Rasanya Fei ingin mati saja.
Harusnya ia tidak perlu berubah, maka Azka akan tetap berada disisinya.
Fei ingin mengulang waktunya.
Tapi tidak bisa.
Waktu itu terus berputar.
Terus berlanjut.
Sehingga seberapapun kerasnya kita ingin mengulang waktu tersebut. Tidak akan mungkin.
Karena itu, cukup jalani saja.
Kita boleh saja memberontak sesekali.
Meneriakkan kelelahan kita terhadap dunia ini.
Tapi setelah semua usai, segera kembali.
Jangan habiskan waktumu hanya untuk meratapi sesuatu yang tidak bisa kembali.
Itu sia sia.
Dan disinilah Fei sekarang.
Duduk di sebuah bangku kosong sambil memegang buku.
Hari ini hari adalah hari ujian. Ia harus segera lulus agar bisa menyusul Azka. Ia tidak ingin ditinggal sendirian disini. Karena itu ia bertekad untuk segera lulus.
Sebenarnya Fei tidak membaca bukunya, ia hanya membalik-balikkan halamannya, mereview kembali materi yang telah dipelajarinya sebelumnya. Jika ada yang ia merasa kurang ingat, ia akan membaca halaman tersebut sedikit lebih fokus sampai ia bisa mengingat lebih jelas tentang materi tersebut.
Itu saja.
Fei sudah pintar dari awal. Dia hanya malas karena sesuatu hal.
“Sendirian aja?” sebuah suara menyapa pendengaran Fei. Tapi ia tidak menghiraukannya.
Tak dijawab, pemilik suara itu merebut buku yang dipegang oleh Fei dan duduk disampingnya.
fei menoleh sebentar saat bukunya diambil dengan ekspresi datar kemudian ia bersiap-siap untuk pergi sampai pemilik suara yang ternyata seorang laki-laki itu meraih pergelangan tangan Fei sehingga membuat langkah Fei tertahan.
Fei menatap datar pada tangan yang menggenggam tangannya kemudian berkata, “lepasin,” katanya datar.
“gue bakal lepasin kalau lo ngasih tau siapa nama lo.”
Fei menautkan kedua alisnya. Memperhatikan laki-laki itu sekilas kemudian berkata, “lo bukan dari sekolah ini?” tanyanya sarkas.
Laki-laki itu mengangguk, “seperti yang lo lihat, seragam gue beda sama lo jadi gue bukan dari sini.”
Fei mengangguk sekilas.“Woy, nih buku lo gak diambil?” teriak cowok itu ketika Fei berhasil menarik tangannya dari genggaman cowok itu dan kemudian berlalu begitu saja.
Fei tidak menghiraukan teriakan cowok itu. Ia segera memasuki lokal ujian karena bel masuk sudah berbunyi.
Betapa terkejut nya Fei ketika dia melihat cowok yang menyapa nya di bangku taman sekolah itu ternyata duduk disebelah mejanya.
“Wah kita ketemu lagi!” kata cowok itu girang tanpa memperhatikan ekspresi Fei yang berubah jadi masam. “Jadi ... nama lo Afeela Eriska?” lanjutnya melihat nama Fei yang tertera diatas meja, “kenalin, nama gue Abimana Elvano, lo bisa panggil gue Elvan. Panggil Sayang juga boleh sih, atau pacar juga bisa.”
Sumpah, itu tata cara perkenalan paling menjijikan menurut Fei.
Ia tidak menghiraukan cowok yang bernama Elvan itu. ia tidak peduli.
“Lah, gue dikacangin. Eh Afeela, habis ujian kita jalan yuk.”
Fei masih tidak menghiraukan Elvan, ia justru mulai fokus mengerjakan soal ujian yang tertera dilayar komputernya.
---
Well, aku tuh gak pernah punya Azka dalam kehidupan realita. Aku nulis Azka karena aku pengen punya dia :)
Salam Ranisa :)
![](https://img.wattpad.com/cover/186310925-288-k176064.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Change My Lazy Girl (Tamat)
Short StoryHanya tentang Fei, cewek super pemalas yang sekarang ingin sembuh dari rasa malasnya. Lalu bagaimana cara Fei untuk sembuh dari rasa malas jika malas itu sudah mendarah daging dengannya? "Fei, Lo nggak boleh terus-terusan males kek gini." "Seandainy...