Pernah kencan bersama sahabatmu?
Bagaimana rasanya? Menyenangkan? Atau malah mengesalkan?
Entahlah!
Bagi Fei hal yang paling malas dilakukannya adalah keluar rumah, bertegur sapa dengan seseorang apalagi untuk membuat kenangan dengan seseorang.
Kenangan itu sendiri sangat menyedihkan bagi Fei, bahkan hal yang paling membahagiakan sekalipun. Bagaimana tidak? Jika kenangan itu hanya terjadi sekali dan jikalau pun terulang itu hanyalah deja vu.
Baiklah, itu menurut Fei. Setiap orang berhak punya pendapat masing-masing, bukan?
Kembali pada kencan.
Apa sekarang Fei sedang berkencan bersama Azka?
Apa duduk bersama ditaman sambil memakan es krim itu bisa disebut kencan?
Lalu jika bukan, bagaimana kencan menurut kalian?
Fei tidak tahu bagaimana kencan itu sebenarnya, karena dia memang tidak pernah kencan sebelumnya.
Tapi saat ini, adalah saat yang menenangkan untuk Fei.
Mungkin Azka benar. Sekali-kali ia juga perlu keluar rumah untuk menghirup udara segar lainnya. Tidak hanya berkurung diri dikamar sambil menonton anime atau melakukan hal tak berguna lainnya.
“Pelan-pelan kali makannya, belepotan tuh,” tegur Azka ketika melihat sisa es krim disekitar mulut Fei.
Fei menyengir, membersihkan sisa es krim tersebut menggunakan tisu.
“Dasar bocah,” komentar Azka, kemudian ia kembali menikmati es krim miliknya.
Fei tidak membalas, matanya menatap pada anak kecil yang sedang asyik bermain perosotan ditemani ibunya.
Ia tersenyum.
Azka melirik Fei kemudian mengikuti arah pandangan Fei.
Ia ikut menatap anak kecil tersebut yang nampaknya sangat gembira itu.
Kemudian ia ikut tersenyum.
“Jadi inget dulu, ya,” suara Azka membuat Fei menoleh.
Fei menaikan sebelah alisnya, kemudian tersenyum mengerti maksud Azka.
“Iya, kita dulu sering banget main perosotan bareng,” Fei mengingat masa lalu mereka.
Azka tertawa, “dan lo selalu nangis habis itu.”
Fei mendelik. Ia tak ingat dengan kejadian ia yang menangis sehabis main perosotan bersama Azka.
“Lupa lo, ya?”
“Gue gak pernah nangis,” elak Fei.
“Iya, lo itu sering banget nangis dulu, Fei.” Azka mengacak rambut Fei gemas.
Fei menggembungkan pipinya kesal. Tapi kalau diingat-ingat lagi, memang benar ia selalu menangis sehabis bermain karena ia tak pernah merasa puas.
Mengingat hal itu membuatnya tersenyum, mengingat masa lalu sepertinya tak begitu buruk, setidaknya sesaat saat kita mengingatnya. Tapi setelah menyadari hal itu hanyalah masa lalu, hal itu menjadi buruk.
Senyuman Fei pudar. Menyadari bahwa hal itu hanyalah kenangan dan tinggal kenangan. Tidak perlu terlalu diingat lagi, atau dia yang akan sakit hati karena masa lalu itu.
Azka tetap tersenyum, tak menyadari bahwa senyum yang tadi tampil diwajah manis Fei kini sudah hilang.
“Kadang yah, Fei, gue mikir,” kata Azka tanpa menoleh dan masih menatap anak kecil tadi.
Fei menoleh, menatap Azka dengan sorot mata kosong.
“Gue mikir kalau hidup gue itu indah banget,” jeda, “gue bisa kenal sama lo, dekat sama lo, jadi sahabat lo, itu hal paling luar biasa buat gue selama ini. Gue gak tau gimana gue kalau gak ada lo disisi gue sebagai sahabat lo.”
Azka tetap tak menoleh, tapi sorot matanya menampilkan kebahagiaan. Ia sangat bahagia.
“Gue bahagia karena ada lo,” kali ini ia menoleh, menatap Fei yang kini menatapnya dengan pandangan tak percaya, Azka tersenyum, “gue sayang banget sama lo Fei, gue gak mau kehilangan lo.”
Fei ikut tersenyum.
“Gue gak peduli seberapa besar kekecewaan lo sama masa lalu lo.” Mata Fei kini melebar, “karena buat gue lo itu satu-satunya. Lo itu sumber kebahagiaan gue, Fei.”
Fei tidak tahu harus berkata apa, ia sudah kehilangan kata-kata. Ia senang mendengar hal itu dari Azka karena dengan begitu, ia tahu jika Azka tak merasa terbebani akan keberadaannya.
Ia hanya tersenyum.
Mengerti maksud terdalam Azka yang menyampaikan perasaan sayangnya kepada sang sahabat.
Perasaan sayang yang bukan untuk memiliki. Tapi perasaan sayang yang benar-benar tulus, perasaan sayang yang menunjukkan kalau ia bersedia untuk selalu menjadi yang terdepan untuk Fei dalam segala hal. Perasaan sayang yang menunjukkan bahwa Fei adalah segalanya untuk Azka.
Azka sudah memberi sebanyak itu pada Fei.
Tapi apa Fei akan selamanya hanya menjadi penerima?
Bukankah ada hukum didunia ini yang mengatakan untuk menjadi pemberi dan penerima.
Lalu apa yang akan Fei berikan untuk Azka selain dirinya?
Tbc...
---
Holla, maaf yaaa lama banget gak update, wkwk.
Sebenarnya sih bukan aku yg terlalu sibuk, cuma ... aku lagi gak dapet ide aja buat ngenyambung cerita ini. Wkwk. Gak mood gitu. Wkwk.
Maaf ya.. tapi aku bakal namatin cerita ini kok, santai aja.
Salam Ranisa :)

KAMU SEDANG MEMBACA
Change My Lazy Girl (Tamat)
ContoHanya tentang Fei, cewek super pemalas yang sekarang ingin sembuh dari rasa malasnya. Lalu bagaimana cara Fei untuk sembuh dari rasa malas jika malas itu sudah mendarah daging dengannya? "Fei, Lo nggak boleh terus-terusan males kek gini." "Seandainy...