Hehehe.

"Hehehe, baiklah. Najwa mau duduk ditangga saja. Jenegan petik saja yang bisa di gapai. Tapi, kalau ndak matang jangan dipetik."

ucapku berjalan ketangga masjid untuk duduk disana. Dan hanya memperhatikan Gus Raza yang memetik buah keres untukku dan Naufal.

"Iyo," jawab Gus Raza memangut ranting buah keres dan memetik buahnya.

Kami juga sudah izin kok pada marbotnya tadi. Setelah selesai sholat ashar dan orang-orang sudah pada pulang.

Akupun duduk ditangga masjid memperhatikan suamiku yang sudah memetik buah keres di halaman masjid. Sambil sesekali Gus Raza memasukkan buah keres kemulutnya.

"Mas.." panggilku sedikit berteriak.

"Hhmm!" Gumam Gus Raza yang masih saja memangut ranting biji keres.

"Sudah, ayo pulang saja. Toh sudah banyak buah keresnya. Soalnya Naufal juga belum mandi."

ucapku pada Gus Raza. Karena hari sudah senja dan mulai menjelang petang.

"Yowislah ayok. Kamu juga belum mandi toh? Hehehe,"

jawab Gus Raza meledekku karena belum mandi. Sama seperti putraku. Biarkan saja. Toh suamiku tetap cinta. Hehehe.

"Yowis ayok," Balasku seraya beranjak dari dudukku.

Lalu beranjak pulang bersama Gus Raza kerumah Abi dan Umi yang hanya berada di sebelah masjid. Tidak terlalu jauh juga.

"Sini biar, Mas yang menggendong Naufalnya."

Pinta Gus Raza mengambil alih Naufal dari gendongaku. Akupun hanya berjalan santai dibelakang Gus Raza. Sambil sesekali memakan buah keres yang kami petik tadi.

________

"Assalamu alaikum," ucap kami saat sudah memasuki rumah Abi dan Umi.

"Waalaikum salam," jawab Umi dari ruang tengah yang sedang duduk berdua dengan Abi menonton televisi.

DOAMU AZIMATKU [Romance Islami]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang