Taeil sedang bekerja di balik mejanya saat telepon genggamnya berdering.
Nomor tak dikenal .
Pemilik perusahaan Moonrise itu sebenarnya tidak ingin mengangkat telepon yang masuk dari nomor tak dikenal, namun lama kelamaan ia terusik.
Ia mulai menggeser tombol hijau, lalu menempelkan teleponnya pada telinga kiri.
"Moon Taeil?" Sapa suara dari seberang.
"Ya, Moon Taeil disini."
"Hahahaha, ternyata benar kau masih hidup? Dan woah, kau memiliki perusahaan??"
"Dengan siapa aku bicara?"
"Choi Yuwon. Kau ingat?"
Rahang Taeil mengeras, namun ia berusaha untuk tetap tenang.
"Tentu saja. Siapa yang bisa melupakan seseorang sepertimu?"
"Hahaha, kelihatannya kau tenang sekali."
Taeil menyunggingkan senyum sinisnya.
"Apa maumu?"
"Dingin sekali suaramu, nak. Kau tidak sopan padaku."
Taeil tertawa keras.
"Pria tua gila hormat, eh? Apa yang harus kuberikan padamu?"
"Kau harus membayar hutang orangtuamu padaku."
Sinar di kedua mata Taeil menggelap, aura di sekitarnya terasa amat mencekam.
"Eey, turunkan emosimu. Kau membuat suasana kantor menjadi gelap."
Setelah mengucapkan kalimat itu, telepon terputus bersamaan dengan terbukanya pintu ruangan Taeil.
Di seberangnya, Taeil dapat melihat sosok pria paruh baya yang sedang bersandar di ambang pintu. Jantungnya berdegup kencang, namun ia berusaha untuk terlihat normal.
"Selamat malam, Moon. Long time no see." Ucapnya dengan seringaian jahat.
Taeil diam sejenak, lalu menampilkan senyum terbaiknya.
"Wah, aku kedatangan tamu jauh. Duduklah. Jangan sungkan." Taeil bangkit dari kursinya, dan menyapa pria itu dengan ramah.
Choi Yuwon duduk di salah satu sofa di ruangan itu. Matanya menelisik tiap sudut, lalu tersenyum lebar.
"Ada yang bisa kubantu?" Kata Taeil sambil memberikan sebotol air mineral.
"Kau sama seperti Ayahmu, tidak suka berbasa basi."
Taeil tersenyum miring.
"Seingatku, aku tidak memiliki Ayah."
"Hahaha, well. Kalau itu memang yang tertanam baik di ingatanmu."
Terdepat beberapa detik jeda selagi Yuwon menatap Taeil dengan seksama.
"Katakan apa maumu selagi aku masih memintamu baik-baik."
Choi Yuwon menyilangkan kakinya.
"Kau tau, orangtuamu berhutang banyak padaku. Dan aku ingin kau membayarnya dengan perusahaan ini."
Taeil tertawa kecil sambil memegangi botol air mineralnya.
"Perusahaan? Hah! Bahkan mulutmu tidak pantas menyebutkan itu di hadapanku, karena aku tidak akan memberimu sepeserpun." Ucapnya remeh.
"Beraninya!"
"Untuk apa aku membayar hutang pada orang yang sudah menghasut orangtuaku?" Taeil berdiri, memberi jeda pada ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awaken [ON HOLD]
FanfictionTaeil cannot control himself, unless when he met his faith, Kim Doyoung. A story with ABOverse