17. English Test? Easy!

241 52 17
                                    

Hari ini Fei sudah bisa masuk sekolah. Ia sudah sembuh dari sakitnya.

Pagi tadi Azka membangunkan Fei dengan lebih lembut daripada biasanya. Ia hanya menjepit hidung Fei sampai Fei kehabisan napas dan akhirnya terpaksa bangun.

Jam masuk sudah berbunyi.

Olive yang duduk disebelah Fei menatap Fei yang sedari tadi mukanya kusut. Ia tak berani menyapa Fei. Akhirnya diputuskannya untuk menanyai Azka tentang Fei sebentar.

“Azka,” panggil Olive.

Azka menoleh bertanya kenapa.

Olive meletakkan sebelah tangannya disebelah bibirnya, membisiki Azka, “Fei kenapa? Kok dari tadi mukanya kusut banget?”

Azka tersenyum. “Dia lagi ngambek sama gue.”

Olive menggerakan bibirnya berkata oh. Tapi kemudian dia bertanya kenapa.

“Tadi pagi gue ngebanguninnya pake cara yang baru makanya dia ngambek.”

Olive baru saja akan menanyakan cara baru apa yang Azka maksud tapi Pak Rio, guru Bahasa Inggris mereka sudah lebih dulu masuk sehingga dengan terpaksa ia kembali ketempat duduknya.

“Selamat pagi, semua,” sapa Pak Rio.

“Selamat pagi, Pak,” balas seluruh murid dikelas. Fei hanya menjawabnya dengan malas-malasan.

“Ambil kertas kalian, hari ini Bapak akan mengadakan tes.”

Sontak seluruh murid dikelas itu berseru tidak terima. Tes dadakan.

“Yah, Pak, gak bisa dong!” protes Marvel tak terima.

“Iya, Pak. Masa dadakan sih.” Rizal ikut-ikutan memprotes.

Yang lainnya mengangguk-angguk setuju.

Tapi Azka berbalik, menatap Fei yang tak peduli dengan tes dadakan ini. Paling-paling ia akan tertidur dan mendapati kertasnya sudah terjawab seperti sebelumnya.

“Fei," panggil Azka disela kericuhan.

Fei menoleh, menatap Azka tak berminat. Ia masih merajuk.

“Kalau lo bisa ngerjain nih tes dengan bener, gue kasih lo tiga cup es kepal milo,” tawarnya.

Tawaran yang cukup menggiurkan buat Fei. Tapi ia tak berminat kali ini.

“Nggak!” jawab Fei acuh.

“Empat cup, gimana?” tawar Azka lagi.

Fei menggeleng. “Tambah satu batang Silver Queen,” katanya.

Azka mengangguk.

Olive yang mendengarkan negosiasi mereka tadi hanya tercengang mendengar penawaran Azka kepada Fei.

Es kepal milo? Coklat Silver Queen? Jadi Fei suka semua itu? Ternyata diluar sikap Fei yang tidak pedulian itu, dia menyukai hal-hal berbau coklat. Referensi baru buat Olive.

“Sudah-sudah.” Pak Rio menghentikan kericuhan, “pokoknya hari ini kita mengadakan tes. Siapa yang protes silakan keluar dan mendapatkan nilai nol," putusnya.

Murid-murid berseru tak terima tapi tak ada yang bisa mereka lakukan jika nilai nol sudah menjadi ancaman.

Soal dituliskan dipapan tulis. Semua murid mulai menyalin soal tersebut kebuku mereka.

Fei menguap membaca soal-soal tersebut. Sangat membosankan. Tapi demi empat cup es kepal milo dan satu batang Silver Queen, ia akan melawan kantuknya!

Dibacanya soal-soal tersebut satu persatu. Soal sederhana mengenai passive voice.

Diliriknya Olive yang berada disampingnya. Ia bingung kenapa Olive seperti orang yang kesulitan menjawab soal-soal tersebut.

“Liv, susah yah?” bisiknya.

Olive melirik, “susah Fei, kan belum dipelajari. Kebiasaan nih Pak Rio ngasih soal dulu baru ngejelasin.”

Fei mengangguk. Kini ia mengerti kenapa teman-teman sekelasnya yang lain juga kesulitan menjawab soal ini. Tapi kenapa mereka harus kesulitan? Bukankah soal-soal seperti ini sudah pernah dibahas waktu SMP?

Fei kembali mengerjakan soalnya sendiri. Mengacuhkan pertanyaan tidak penting itu dan lebih memikirkan es milo nya. Ya, itu lebih pentih daripada kesulitan teman sekelasnya saat ini.

Waktu yang diberikan untuk mengerjakan tes dadakan sudah habis. Sekarang semua murid diperintahkan untuk mengumpulkan lembar jawabannya masing-masing. Sesuai urutan absen.

Beruntung, nama Fei dan Azka tak berjauhan. Bahkan absen nama Fei lebih dulu daripada Azka. Karena Fei malas berjalan untuk mengumpul tugas tersebut, ia akhirnya menyuruh Azka untuk mengumpulkannya. Ia meletakkan kertasnya diatas kertas Azka. Dengan begitu, urutannya pengumpulannya akan tetap sama dan tak ada yang dirugikan. Fei menjadi hemat tenaga.

Setelah Pak Rio selesai memanggil kedua puluh nama, beliau memeriksa kertas jawaban tersebut secara sekilas satu persatu. Beliau memeriksa dari absen paling terakhir.

Pak Rio melihat jawaban para murid hanya sekilas, beliau sudah tahu pasti banyak jawaban kosong dikertas para muridnya. Wajar saja, karena ia belum menjelaskan sama sekali mengenai materi tes hari ini. Mungkin hanya beberapa siswa yang dapat mengerjakannya.

Tapi matanya membesar ketika sampai dikertas Fei. Ia terkejut melihat semua pertanyaan terisi. Diperiksanya satu persatu jawaban Fei. Semua benar.

Diambilnya kertas milik Azka. Diperiksanya semua jawabannya sama dengan Fei. Ia curiga jika mereka melakukan kecurangan. Setidaknya ia curiga Fei yang melakukan kecurangan.

“Afeela Eriska dan Azka Arion maju sebentar,” panggilnya pada Fei dan Azka.

Fei dan Azka saling melirik, bertanya dalam hati masing-masing ada apa? Mereka maju diikuti tatapan penasaran dari setiap murid.

Tapi sayang, baru mereka sampai didepan meja Pak Rio, bel pergantian jam pelajaran berbunyi.

Pak Rio menghembuskan napas, “temui saya nanti pada jam istirahat diruangan guru," titahnya yang dibalasi anggukan oleh mereka berdua.

Setelah itu, Pak Rio mengemasi perlengkapannya dan meninggalkan kelas tanpa salam.

Fei dan Azka lagi-lagi saling lirik. Mereka tidak mengerti dengan masalah apa yang sedang terjadi.

Tbc ....

---

Hello gaes!

Wah kenapa ya Fei sama Azka dipanggil Pak Rio? Jangan-jangan ....

Jangan-jangan apa hayo??? Tunggu jawabannya di part berikutnya, wkwk.

Buat yang penasaran sama Fei, alasan dia jadi males, tenang mungkin di part 21 nanti bakal terjawab kok.

Jangan lupa vote dan komen yah gaes.

Salam Ranisa :)

Change My Lazy Girl (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang