31. Imagination

176 27 22
                                    

"Haaatchi!"

Azka yang tadi berada didepan kamar Fei segera bergegas membuka pintu masuk ke kamar Fei.

“Lo sakit, Fei?” Azka bertanya khawatir.

Mata Fei merah, hidungnya berair. Ia menggosok-gosok pangkal hidungnya menggunakan jari tunjuknya.

Fei menggeleng. “Gue gak sakit, Ka. Cuma ada orang bego yang terus-terusan ngomongin gue, makanya dari tadi gue bersin-bersin mulu.”

Sontak Azka tertawa mendengar jawaban Fei.

“Yang ada elo kali yang bego, Fei.” Azka menjitak kepala Fei.

Fei mengusap-usap bagian kepalanya yang dijitak Azka.

“Lagian lo pede amat sih jadi orang,” katanya lagi, “mana ada orang yang mau terus-terusan ngomongin lo,” imbuhnya.

Fei menggembungkan pipinya kesal. Membuang pandangannya dari Azka dan mengambil sebuah buku dari atas meja belajarnya.

“Lo mau ngapain, Fei?” tanya Azka tatkala melihat Fei juga mengambil pulpen dan duduk manis didepan meja belajarnya.

“Lo buta yah, Ka?” Fei bertanya sarkas. “Lo gak liat apa gue mau belajar?”

Azka membulatkan matanya. Ia seperti baru saja tersambar petir. Tentu saja ia terkejut dengan jawaban Fei. Setelah hampir tiga tahun tidak pernah berkata ingin belajar, sekarang ia malah bilang mau belajar. Sungguh sebuah keajaiban dunia.

“Gue gak salah denger kan, Fei?” tanyanya.

“Ternyata selain buta lo juga tuli yah, Ka. Iya lo gak salah denger. Gue mau belajar,” kata Fei sambil melemparkan sebuah buku ke arah Azka.

Azka tidak menghindar, membiarkan saja buku itu mengenai wajahnya. Ia kemudian menarik sebuah bangku dan duduk disebelah Fei, membiarkan Fei fokus belajar.

Karena bosan, Azka kemudian mengambil sebuah gitar yang berada tepat disebelah meja belajar Fei. Gitar itu milik Azka dan sengaja ditinggalnya dirumah Fei kalau-kalau Fei memintanya untuk memainkan gitar saat ia sedang berkunjung.

Dipetiknya senar gitar tersebut. Memainkan nada yang sudah sering dimainkannya. Ia masih duduk disebelah Fei yang sepertinya sama sekali tidak terganggu dengan alunan musik yang ia mainkan.

Oh, there she goes again ...
Every morning is the same ...
You walk on by my house ...
I wanna call out you name ...

Azka mulai menyanyi. Disebelah Fei yang masih fokus dengan soal matematikanya.

I wanna tell you how beautiful you are from where I’m standing ...
You got me thinking what we could be ‘cause ...

I keep craving, craving ...
You don’t know it but it’s true ...
Can’t get my mouth to say the words they wanna say to you ...
This is typical of love ...
Can’t wait anymore, I won’t wait ...
I need to tell you how I feel when I see us together forever ...

Fei menghentikan hitungannya. Bukan karena suara Azka yang jelek, malah suara Azka sangat sayang untuk dilewatkan. Tapi karena ia juga ingin ikut bernyanyi bersama Azka.

Berikutnya adalah bagian reff. Dan reff dari lagu Imagination milik Shawn Mendes adalah favorit Fei. Akhirnya, ia ikut bernyanyi bersama Azka.

In my dreams you’re with me ...
We’ll be everything I want us to be ...
And from there -- who knows? ...
Maybe this will be the night that we kiss for the first time ...
Or is that just me and my imagination? ...

Mereka menyelesaikan lagu itu bersama sambil terus diiringi petikan gitar dari Azka. Seandainya saja mereka adalah pasangan, mungkin mereka bisa disebut sebagai pasangan paling romantis saat ini. Tapi sayang, mereka hanya sahabat.

“Suara lo makin jelek aja, Fei,” ejek Azka. Tapi tentu saja hal itu bohong. Suara Fei cukup bagus, meskipun tak sebagus milik Azka. Mungkin jika mereka membentuk duet, bisa saja mereka diundang untuk tampil di kafe-kafe untuk mengisi acara hiburan disana.

Fei memelototkan matanya. Menatap Azka tajam. Tak tersinggung dengan ucapan Azka karena ia tahu, suara Azka jauh lebih bagus dari suaranya.

“Lo mau ngapain kesini?” tanya Fei.

“Jadi gue harus ada alasan dulu nih kalau mau main kesini?”

Fei menggeleng. “Enggak, biasanya kan kalo malem lo jarang main kesini. Kalau mau ngasih liat PR pun biasanya lo ngirim lewat WA.”

“Gue cuma lagi kangen sama sahabat gue.”

---

Holla, seberapa lama sih aku gak aktif, gak publish tanpa pemberitahuan.

Gak ada yang nungguin juga sih, wkwk.

Aku mah sabar.

Maaf ya kepada para readers yang nungguin cerita ini.

Maaf kalau aku ngilang tanpa kabar kayak doi yang gak tau kemana. Aku minta maaf.

Aku gak sibuk sibuk amat sih sebenarnya, tapi ya begitu lah. Aku gaje. Maaf.

Maaf juga buat yg aku janji baca ceritanya tapi belum aku baca. Aku belum sempat baca cerita di wattpad, huhu sedih.

Maaf ya.

Salam Ranisa :)

Change My Lazy Girl (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang