Sore itu Azka datang kerumah Fei dengan membawa satu tas penuh buku.
Jarak rumah Azka dengan Fei memang sangat dekat hanya bersebrangan jalan. Dulu Fei sering main ke rumah Azka dan sebaliknya. Karena itulah mereka sekarang sangat dekat.
Fei sedang tiduran dikasurnya. Sudah Azka tebak, Fei lagi-lagi sedang malas.
"WOY FEI, BANGUN!" Azka menepuk-nepuk kasur Fei.
Si empunya kasur sama sekali tak peduli dan malah merapatkan selimut yang digunakannya sampai menutupi seluruh tubuh dan wajahnya.
Sekarang Fei terlihat seperti mayat!
"FEI BANGUN! ADA BANYAK PR! KALO LO NGGAK BANGUN, GAK GUE CONTEKIN LO!"
Fei tidak bergerak. Ia tidak peduli bahkan dengan PR atau apapun itu yang namanya tugas dari guru disekolah. Ia terlalu malas untuk mengingat apalagi untuk mengerjakannya.
"Gue aduin sama bokap lo, yah!" ancam Azka dan berhasil.
Satu-satunya ancaman Azka yang selalu membuat Fei kalah adalah diadukan dengan Papanya. Bukan berarti jika diadukan dengan Mamanya ancaman itu tidak berhasil tapi jika dibandingkan dengan mamanya, papanya lebih mengerikan ketika marah. Oleh karena itu, Fei selalu menurut dengan perintah papanya.
"Hmm, iya-iya berisik lo," cerca Fei sambil mengerucutkan bibir.
Azka tersenyum menang. Akhirnya Fei menurut dengannya.
"Emang ada PR ya? Gue males nginget nya, repot," ucapan khas Fei.
"Banyak banget, Fei!" jawab Azka dengan ekspresi dilebih-lebihkan.
Fei menatap Azka datar, tidak peduli. Toh yang dilakukannya hanyalah menyalin setiap jawaban Azka jadi apa pedulinya dengan banyaknya PR yang diberikan. Bahkan kadang Azka yang menuliskan PR miliknya, jadi kenapa ia harus peduli dengan banyak nya tugas yang diberikan?
"Hmm, mana jawaban lo? Sini biar gue salin," sahut Fei tanpa basa-basi.
Azka sudah terbiasa, karena itu ia menyerahkan satu buku tugas yang sudah diselesaikannya tadi dirumah.
"Fisika? Ini mah gampang!" kata Fei dengan ekspresi malas juga meremehkan.
Azka mendelik, tidak percaya. Menurutnya tugas tadi sedikit sulit dan butuh waktu lama untuknya menyelesaikan tugas itu tadi.
"Ya iyalah gampang, Fei. Kan lo nyontek jawaban gue. Gak mikirin gimana caranya nyari jawabannya. Tuh lo liat sendiri kan rumus yang di pake buat nyari satu jawaban itu banyak banget. Dan lo bilang itu gampang?"
Fei menaikkan sebelah alisnya,"Lo aja yang terlalu rajin buat mikirin jalan rumus sepanjang ini, Ka. Lo tau nggak gue pernah baca quotes nya Bill Gates yang bunyinya gini 'Saya memilih orang malas untuk melakukan suatu pekerjaan yang susah, karena orang yang malas akan mencari jalan yang mudah untuk menyelesaikannya.'." Fei melafalkannya dengan jelas seolah ia sedang berbicara seperti biasa.
Azka tercengang, "Dari buku mana lo baca quotes kek gitu?"
"Gue baca di IG. Udah lama sih, hehe," Fei menampilkan cengirannya dan Azka sudah menduganya.
Tidak mungkin Fei serajin itu untuk membaca satu buku motivasi. Untuk membaca buku pelajaran saja ia tidak mau apalagi membaca buku yang lain.
Tapi hal itu tadi membuat Azka teringat sesuatu. Fei itu dasarnya memang anak yang pintar hanya saja sekarang ia terlalu malas untuk berpikir dan berusaha, alhasil seperti inilah Fei yang sekarang. Berbeda dengan Azka yang memang harus berusaha untuk pintar.
"Menurut lo tuh soal gampang kan? Coba lo kerjain tanpa ngeliat jawaban gue," tantang Azka.
Fei menguap, tidak berminat. "Kalo gue bisa ngerjain dengan cara yang lebih simpel dari cara lo, lo mau ngasih gue apa?" Fei memberikan penawaran.
Dengan santai Azka menjawab "Gue kasih lo satu permintaan apapun itu."
Fei tersenyum miring lalu berkata, "Oke, kalo gue bisa ngerjain nih semua soal gue minta lo jadi pacar gue."
Kaget. Azka benar-benar tidak menyangka dengan permintaan Fei barusan. Tapi menurut Azka, Fei tidak akan bisa mengerjakannya karena yang dilakukan Fei sehari-hari dikelas hanyalah tiduran dan tidak memperhatikan. Jadi mana mungkin seorang Fei bisa mengerjakannya.
"Oke," sepakat Azka.
"Deal ya," Fei tersenyum miring dan mulai mengerjakan PR Fisikanya sendiri sementara Azka mulai mengerjakan PR yang lain.
"Ka, gue boleh nanya sama lo nggak?" tanya Fei tiba-tiba.
Azka tersenyum sarkas lalu berkata, "Nggak lah, lo harus ngerjainnya sendiri. Gak boleh nanya gue atau siapapun atau apapun. Lo cuma boleh liat buku catatan lo sendiri."
Dasar Azka si Dewa Sadis! Dengan terpaksa Fei mengerjakanya sendiri tanpa bantuan apapun. Azka memperhatikan Fei dengan raut kemenangan. Hanya tinggal menunggu waktu sampai akhirnya Fei menyatakan diri untuk menyerah.
Sepuluh menit, Fei masih sibuk berkutat dengan bukunya. Sesekali menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tapi ia masih belum menyerah.
Lima belas menit, ia berdiri. Azka mendongakan kepalanya menatap Fei tapi Fei tidak berkata apa-apa hanya pergi dengan tangan yang ia tempelkan di dinding rumahnya. Ia berjalan dengan tubuh yang menempel di dinding. Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa air dan cemilan. Kemudian ia duduk kembali.
"Gue bosen, Ka. Makanya tadi gue ke dapur dulu ngambil makanan. Lo mau?" tawarnya. Azka menggeleng. Rupanya Fei masih belum mau menyerah, pikirnya.
Tiga puluh menit, Fei masih belum menyerah juga.
"Azka," panggil Fei. Akhirnya, Fei menyerah juga pikir Azka.
"Kenapa? Nyerah lo?" ejek Azka dengan senyum sarkasnya.
Tapi senyum itu seketika berubah ketika Fei meletakkan buku tulisnya dihadapan Azka. Buku itu sudah dipenuhi jawaban oleh Fei.
"Idih, siapa yang nyerah, gue udah selesai, bego!" sewot Fei.
Azka memeriksa jawaban Fei dan jawabannya benar semua. Cara penyelesaiannya pun lebih sederhana, tidak serumit cara Azka tadi. Azka tersenyum senang. Rupanya saat di kelas Fei tidak hanya tidur-tiduran saja. Ia juga mendengarkan penjelasan dari guru.
Tapi Azka teringat sesuatu. Perjanjiannya dengan Fei tadi. Jika Fei dapat menjawab soal tadi dengan benar dan cara yang lebih mudah maka Azka akan menjadi pacar Fei. Berarti sekarang?
Azka menatap Fei yang juga menatapnya datar.
"Fei," panggil Azka pelan. Ia sedikit khawatir.
Fei menaikkan sebelah alisnya tidak menyahut.
"Kan lo bener ngejawab soalnya, berarti kita sekarang-"
Belum selesai Azka mengucapkan kalimatnya namun sudah dipotong Fei, "Ka gue cape abis mikirin jawaban Fisika tadi. Gue lagi males dengerin lo ngomong. Oh iya, lo tadi kan katanya mau ngasih gue satu permintaan. Nah permintaan gue, lo beliin gue es kepal milo tiga cup yah. Yang gede."
Lalu bagaimana dengan permintaan Fei yang sebelumnya?
Tapi Azka tidak mau ambil pusing. Ia segera berdiri dan keluar untuk mengabulkan permintaan Fei barusan. Dalam hati ia bersyukur karena sepertinya Fei lupa dengan permintaannya yang sebelumnya. Memang dasar Fei, ia bahkan terlalu malas mengingat hal yang baru dilakukannya beberapa menit sebelumnya.
To be continued ...
---
Terima kasih karena telah membaca cerita Fei ♥️
Jangan lupa tinggalkan jejak ya Feiders 🌟
Salam Ranisa ♥️♥️♥️
(Revisi 050620)

KAMU SEDANG MEMBACA
Change My Lazy Girl (Tamat)
Cerita PendekHanya tentang Fei, cewek super pemalas yang sekarang ingin sembuh dari rasa malasnya. Lalu bagaimana cara Fei untuk sembuh dari rasa malas jika malas itu sudah mendarah daging dengannya? "Fei, Lo nggak boleh terus-terusan males kek gini." "Seandainy...