"Nggak!" Fei tiba-tiba bersuara.
Semua mata yang ada diruang menoleh, menatap Fei.
Tentu saja mereka terkejut dengan pernyataan tidak Fei barusan.
“Afeela, apa kamu menolak mengikuti tes ulang?” tanya Bu Liana lembut.
Fei mengangguk, “Iya, Bu. Saya tidak merasa mencontek, nilai yang saya dapatkan itu murni hasil saya sendiri. Karena itu saya menolak untuk mengikuti tes tersebut lagi.” Fei berkata mantap.
Pak Rio tersenyum sinis penuh kemenangan, “Bu Liana lihat? Dia menolak yang artinya sudah jelas, dia takut mengikuti tes lagi. Secara tidak langsung itu mengatakan kalau dia memang mencontek dikelas.” kata Pak Rio cepat.
Bu Liana menatap Pak Rio tajam, tak suka dengan pernyataannya barusan.
Sekarang Azka tak bisa tenang. Bagaimana mungkin dia membuktikan kalau Fei itu sebenarnya pintar jika dia tidak mau menunjukkannya.
“Ayolah, Fei!” bujuk Azka.
Fei menggeleng, “Gue gak nyontek, Ka!” tegas Fei.
“Iya, gue tau lo nggak nyontek. Gue percaya sama lo lebih dari apapun, Fei. Tapi gue mohon, lo ikutin tes ulang yah.” bujuknya lagi.
Fei lagi-lagi menggeleng, “Gue gak mau, Ka. Itu sama aja gue khianatin diri gue sendiri.”
“Sekali ini aja Fei, gue mohon.”
Fei tidak pernah melihat Azka sampai memohon-mohon seperti ini.
“Ayolah, Fei. Sekali ini aja, gue bakal tambah es kepal milonya dua kali lipat.” rayunya.
Tapi tetap, tak menggoyahkan keyakinan Fei.
“Nggak, Azka. Gue udah bilang tadi, gue gak mau.” tolak Fei.
“Afeela.” panggil Bu Liana. Fei menoleh, “Ibu mau kamu ikut tes ulang yah, buat nunjukkin kalau memang kamu tidak bersalah.”
Lagi-lagi Fei menggeleng.
“Fei, gue mohon. Demi gue, Fei.” Azka memohon.
Seumur hidup baru Fei mendengar Azka memohon demi dirinya. Biasanya Azka kalau meminta Fei melakukan sesuatu pasti untuk kebaikan Fei sendiri, tapi kali ini....
Fei sudah tidak tahu lagi harus berkata apa, ia sudah kalah dengan permintaan Azka.
“Gue mau, asal lo jangan lagi memohon demi diri lo lagi, Ka.” Fei akhirnya mengangguk.
Setelah perjuangan merayu Fei akhirnya membuahkan hasil.
Azka tersenyum, merangkul Fei dihadapan guru-guru tapi sesaat kemudian dilepaskan Fei.
“Jangan lupa es milo gue dua kali lipat ya dari kesepakatan semula.” Fei menyengir, senyumannya kembali meskipun dipaksakan.
“Siap, Bos!” Azka mengangkat tangannya, sikap hormat kepada Fei.
“Sepertinya Afeela sudah setuju.” Bu Liana menginterupsi. “Pak Rio, silakan diambil alih.”
Pak Rio tersenyum sinis pada Fei. Dia meminta kertas dan pulpen pada Bu Liana yang setelah itu diserahkannya pada Fei.
Fei menyambut kertas dan pulpen tersebut kemudian mulai menuliskan soal-soal yang diucapkan oleh Pak Rio ke kertasnya.
Meskipun Fei tergolong sebagai siswa yang pemalas, tulisannya rapi dan mudah dibaca. Biasanya seseorang dapat dibaca melalui tulisan tangannya, dan Fei dapat mengenali karakter seseorang hanya dengan melihat tulisannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Change My Lazy Girl (Tamat)
Krótkie OpowiadaniaHanya tentang Fei, cewek super pemalas yang sekarang ingin sembuh dari rasa malasnya. Lalu bagaimana cara Fei untuk sembuh dari rasa malas jika malas itu sudah mendarah daging dengannya? "Fei, Lo nggak boleh terus-terusan males kek gini." "Seandainy...