Seorang Kim Doyoung ingin mengubur dirinya dalam-dalam. Ia duduk di hadapan seorang Alpha yang ia hindari. Dengan aura yang mendominasi, Doyoung merasa sangat kecil, meski Alpha itu tidak melakukan apapun selain memandangnya.
Setelah menemani Taeil mewarnai rambutnya, Doyoung terseret ke dalam restoran ramen yang dekat dengan salon.
"Kenapa diam saja?" Ucap Taeil setelah menyesap sake.
Doyoung gelagapan, lalu bermain dengan ponselnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Letakkan. Benda. Itu. Sekarang."
Bulu kuduk Doyoung meremang. Dengan gemetar ia meletakkan kembali poselnya.
"Wahai Dewa baik hati, tolong keluarkan aku dari situasi ini." Kata Doyoung dalam hati.
"Tempo hari kau bilang aku tampan, bukan? Tatap aku."
Deg.
Jantung Doyoung terjun bebas.
"E-eh.. s-siapa bilang?" Ucap Doyoung malu-malu.
"Tatap aku sekarang, Kim Doyoung."
Mau tidak mau, Doyoung mengangkat wajahnya, memberanikan diri untuk menatap Alpha di hadapannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Oh God please bless my soul." Batin Doyoung.
"Aku mengajakmu makan malam karena ingin berterima kasih. Kau menjaga Sun Hee saat aku sedang asik melihat-lihat."
Bahu Doyoung merosot seketika mengingat kejadian itu.
"Bagaimana bisa kau melepaskan anak sekecil itu di kebun binatang?"
Taeil tersenyum lebar, menyilangkan tangannya dan menatap Doyoung dengan seksama.
"Akhirnya kau bicara juga."
Pria Kim memutar bola matanya malas.
"Tega sekali. Dan setelah itu kau bertengkar dengan Alpha lain. Sangat tidak tau diri." Sambung Doyoung.